Mohon tunggu...
andini safira permana
andini safira permana Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya Andini Safira Permana, biasa dipanggil Andin. Saya merupakan mahasiswa aktif jurusan Diploma 3 Akuntansi di Universitas Hayam Wuruk Perbanas. motto hidup yang selalu saya pegang yaitu lakukan sesuatu hari ini yang mana kita akan ber terimakasih padanya di masa depan. Dari motto hidup tersebut saya selalu termotivasi untuk melakukan berbagai hal yang positif dan saya percaya bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan membentuk masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu, saya selalu berusahaa untuk belajar dan berkembang baik dibidang akademik maupun non akademik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Gelap Society 5.0: Memunculkan Budaya Mengemis Online

16 Mei 2024   21:39 Diperbarui: 16 Mei 2024   21:40 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mengemis-online-600x330.jpg (600×330) (islamkaffah.id)    

Di era digital ini, kemajuan teknologi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, di balik gemerlap kemajuan teknologi, terdapat sisi gelap yang tidak boleh diabaikan. Salah satu fenomena yang mengkhawatirkan adalah munculnya budaya mengemis online. Fenomena ini menunjukkan kemunduran moral dan tidak sejalannya kemajuan teknologi dengan kemajuan sosial. Orang-orang memanfaatkan platform digital untuk mencari simpati dan meminta bantuan finansial di balik layar smartphone dan media sosial.

Society 5.0

konsep Society 5.0, sebuah visi masyarakat yang berpusat pada manusia dan memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan (Binus University, 2023) . Menurut (Simatupang, 2020) Di era Society 5.0, internet telah menjelma menjadi elemen fundamental yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Teknologi digital tak hanya menjadi alat bantu, tetapi telah terintegrasi erat dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, komunikasi, hingga hiburan. keterhubungan internet yang masif dalam Society 5.0 membuka peluang bagi individu untuk menjangkau khalayak luas dengan mudah.

Modus Baru Mencari Simpati Di Era Digitalisasi 

Di era Society 5.0 banyak peluang yang seharusnya di dapat melalui tekhnologi yang ada karena dapat menjangkau seluruh Masyarakat di belahan dunia, namun sayangnya sebagian orang memanfaatkan hal ini dengan cara yang negatif yaitu untuk mencari simpati dan bantuan finansial melalui platform media sosial seperti TikTok untuk meminta sumbangan. Para pengemis online ini memanfaatkan berbagai modus untuk menarik perhatian dan mendapatkan donasi, seperti menunjukkan kondisi hidup yang memprihatinkan, berpura-pura sakit parah, atau bahkan menggunakan anak-anak untuk menarik simpati. Kreatifitas yang dianugerahkan Tuhan seharusnya menjadi alat untuk berkarya dan menginspirasi. Namun, kreatifitas justru disalahgunakan, bahkan mereka rela merendahkan diri dan menelan pahitnya cibiran warganet demi mendapatkan simpati dan donasi.

Dampak Negatif Budaya Mengemis Online

Di balik niat awal mulia untuk mendapatkan bantuan, budaya mengemis online membawa beberapa dampak negatif dan dapat menimbulkan kekhawatiran yang perlu diwaspadai:  

  • sulitnya untuk memverifikasi keaslian cerita dan kondisi para pengemis online. Banyak kasus di mana cerita yang diceritakan ternyata palsu dan donasi yang diberikan disalahgunakan.
  • tren ini dapat memperkuat stereotip negatif tentang orang miskin dan mengeksploitasi kemiskinan untuk keuntungan pribadi.
  • budaya mengemis online dapat memicu rasa ingin membantu yang berlebihan dan mendorong orang untuk memberikan donasi tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan kelayakan penerima.

Mengawal Era Society 5.0 yang Bermoral

Platform media sosial seperti tiktok menjadi lahan bagi para pengemis online. Mereka  memanfaatkan fitur “gift” yang ada pada tiktok yang nantinya bisa di tukarkan menjadi uang. Hal ini mengundang pro dan kontra di kalangan warganet. Di satu sisi, beberapa warganet bersimpati dan tergerak untuk membantu mereka yang membutuhkan. Di sisi lain, banyak yang menyoroti potensi manipulasi dan eksploitasi kemiskinan di balik tren ini. Fenomena ini menjadi pengingat bahwa di balik kecanggihan teknologi, nilai-nilai moral dan kearifan lokal perlu tetap dijaga. Cara untuk memutus budaya negatif seperti ini bisa dimulai dengan hal kecil seperti berikut :

  • menghindari live streaming video yang kurang bermoral
  • memilih konten yang tepat untuk diberikan gift ataupun donasi
  • mendukung konten postif dan kreatif

Dengan melakukan langkah-langkah tersebut, kita dapat bersama-sama membangun Era Digital yang lebih bermoral, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi semua orang. setiap individu memiliki peran penting dalam mewujudkan Era Digital yang positif dan bebas dari eksploitasi. Mari kita bersatu padu dan berkontribusi untuk membangun masa depan digital yang lebih cerah dan berkelanjutan.

Referensi :

Binus University. (2023, oktober 03). Binus University School of Information System. Retrieved from binus.ac.id: https://sis.binus.ac.id/2023/10/03/apa-itu-society-5-0/

Simatupang, A. (2020). Digitalisasi Dan Internasionalisasi Pendidikan Tinggi Dalam Pembentukan Society 5.0 Dan Industri 5.0.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun