Mohon tunggu...
Andini Putri
Andini Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Fresh graduate

Suka menghayal dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Minder, Lihat Teman-Teman Udah Sukses Aja, Aku Kapan?

11 Januari 2023   13:01 Diperbarui: 11 Januari 2023   13:05 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan tersebut selalu dipertanyakan oleh segelintir orang, apalagi diusia remaja beranjak dewasa, tepatnya diusia kepala 2. Seperti lagunya Idgitaf -- Takut.

Takut tambah dewasa takut aku kecewa, takut tak seindah yang kukira.

Aku sudah dewasa, aku sudah kecewa, memang tak seindah yang kukira.

Begitulah kira-kira. Aku dan kamu mungkin termasuk yang berada di segelintiran orang tersebut, yang selalu minder melihat teman-teman yang udah sukses, aku kapan?

Beribu-beribu pertanyaan pun sering muncul, kok bisa ya dia sukses begitu? Bagaimana caranya dia bisa begitu? Hmm enak banget dia punya banyak privillage, sedangkan aku cuma gini-gini aja. Ya Tuhan, bantu akuuuuuu.

Andai dunia ini seperti film Doraemon, jujur aku langsung memanfaatkan alat-alatnya Doraemon, aku langsung menjadi teman baiknya Doraemon, seperti Nobita. Eits, nggak-nggak aku nggak boleh kayak Nobita, Nobita kan pemalas, nggak pintar, banyak mengeluh, dan jarang mau berusaha. Ahh nggak nggak nggak boleh kayak Nobita. Aku harus berusaha dan terus bersemangat, tapi gimana caranyaaaaaaa.

Aku pernah mengobrol dengan teman kuliahku, topik pembicaraannya agak berat sih tentang kehidupan, tapi obrolan tersebut membuka pikiranku. Topiknya tentang "bersyukur". Obrolan tersebut diawali dengan, "Din, lo udah bersyukur belum dengan hidup lo saat ini?". Mendengar pertanyaan tersebut aku bingung harus jawab apa. Sebelum aku menjawab, ia segera melanjutkan pembicaraannya. "Kalau gue saat ini, gue bersyukur Din, gue bisa bernapas, gue bisa kuliah di UI, punya teman-teman yang keren banget, punya keluarga, bisa makan enak di warteg dekat kosan, dan yang lain Din. Gue bersyukur banget Din dengan pencapaian gue saat ini, walaupun tidak sebanyak teman-teman kita yang lain, tapi seenggaknya gue hidup bisa bermanfaat untuk diri gue sendiri dan orang lain". Mendengar hal tersebut aku langsung tertegun mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan oleh temanku.

Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur. Apakah selama ini aku udah bersyukur?

Aku sering membanding-bandingkan kehidupanku dengan kehidupan teman-temanku yang mempunyai privillage. Enak ya dia punya ini dan itu, bisa ini dan bisa itu, sedangkan aku? Selalu membanding-bandingkan kehidupanku dengan yang lain.

Memang benar tidak akan ada habisnya jika kita selalu membanding-bandingkan diri kita dengan yang lain, kemampuan kita aja berbeda dengan yang lain, tapi bukan berarti kita hopeless gitu aja, kita juga harus belajar, belajar, belajar, dan belajar.

Di tulisan ini aku bukan ingin menjadi seorang motivator yang selalu berkata-kata bijak -- diri sendiri aja masih jauh dari kata bijak. Hahah. Aku ingin bercerita aja kepada kalian dengan apa adanya, dengan seharusnya apa yang kita lakukan di usia 20-an ini.

Memang manusia itu tempatnya mengeluh, tempatnya selalu melakukan kesalahan, tempatnya merusak, tempatnya ingin selalu bermalas-malasan, dan segalanya.

Eits, tapi kan, kita manusia nih yang mempunyai otak dan hati yang sudah diciptakan oleh Tuhan, ya jangan disia-siain dong. Pake dong, kalo nggak dipake nanti karatan, nggak berfungsi kayak barang-barang yang udah lama disimpan di gudang, berdebu, kusam, dan jelek. Yaudah, perbaiki diri perlahan-lahan.

Menurutku, kita semua sukses dengan cara kita masing-masing. Mungkin, orang lain melihatmu keren, pintar, bisa bersosialisasi, punya teman-teman banyak, ikut ini dan itu, bisa ini dan bisa itu. Ya... tapi, yang tadi aku bilang manusia itu memang tidak pernah merasa puas, selalu ingin lebih. Memang benar kita harus belajar tentang apa itu rasa bersyukur, terutama kepada Sang Pencipta kita. Mungkin dengan kita merenungi dan mengevaluasi diri kita, kita bisa bersyukur dengan nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Aku yakin, aku dan kamu bisa menjadi manusia yang bijak dan bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Semangat untuk terus belajar dan mengevaluasi diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun