Lima belas tahun daya ingat memori saya tumbuh dan juga selama dua belas tahun saya bersekolah, saya sudah banyak melewati perubahan-perubahan yang ada di lingkungan masyarakat. Segala aspek perlahan mengalami kemajuan. Menurutku, yang paling menonjol diantara aspek itu adalah Budaya. Tanpa saya sadari, perkembangan Budaya ini sangatlah mudah untuk masuk di setiap kalangan individu. Hal tersebut bukanlah kabar baik, melainkan kabar buruk. Dampak dari  kemajuan ini nantinya akan mengancam kelestarian budaya lokal kita.
Solusi yang paling sering diprogramkan oleh pemerintah adalah mengubah kurikulum pendidikan yang sebelumnya tidak ada embel-embel budaya lokal dan kini diharapkan selaras dengan kebudayaan lokal. Apakah cara ini berhasil? Yang pasti tidak semudah itu, pemerintah membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk benar-benar bisa melaksanakan program ini.  Ketika rencana ini muncul, banyak pro-konttra yang terjadi. Tetapi menurutku, program seperti ini patut untuk dicoba. Selagi memang bertujuan untuk melestarikan budaya lokal, kenapa tidak?
Kedudukan pendidikan dalam sudut individu yang berbudaya sangatlah penting. Karena ini menunjukkan bahwa individu, mampu 'membatasi' dan 'menyaring' informasi terkait budaya asing yang masuk. Mari kita berandai-andai, apabila populasi masyarakat Indonesia yang berjumlah 275,5 juta (2022) jiwa memiliki kualitas pendidikan yang setara (bersekolah sampai tamat ke jenjang menengah), kira-kira efek apa yang akan terjadi pada budaya kita? Jawabannya sudah bisa kita bayangkan, bahwa minim kemungkinan budaya kita akan terkikis oleh budaya lain. Karena masyarakat, kini sudah memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga kebudayaan lokal.
Walaupun ini cuma pengandaian, saya berharap bahwa Negeri Kita Tercinta ini bisa mewujudkannya. Sudah kewajiban kita sebagai generasi bangsa harus gencar menyuarakan pentingnya budaya lokal di era yang canggih ini.  Mari kerahkan berbagai macam cara  agar budaya lokal kita tidak mudah tergantikan dengan budaya lain. Jangan bosan, karena ini juga bentuk bahwa kita memang peduli dan ingin membuat kebudayaan lokal bisa bertahan lebih lama hingga anak cucu merasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H