Mohon tunggu...
Andini Harsono
Andini Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler - Blogger - Freelancer

Mengurai dunia dengan rasa, pikir dan syukur... Salam sastra Salam budaya Salam berkarya FB : Andini Harsono Twitter : @andiniharsono Instagram : @andini_harsono

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Senja Memerah di Langit Melaka

9 Agustus 2019   23:17 Diperbarui: 10 Agustus 2019   00:10 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan kali ini memiliki misi bahwa saya harus bisa nyore di pinggir sungai Melaka sambil minum teh hangat. Hal ini sudah saya idamkan sejak 2 tahun lalu. Terus saya ingat, terus saya sebutkan dan terus saya doakan. Alhamdulillah terwujud sudah pada tanggal 26 Juli 2019 lalu.

Bertolak dari bandara KLIA menggunakan bus antar kota dengan harga tiket RM 24,10 menempuh perjalanan hampir 4 jam karena sedikit macet akhirnya kami tiba di Melaka menjelang malam hari. Kalau hari kerja, Melaka hampir sama seperti kota-kota selain Jakarta, sepi. Pukul 20.00 saja sudah pada tutup toko, yang buka tinggal kedai serba ada seperti Seven Eleven dan Family Mart.

Sembari jalan kaki mencari letak hotel tempat kami menginap, kami memutuskan untuk membeli makanan di Family Mart dan perbekalan untuk sarapan di hotel keesokan harinya karena penginapan kami tidak termasuk sarapan (tips hemat nih hehe). Setelah mengisi perut, kami mulai kembali berjalan bermodalkan google maps dan kami melewati beberapa bangunan tua dengan jalan sepi. Agak takut sih, secara ini bukan di Negara sendiri yaa.

Tepat pukul 21.00 waktu Melaka kami tiba di hotel. Oya, di Melaka diberlakukan Tourist Tax sebesar RM 5 per night per person ketika menginap. Hotel kami bernama Hotel Melaka River yang letaknya cukup lumayan dari pusat tourist di Melaka. Tapi tak apa lah, namanya juga jalan-jalan (jalan kaki *lol).

Hari kedua di Melaka sedari pagi kami sudah memilih destinasi mana saja yang hendak dijajaki. Sebelumnya dari awal perjalanan ini dimulai, saya sudah meminta kepada teman perjalanan kali ini bahwa saya ingin melakukan perjalanan dengan santai, liburan santai tanpa diburu-buru waktu atau mengejar destinasi yang banyak. Ingat, misi saya adalah nyore di pinggir sungai Melaka. Beruntungnya, teman seperjalanan menyetujui dan ternyata dia pun memiliki keinginan yang sama.

Menyusuri Sungai Melaka 

Ini adalah perjalanan ketiga saya ke Melaka dan baru kali ini saya menyusuri sungai Melaka lebih banyak. Artinya saya mengambil rute cukup panjang ketika menyusuri sungai. Melaka yang panas seakan tidak menjadi hal yang menyusahkan karena keindahan kota ini membuat mata kami tak pernah lelah memandang.

Langkah kakiku di Melaka. dokpri
Langkah kakiku di Melaka. dokpri
Sepanjang sungai saya melihat betapa beragam budaya, suku, dan agama bisa hidup berdampingan dengan aman di sini. Keindahan ini yang saya kagumi. Sejarah budaya Melaka membuat saya jatuh cinta.

Selain itu, sepanjang sungai Melaka kini dipenuhi banyak lukisan dinding pada bangunan-bangunan atau rumah-rumahnya. Aaah indahnya.

Nyore di Pinggir Sungai Melaka dengan Secangkir Teh Hijau

Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga impian selama ini Ya Allah. Saya percaya banget kalau apa yang kita inginkan asalkan bukan hal yang aneh-aneh pasti terwujud.

Karena Melaka kalau siang panas banget, kami memilih duduk pukul 16.30 hingga 17.30. Memesan 1 loyang pizza yang ternyata enak banget dengan secangkir teh hijau hangat, menjadikan senja yang memerah di Melaka terasa lebih dahsyat.

Nyore dengan Pizza dan Teh Hijau yang sudah hampir ludes. dokpri
Nyore dengan Pizza dan Teh Hijau yang sudah hampir ludes. dokpri
Hilir mudik perahu wisatawan yang berkeliling sungai menjadi hiburan yang tak kalah seru. Mereka melambaikan tangan sambil menyapa kami yang sedang duduk-duduk santai menjadi kenangan yang tak terlupakan pastinya. Alhamdulillah Ya Allah.

Oya seloyang pizza dan secangkir teh hijau seharga RM 15.

Masuk ke Museum Dunia Melayu Dunia Islam adalah Impian Saya Selanjutnya

Selain sungai Melaka yang pesonanya tidak akan pernah hilang dari ingatan, Melaka memiliki sederet bangunan bersejarah dan museum yang sebenarnya sayang untuk dilewatkan.

Tapi mau bagaimana lagi, karena kami datang pada hari Jum'at dan mereka memiliki waktu istirahat lebih panjang karena shalat Jum'at, jadi kami memilih untuk mengunjungi tempat-tempat lain.

A'Famosa, Reruntuhan St. Paul Church, Bangunan Merah, Baba dan Cici, beberapa Klenteng yang kami lewati, Masjid Kampung Keling dan tentunya Jonker Walk merupakan rute petualangan kami seharian di Melaka. Nah, sengaja menyisakan destinasi agar bisa ke Melaka lagi untuk ke museum-museumnya hehe.

Ketika saya melakukan sebuah perjalanan, tujuannya kemana dan mau ngapain di saana selalu saya diskusikan dari awal dengan teman-teman seperjalanan saya. Tujuannya agar semuanya senang karena niatnya kan mau liburan, jangan sampai pulang liburan malah jadi tambah sedih, sebel atau stress.

Saya tipe pejalan yang lebih senang menikmati keindahan tempat dengan mata kepala. Sesekali boleh lah mengabadikannya sebagai kenang-kenangan bahwa saya pernah menjejak ke sana. Selain itu, sebagai pengguna social media, terkadang perlu juga untuk bahan konten hehe.

Kalau sekarang, saya lebih suka menjadi fotografer teman seperjalanan. Tak jarang mereka menyebut saya 'fotografer candid' karena hasil candid-an saya lebih bagus ketimbang foto yang serius *lol

Ah apapun itu, merahnya senja di Melaka sudah cukup menjadi penawar kepenatan selama di Ibukota dan menumbuhkan semangat baru untuk kembali bekerja, berkarya dan berjuang di tengah persaingan yang semakin ketat ini.

Siap tidak siap, kita harus siap berada di tengah masyarakat yang semakin hari semakin kreatif dalam mempertahankan hidupnya. Satu-satunya cara untuk tidak kalah adalah terus meningkatkan kualitas diri, bunuh rasa malas untuk belajar dan perluas pergaulan yang positif.

Semangat ini yang saya dapatkan dari ketenangan Melaka yang sulit untuk dilupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun