Mohon tunggu...
Andini Harsono
Andini Harsono Mohon Tunggu... Freelancer - Traveler - Blogger - Freelancer

Mengurai dunia dengan rasa, pikir dan syukur... Salam sastra Salam budaya Salam berkarya FB : Andini Harsono Twitter : @andiniharsono Instagram : @andini_harsono

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jangan Anggap Remeh Kesehatan Mata

14 Oktober 2016   22:12 Diperbarui: 14 Oktober 2016   22:16 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Happiness is lies, first of all, in health.” – George William Curtis

Sebuah quote di atas digunakan dra. Ratih Ibrahim, M.M. seorang Psikolog mengakhiri paparannya pada Seminar Kesehatan Indera Penglihatan dalam rangka peringatan Hari Penglihatan Sedunia 2016 yang mengambil tema “Solid dan Sinergi Dalam Mencegah Kebutaan.”. Kalau pembicara sebelumnya dr. Gitalisa Andayani Adriono, SpM(K) memaparkan Pencegahan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di Indonesia dimana dr. Gita menjelaskan penyebab-penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan, dra. Ratih yang selama acara seminar ingin dipanggil dengan sebutan Tante karena sebagian besar peserta seminar adalah anak-anak remaja usia sekolah memaparkan tentang Perilaku Sehat Mencegah Gangguan Penglihatan dan Kebutaan.

Kedua materi tersebut sangat penting diketahui oleh masyarakat untuk mencegah masalah gangguan pada penglihatan bahkan kebutaan. Di era digital sekarang ini sudah banyak anak-anak yang menggunakan kacamata. Sebagian besar mengaku karena matanya sudah sering terpapar radiasi pada gadgetyang digunakan. Oleh karena itu penting dilakukan orang tua untuk membatasi anak-anak dalam menggunakan gadget atau bahkan melarangnya sama sekali. dra. Ratih menegaskan bahwa usia 0-2 tahun sebaiknya jangan diberikan gadget sama sekali, baik itu handphone maupun laptop/komputer. Lalu 2-10 tahun 1-2 jam sehari, diatas 10 tahun 2 jam sehari. Tentunya rentang waktu 1-2 jam tidak terus menerus melainkan diselingi dengan aktifitas yang lebih menyenangkan seperti main bola, menyusun puzzle, atau mewarnai.

Bermain gadget sudah menjadi candu bagi para remaja. Seluruh kegiatan pasti berhubungan dengan gadgetnya. Ya saya mengakui bahwa kemajuan teknologi dan perkembangan media informasi lebih mudah diakses melalui gadget, dimana saja, kapan saja. Bahkan berinteraksi sosial kini tidak perlu susah payah. 

Namun, tentu yang positif ada negatifnya tergantung bagaimana kita mengelola diri kita. Sependapat dengan dra. Ratih bahwa kita harus mendisiplinkan diri sendiri dalam menggunakan gadget sehari-hari. Saya sudah menerapkannya. Pekerjaan saya yang berhubungan dengan banyak orang menuntut saya untuk mengaktifkan gadgetsaya 24 jam. 

Tapi saya tidak mau dipengaruhi oleh gadget berlebih. Apabila saya merasa jenuh dan mata mulai lelah (pedih, merah), saya matikan paket data saya dimana sebelumnya saya tulis status di seluruh akun media sosial terutama BBM dan Whatsapp saya yang berbunyi, “BBM/WA off, urgent? Please call me.” Lalu saya melakukan kegiatan lain yang menyenangkan atau untuk beristirahat.

Sebagai pemilik mata minus, sungguh menyedihkan. Sudah minus, silinder pula. Pada masa SMP ada pemeriksaan mata di sekolah dan saya termasuk salah satu siswa yang bermata minus. Ingin nangis rasanya. Saat itu saya dinyatakan minus 0,5 untuk mata kiri, dan 0,75 untuk mata kanan. Memang sekeluarga kami semua menggunakan kacamata. Kemudian dengan terpaksa saya menggunakan kacamata dan saya sering merasakan mata saya lelah. 

Naik ke SMA minus saya pun bertambah dan silinder. 1,25 untuk mata kiri, 1,5 untuk mata kanan dan 0,5 silinder. Pantas saja saya tidak bisa menggaris lurus, tidak bisa menata sesuatu dengan lurus, bahkan berolahraga yang memerlukan keseimbangan badan selalu gagal. Masuk dunia kerja, minus dan silinder saya bertambah. 2 untuk mata kiri, 2,5 untuk mata kanan, dan 1 untuk silinder. 

Saya mengganti kacamata saya. Kemudian setelah kurang lebih 3 tahun kemudian saya melakukan cek mata karena sering pusing apabila menggunakan kacamata saya pada waktu itu. Ternyata jumlah minus saya bertambah tapi anehnya silinder saya berkurang. Entahlah.

Yang pasti saya mengalami gangguan penglihatan. Ciri-ciri seseorang apabila mengalami gangguan penglihatan yaitu kondisi mata merah dan nyeri, bengkak pada mata, terjadi penurunan tajam penglihatan, sering sakit kepala, gangguan penglihatan pada senja, terlihat bagian berwarna putih di daerah orang-orangan mata. Saya mengalami terjadi penurunan tajam penglihatan, sering sakit kepala, dan gangguan penglihatan dikala malam hari. Jadi kalau malam hari haruslah menggunakan bantuan kacamata untuk berjalan dan melihat seseorang.

Sedangkan gangguan penglihatan dan kebutaan yang dapat dicegah antara lain :

  1. Gangguan refraksi yaitu miopi (rabun jauh), hipermetropi (rabun dekat), astigmastisma (mata silinder), presbiopia (mata tua).
  2. Katarak yaitu kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan atau tidak mampu melihat dengan jelas.
  3. Glaukoma yaitu gangguan penglihatan yang disebabkan meningkatnya tekanan pada bola mata yang merusak serabut sarat retina. Glaukoma dapat disebabkan oleh penyakit hipertensi dan diabetes miletus.
  4. Retinopati diabetik adalah penyakit mata yang diakibatkan oleh diabetes.

Lalu apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan penglihatan bahkan kebutaan?

  1. Menghindari membaca dengan jarak yang terlalu dekat.
  2. Membaca di tempat yang terang atau tempat dengan pencahayaan yang cukup.
  3. Tidak membaca sambil tiduran.
  4. Tidak menonton televisi pada jarak yang terlalu dekat.
  5. Menghindari penggunaan komputer dengan jarak monitor ke mata terlalu dekat.
  6. Melakukan gerakan atau olahraga mata agar menjadi lebih kuat dan elastis.
  7. Konsumsi makanan yang mengandung Vitamin A dan diet gizi yang seimbang.
  8. Istirahat cukup.
  9. Hindari asap rokok.

Tentunya pemerintah terus berupaya untuk mencegah masyarakat mengalami gangguan penglihatan dan kebutaan dengan memberikan pelayanan pemeriksaan di Posbindu, Puskesmas, Rumah Sakit dan Klinik. “Jangan malas untuk periksa kesehatan. Mulai dari mata dan seluruh organ badan.” tegas dr. Lily S, Direktur Pencegahan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI pada Seminar yang digelar pada hari Kamis, 13 Oktober 2016 di Ruang Siwabessy, Gedung Dr. Sujudi, Kementerian Kesehatan RI Jakarta. 

Seminar tersebut dihadiri oleh kalangan akademisi kesehatan, praktisi kesehatan, organisasi masyarakat, siswa-siswa sekolah menegah atas, dan juga blogger. Acara tersebut juga dilaksanakan pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah lomba fotografi bertemakan “Stronger Together Indonesia.” yang diikuti oleh lebih dari 200 peserta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun