Mohon tunggu...
Andini AprysheilaRahmi
Andini AprysheilaRahmi Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Mahasiswa

Sometimes we win, sometimes we learn. So, never guilty to choose yourself.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Arti Kerelawanan dari Sosok Raka Eka Pramudito Eksekutif Direktur Komunitas Turun Tangan

22 Juni 2021   13:37 Diperbarui: 22 Juni 2021   13:44 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai anak muda serta mahasiswa tentu kata kerelawanan tidak asing di telinga. Kegiatan kerelawanan tersebut perlu kita terapkan dalam kehidupan sebagai manusia sosial. Dengan mepupuk jiwa sosial dengan berkegiatan positif seperti kerelawanan, selain dapat menumbuhkan sikap peka terhadap problematika yang ada di masyarakat, kita juga dapat menambah relasi dengan bertukar pikiran bersama kawan-kawan relawan sosial lainnya. Sebagai anak muda terlebih mahasiswa penting bagi kita terus belajar dan berkontribusi untuk masyarakat langsung. Layaknya Raka Eka Pramudito, pemuda lulusan Universitas Brawijaya Jurusan Ilmu Politik tahun 2015, yang aktif dalam kegiatan kerelawanan serta organisasi. Karena memiliki jiwa kerelawanan yang tinggi, sekarang ini ia tergabung dalam beberapa komunitas aksi sosial, seperti mendapat jabatan sebagai Executive Director pada Komunitas Turun Tangan, bahkan saat ini ia juga dipercaya mejadi ketua dari Yayasan Pita Kuning.

Dalam wawancara yang dilakukan kali ini Raka Eka Pramudito akan berbagi pengalaman bagaimana menjadi volunteer yang profesional. Diawali dengan kalimat tentang konsisten bergabung dalam kerelawanan "kita harus berdaya diri sendiri dulu sebelum kita memberdayakan orang lain". Dengan bahasa yang rendah diri Raka Eka pramudito menjelaskan bagaimana awal mula ia menjadi aktif di kerelawanan hingga menjadi Eksekutif Direktur di Komunitas Turun Tangan.

Dengan pengalaman serta pencapaian yang dibilang oleh dirinya sedikit Ia menjelaskan satu-persatu pencapaian yang telah ia dapatkan. Pada tahun 2014 Raka Pramujito mewakili Universitas pada Konferensi Nasional soal Komunikasi Politik. Dengan rentang waktu 3,5 ia menyelesaikan perkuliahannya. Dengan waktu yang cukup singkat, memungkinkan Raka untuk tidak membebani orang tua untuk biaya kuliah yang harus dikeluarkan. Pada tahun 2020 Raka Eka pramudita itu lagi-lagi menjadi perwakilan Komunitas Turun Tangan untuk menerima penghargaan dari perdana menteri Malaysia untuk ia dan komunitasnya berkiprah di dunia kerelawanan selama 7 tahun, setelah banyak gerakan serta inisiatif inisiatif sosial di Indonesia serta di ASEAN.

Bermula pada tahun 2013, ia telah berhasil mendirikan Turun Tangan regional di Kota Malang dan Kota Tangerang. Selanjutnya pada tahun 2016 ia sedang fokus pada pendidikan Ia mengaplikasikan ilmunya dengan juga mendirikan sebuah komunitas bernama Selasar Didik Nusantara pada Kota Jakarta Kota Malang dan Mataram. Dengan tujuan untuk membantu guru-guru dalam menyelenggarakan pendidikan yang sifatnya eksperimental. Dan komunitas tersebut masih bertahan hingga saat ini. Tidak hanya disitu pemuda kelahiran tahun 1995 itu terpilih menjadi Duta Cerita pada The Habibie Center. The Habibie Center sendiri merupakan sebuah yayasan yang dikelola oleh mantan presiden Indonesia yaitu almarhum BJ Habibie. Saat itu ia terpilih satu dari 30 orang yang beruntung di kota Malang.

Kehidupan seorang Raka Pramujito yang aktif dalam aksi kerelawanan pada tahun 2015 ia kembali menjadi Raka yang realistis, ujarnya. Setelah lulus kuliah, Ia diterima di MNC Group sebagai sales manager naik pangkat sebagai operational manager dan organization spesialis. Setelah lulus ia sempat menganggur dan menganggap dirinya sebagai "beban Negara" karena ia tidak melakukan hal apapun selama tiga bulan setelah ia lulus.

"berkat doa ibu saya diterima di perusahaan MNC Group dengan cukup baik di sana saya berkarir selama 4 tahun..." pungkasnya.

Tetapi di luar pekerjaannya tersebut Ia tetap aktif di dunia kerelawanan dengan mengikuti 30 proyek dan mengakubasi 5 komunitas di beberapa kota. Perjalanan karirnya di MNC Group berhenti pada tahun 2019 ia pindah ke perusahaan GO-JEK pada tahun 2019 bulan Juli. Kerelawanan memang penting, berkegiatan sosial memang wajib kita lakukan. Tetapi sebagai manusia, hidup harus berjalan kita harus realistis terhadap keadaan, ia tetap harus bekerja untuk menyambung hidup. Dengan bekerja di perusahaan GOJEK pada saat itu.

Tidak lama bekerja pada GO-JEK GROUP ia pindah dan bekerja di Komunitas Turun Tangan selama 10 bulan pertama dengan menyelesaikan 25 project. Akhirnya pada tahun 2020 ia merasa Tuhan menghendakinya harus kembali ke dunia kerelawanan untuk gunakan ilmu yang ia punya untuk menajamkan idealismenya, Ia mendapat amanah di turun tangan dengan memimpin beberapa kota.

"business is business, business is about profit business is about money bagaimanapun juga impact menjadi secondary line,". Ia menjelaskan bahwa meskipun perusahaan korporasi memiliki tujuan, tagline work with impact, tetaplah keuntungan perusahaan menjadi hal yang utama Ia memilih pindah karena merasa bahwa masih ada titik-titik idealisme yang tertinggal dan belum luntur sepenuhnya untuk dunia kerelawanan pada dirinya.

Kerelawanan bukan hal yang dijalankan dengan keterpaksaan tetapi menjadi seorang relawan berarti bekerja untuk masyarakat tidak memakai tenggat waktu dan yang kita lihat hanyalah standar keberhasilannya. Standar keberhasilan bagi seorang relawan adalah ketika project menyelesaikan masalah itu telah tercapai maka standar keberhasilan telah tercapai pula. Bukan menempatkan standar tersebut pada waktu, tetapi ketika poin poin standar keberhasilan tersebut dapat tercapai. Ketika poin-poin tersebut telah selesai dalam kurun waktu yang ada maka pada waktu-waktu selanjutnya hal tersebut bukanlah menjadi suatu masalah lagi. Baginya menjalankan projek kerelawanan bukanlah terus menyelesaikan hingga masalah terselesaikan, bukanlah terus menjalankan projek tanpa ada standar keberhasilan. "bukankan membuat masalah baru tapi ketika kita melihat masalah dan ingin menyelesaikannya" jelasnya.

Dari sanalah ia mulai merambah, Raka mendefinisikan arti kerelawanan baginya bukanlah sesederhana sikap rela berkorban dan tidak mengharapkan imbalan. Dengan menggarap kerelawanan sebagai konsep dalam skripsinya yang dibuatnya lah yang pada akhirnya ia menemukan arti dari kerelawanan itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun