Sadari Dampak Emisi Karbon Dari Pandemi
Aktivitas manusia yang beragam menyebabkan peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca dan menghasilkan emisi karbon yang berdampak pada bumi. Emisi karbon merupakan gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon. Contohnya, emisi karbon adalah CO2, gas pembuangan dari pembakaran bensin, solar, kayu, daun, gas LPG, dan bahan bakar lain yang mengandung hidrokarbon. Emisi karbon merupakan penyumbang pencemaran lingkungan yang berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan. Secara tidak sadar, cuaca sudah semakin panas, tapi di wilayah lain terjadi banjir.
Sementara itu, untuk mengurangi laju penyebaran virus corona, pemerintah di masing-masing Negara memberlakukan kebijakan pembatasan pergerakan aktivitas manusia di luar rumah (lockdown) seperti halnya pemerintah Indonesia yang memberlakukan PSBB hingga kini namanya PPKM.
Dengan berkurangnya aktivitas modern manusia menyebabkan tingkat pencemaran udara dan air di berbagai wilayah mengalami penurunan. Seperti di Tiongkok, karantina wilayah dan beberapa faktor lain telah membuat emisi karbon mengalami penurunan hingga 25%. NASA dan ESA telah memantau bagaimana tingkat gas nitrogen oksida di atmosfer turun secara signifikan saat fase pertama Covid-19 sehingga udara lebih bersih.
Pada Mei 2020 dipublikasikan bahwa sebuah penelitian menemukan emisi karbon global harian selama diberlakukannya lockdown mengalami penurunan sebesar 17% dibandingkan tahun 2019 dan dapat turut menyebabkan emisi karbon tahunan untuk turun sebesar 7%. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan aktivitas industri dan kegiatan transportasi merupakan penyebab utama menurunnya emisi karbon.
Menurut Dewan Energi Nasional (DEN), di Indonesia tercatat pandemi Covid-19 berkontribusi pada penurunan emisi karbon hingga 59 juta ton CO2 sepanjang 2020. Emisi karbon pada tahun 2019 tercatat 638 juta ton dan pada tahun 2020 tercatat 579 juta ton.
Namun kondisi tersebut tidak lantas menyelesaikan masalah emisi karbon. Para ilmuwan khawatir jika sudah kembali normal tidak ada lagi pembatasan wilayah akan terjadi lonjakan emisi karbon lebih dari sebelumnya.
Bagaimana Kehidupan Normal Baru Berpengaruh Terhadap Lingkungan
Syukur alhamdulillah, kondisi pandemi kian hari kian membaik. Bahkan di beberapa Negara sudah menerapkan kehidupan dengan normal baru yaitu berdampingan dengan Covid-19. Di Indonesia sendiri sudah banyak wilayah yang zona hijau (0 cases) dan penurunan tingkat PPKM Jawa-Bali menjadi level 2. Lalu apakah dengan adanya normal baru akan memberikan sumbangan kenaikan terhadap emisi karbon lagi seperti yang dikhawatirkan para ilmuwan?