Tokoh Gita, menurut saya merupakan representasi yang mengingatkan kita pada Jugun Ianfu di masa penjajahan Jepang. Juga para Nyai, sebutan untuk para wanita pribumi yang dijadikan istri oleh tentara Belanda.
Walaupun pada akhirnya mereka tidak bersatu. Kisah romansa singkat antara tentara Belanda dan wanita pribumi ini menjadi bumbu film yang menarik para penonton. Sekaligus juga mengungkap sisi manusia biasa seorang penjajah.
Lakemeier, si pemeran De Vries, dapat menyampaikan pergulatan hati dan kegundahan tentara muda Belanda kepada penonton dengan sangat baik.
Kenzari si pemeran Westerling menurut saya juga berhasil merepresentasikan diri sebagai tokoh pemimpin yang cakap, tegas, berkharisma, Â dan kejam dengan sempurna.
Tokoh de Vries di film ini digambarkan bersetting di dua tempat : Belanda dan Indonesia.
Ketika menceritakan de Vries di Indonesia, warna film yang dipakai cukup hangat, menggambarkan suasana iklim Indonesia.
Namun, ketika alur berpindah ke masa-masa de Vries pulang perang, warna yang dipakai lebih abu-abu, menguatkan iklim Eropa yang dingin.
Permainan warna ini cukup baik. Selain membuat penonton mengerti bahwa alur ceritanya sedang berpindah, ini juga jadi cara lain supaya penonton merasakan suasana yang tengah dialami oleh karakter yang tengah muncul di layar.
Selain itu, penonton juga akan dimanjakan dengan setting pemandangan indah dominan hijau saat de Vries berada di Indonesia.
4. Apakah film ini memuaskan para penggemar sejarah?