Usang, ya itu kesan pertama dalam benak ketika saya menginjakkan kaki ke sebuah rumah tua di Jalan Cikini Raya No. 82, Jakarta Pusat. Rasa ingin tahu keras bersuara dalam hati, rumah siapakah ini? Saya meyakini pasti ada sebuah peristiwa besar disini. Langkah demi langkah saya menyusuri rumah dan benar saja, setiap jengkal ubinnya menorehkan cerita.
Ahmad Soebardjo atau Teuku Abdul Manaf, pria keturunan Aceh yang lahir di Karawang pada tanggal 23 Maret 1896 adalah pemilik rumah ini. Beliau seorang pejuang Negeri ini yang diangkat sebagai Menteri Luar Negeri pertama oleh Presiden Soekarno tanggal 19 Agustus 1945. Karena keterbatasan sarana dan prasarana untuk menjalankan tugasnya, maka Soebardjo menjadikan rumah tinggalnya sebagai kantor Kementerian Luar Negeri (Departemen Luar Negeri).
Ahmad Soebardjo menghabiskan masa mudanya sebagai aktivis mahasiswa pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dan beliau berkesempatan belajar ke Eropa lebih dulu daripada Bung Hatta, Tan Malaka dan Sjahrir. Tepatnya di Belanda, Soebardjo mengambil subyek hukum di Universitas Leiden pada tanggal 28 Juni 1919 bertepatan dengan penandatanganan Perjanjian Versailles.
Kepiawaian Soebardjo dalam hal komunikasi karena beliau adalah wartawan membawanya ke berbagai kegiatan politik di luar studinya. Tak lupa kegiatannya itu adalah bagian dari perjuangannya mendapatkan kemerdekaan Republik ini. Ahmad Soebardjo mendirikan organisasi perhimpunan mahasiswa Indonesia di Belanda bernama Perhimpunan Indonesia yang beranggotakan Dr. Sutomo, Sjahrir, Hatta, dan lainnya.
Ide atau gagasan adalah hal yang sangat beliau pegang. Berawal dari sebuah ide kemudian mempercayainya maka lahirlah sebuah kekuatan besar. Menurutnya, ide yang melahirkan, membentuk dan mengubah sejarah umat manusia di dunia, termasuk Indonesia. “Saya berpendapat bahwa ide-ide merupakan unsur terpenting dalam perkembangan dan kemajuan sejarah dunia, termasuk sejarah kemerdekaan Indonesia. Tapi bukan sembarangan ide dapat menggerakkan manusia untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi negara dan masyarakat. Hanya ide-ide yang mengandungkebenarandankeadilandapat menyentuh jiwa manusia yang dapat merasakannya.”Kutipan singkat pidatonya tahun 1974 di Gedung Kebangkitan Nasional Jakarta yang tertulis pada buku berjudul “Peranan Ide-ide dalam Gerakan Kemerdekaan Indonesia.”
Sebagai Negara yang baru memproklamirkan kemerdekaannya, Soebardjo bekerja keras memberikan informasi seluas-luasnya ke dunia bahwa Indonesia telah merdeka. Tanpa adanya pengakuan dari masyarakat Internasional akan kemerdekaan, Indonesia tidak akan bisa disejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Kerja keras Soebardjo berbuah manis, dukungan datang dari berbagai pihak dan Negara.
Salah satunya, Amerika Serikat, Presiden Harry S. Truman menegaskan sikap AS yang tidak ingin mencampuri politik dalam negeri negeri-negeri di Asia Timur. Kemudian Sydney, Australia, para buruh pengangkutan mogok kerja untuk memindahkan emas dari Bank of Sydney ke kapal Belanda. Mereka beranggapan emas itu akan diangkut ke Indonesia untuk membiayai upaya menggagalkan perjuangan kemerdekaan dan berbagai Negara lainnya yang menyatakan dukungan penuh Indonesia merdeka.
Achmad Soebardjo Sang Pembaca Sejati
Sejak kecil Soebardjo sudah memiliki ketertarikan khusus terhadap masalah-masalah dunia internasional. Peristiwa-peristiwa besar dunia menjadi perhatiannya, semisal Revolusi China tahun 1911, Perang Balkan tahun 1912-1913, Perang Dunia I tahun 1914-1918, Revolusi Bolshevik tahun 1917, dan lainnya. Ketertarikannya pada perkembangan dunia internasional dan implikasinya bagi Indonesia yang kala itu masih bernama Hindia Belanda menjadikan Subardjo muda sosok yang rajin membaca surat kabar Belanda di Batavia.
Soebardjo lebih baik menghabiskan waktu liburnya untuk membaca di ruang kerja daripada pergi keluar bersepeda dengan kawan-kawan. Kegemarannya membaca sangat terlihat ketika saya memasuki ruang kerjanya yang dipenuhi oleh buku-buku berumur lebih tua dari saya tentunya dengan berbagai bahasa dan berbagai pembahasan. Dengan pekerjaannya sebagai Menteri Luar Negeri membawanya bertugas berkeliling dunia.