Saya banyak bertemu dengan tetangga yang saya kenal.
Sambil membersihkan makam dan mengobrol, kegiatan ini menjadi begitu menyenangkan.
Dari sekian banyak para peziarah yang saya kenal, saya mulai menyadari bahwa kegiatan ini tidak diperuntukkan untuk agama tertentu saja.
Walaupun dilakukan menjelang bulan Ramadhan, kami dari berbagai latar belakang agama yang berbeda berkumpul. Â
Simply mengingat serta menghormati leluhur dengan membersihkan makam mereka.
Sungguh, nilai kearifan lokal asli Indonesia yang luar biasa. Pikir saya.
Saat berada dekat dengan pintu makam, saya melihat Bapak Mahmudi. Seorang pemuka agama Islam di kampung nenek saya.
Beliau membawa plastik besar dan menuangkan isinya ke atas tikar. Ternyata itu adalah tumpukan roti kemasan plastik.
Karena roti-rotinya tidak karuan di atas tikar, saya pun menawarkan diri untuk membantu menata.
Pak Mahmudi pun mengiyakan, sembari memberi saya beberapa set plastik hitam ukuran tanggung.
Beliau segera memerintahkan saya untuk mengisi tiap plastik dengan dua roti kemasan plastik, dua jenis makanan kecil, dan beberapa buah-buahan yang dibawa oleh para peziarah.