Invisible String Theory
Saat masih SD, saya ingat pernah menonton sebuah film Mandarin yang dibintangi oleh Ricky Hui. Bagi yang umurnya seangkatan dengan saya, nama Ricky Hui pasti tidak asing. Dengan rambut khasnya yang mirip Bruce Lee dan berponi, penampilan Ricky Hui yang ikonik itu pasti akan abadi.
Saya lupa judulnya, namun salah satu adegan menampilkan Ricky Hui sedang dibuka indera ke enamnya oleh seorang wanita.
Setelah dibuka mata batinnya, Ricky Hui mampu melihat bahwa di tiap kaki manusia terdapat benang merah yang saling terhubung sama lain.
Ricky Hui kemudian mencari sosok wanita yang disukainya di tengah kerumunan orang.
Setelah menemukan sosok yang dimaksud, Ricky Hui melihat ternyata benang merah wanita itu terhubung ke pria lain. Segera ia mencari gunting, memotong benang merah si wanita, kemudian mengambil dan berusaha menali benang merah wanita yang terpotong ke benang merah di kakinya. Setelah berhasil menali, tiba-tiba si wanita melihat ke arahnya dan mulai tertarik kepada Ricky Hui.
Sungguh adegan yang sangat kocak dan terekam di otak saya karena uniknya.
Saat dewasa, baru saya tahu bahwa ternyata benang merah itu adalah mitos cerita rakyat dari China dan Jepang.
Dikenal juga dengan sebutan The Red Thread of Fate atau Invisible Red String Theory.
Belakangan mitos ini viral kembali, karena banyak orang membagikan pengalaman mereka sudah bertemu sebelumnya dengan jodoh mereka secara tidak sengaja.
Banyak yang membagikan saat tidak sengaja di kereta, di sekolah, di lapangan, dll mereka mengambil foto.Â
Ternyata di belakang atau di samping mereka adalah orang-orang yang kelak adalah jodoh mereka. Mereka tidak sengaja telah berada dalam satu frame sebelumnya beberapa tahun, bahkan saat mereka berdua masih kecil dan tidak kenal satu sama lain.
Teori Kuantum Fisika
Mitos benang merah itu menurut saya berhubungan dengan teori kuantum Fisika.
Ketika berbicara tentang cinta dan asmara, kebanyakan orang sering memunculkan koneksi antara hal yang gaib dan mistis.
Ternyata koneksi tersebut ada di dunia subatomik juga. Fisikawan menyebut fenomena aneh dan berlawanan dengan intuisi ini sebagai 'keterikatan kuantum'.
Laman Livescience, melaporkan ide dasar dari keterikatan kuantum yakni dengan adanya dua partikel yang terkait erat satu sama lain, bahkan jika dipisahkan oleh miliaran tahun cahaya dari ruang, maka perubahan induksi yang satu akan mempengaruhi yang lain.
Pada 1964, fisikawan John Bell mengemukakan bahwa perubahan tersebut dapat terjadi secara instan, bahkan jika partikel berada sangat jauh.
Krister Shalm, seorang fisikawan dengan National Institute of Standards and Technology (NIST) di Boulder, Colorado melakukan pengujian teori Bell.Â
Shaam dan rekan-rekannya menggunakan strip logam khusus didinginkan sampai suhu cryogenic, yang membuat logam menjadi bersifat superkonduktor, yang tidak memiliki hambatan listrik. Sebuah foton (partikel kecil dalam radiasi elektromagnetik) menyentuh logam dan mengubahnya kembali menjadi konduktor listrik normal dalam sepersekian detik, dan ilmuwan dapat melihat hal ini terjadi.
Teknik ini memungkinkan para peneliti untuk melihat bagaimana pengukuran dari satu foton mempengaruhi foton lain dalam sebuah pasangan yang saling terikat. Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal Physical Review Letters, sangat mendukung Teorema Bell.
Dalam paper dijelaskan bahwa setiap model dunia yang berisi variabel tersembunyi juga harus memungkinkan untuk partikel terjerat mempengaruhi satu sama lain meski berada dalam jarak.Â
(Sumber : https://tekno.republika.co.id/berita/o2mjvl368/teorema-cinta-dari-sudut-pandang-fisika-modern )
Sympathetic Vibrations
Satu teori sains yang masih berhubungan adalah sympathetic vibrations.
Menurut Merriam Webster. sympathetic vibration (noun)Â : a vibration produced in one body by the vibrations of exactly the same period in a neighboring body.
The classic example of sympathetic vibrations is of two similar tuning forks (same frequency). When one of these tuning forks is set into vibration and brought close to the other at rest, the latter starts to vibrate. Here, air is forced into vibration at the same frequency as itself by the first tuning fork, and these vibrations carry to the second tuning fork which vibrates readily (resonance).
(Sumber : https://physics.stackexchange.com/questions/751033/what-exactly-are-sympathetic-vibrations )
Contoh lain terjadinya sympathetic vibrations ini adalah saat kita membunyikan drum di depan sebuah gong. Gong akan ikut mengeluarkan bunyi walaupun tidak tersentuh sama sekali oleh tangan manusia ataupun drumnya.
Pada manusia, sympathetic vibrations ini telah diteliti.
Salah satunya adalah penelitian dari Dr. Michael R.W. Dawson and Dr. David A. Medler dari University of Alberta, masuk daftar Top 5 Universitas di Kanada dan Top 150 Universitas di dunia, menyatakan bahwa sympathetic vibration adalah :
"The definition of sympathetic resonance is when one thing vibrates in response to another. For example, when one person or thing matches the feelings, emotions, and actions of another. This can be a good thing --- or a bad thing. Â
Physical entrainment, in which periodic behavior of one object can be communicated to another, even when there are no direct physical connections between the two."
Setiap manusia memancarkan gelombang elektromagnetik yang berasal dari pikiran dan perasaannya yang disebut vibrasi. Manusia yang lain dan alam menangkap dan akan merespon gelombang tersebut.
Contoh yang nyata jika ada ibu yang mempunyai bayi sedang dalam keadaan yang kalut dan banyak pikiran maka bayinya cenderung akan rewel.
Vibrasi ini dapat mempengaruhi suasana dan keadaan sekitar.
Apabila satu kantor isinya ribut semua, maka kondisi kantor itu akan panas dan tidak teratur. Secara fisik, semua saling bekerja sama tetapi secara saluran frekuensi dan perasaan tidak menyatu.
Vibrasi orang-orang yang dalam frekuensi yang sama akan membentuk kondisi sekitar yang kondusif karena mempengaruhi satu sama lain.
Â
Jodoh Tak Melulu Soal Pasangan
Saat mencari pasangan, manusia mencari yang sevibrasi.
Entah ditandai dengan kecocokan dalam banyak hal kesukaan, pola pikir, cara menyikapi masalah, dll.
Dalam tulisan ini, saya mau emphasize bahwa definisi jodoh tidak hanya soal pasangan. Tapi juga kita dalam hubungan dengan orang-orang di sekitar.
Kutipan terkenal menyatakan bahwa semakin kita dewasa atau menua, lingkungan pertemanan akrab kita dengan orang lain akan semakin mengecil jumlahnya.
Kita menjadi semakin intuitif dan secara natural kita mengalami kecocokan dengan inividu-individu yang selaras atau sevibrasi.
Saat vibrasinya tidak selaras, kita akan mengalami pertentangan.
Contoh nyatanya pernah saya alami beberapa bulan lalu.
Saat itu saya berada di sebuah salon. Salon tersebut memiliki beberapa kapster. Selama berada di situ, saya betul-betul merasa tidak nyaman. Para kapster tersebut selalu bergosip mengenai orang lain. Yang saya yakin kebenarannya wallahu alam.
Mendengar semua itu saya rasanya ingin cepat-cepat selesai dan pergi. Saya tidak betah. Saya merasa kemrungsung.
Perasaan berbeda saya rasakan saat saya ngobrol dengan seorang ibu penjual tahu mercon. Sambil menunggu tahunya digoreng, ibu itu berbincang dengan saya mengenai banyak hal. Mulai dari bagaimana beliau mendapatkan bahan tahu sampai menasehati saya mengenai seni nrimo ing pandum dalam hidup.
Berbincang dengan ibu itu menimbulkan perasaan hangat, tentram, dan betah berlama-lama untuk tinggal.
Saat merefleksikan lewat tulisan ini, bertambah saya menyadari sedahsyat itu vibrasi orang lain bisa mempengaruhi kita. Bahkan dari hal sederhana sekalipun.
Lingkungan yang Harmoni Agar Bisa BersinergiÂ
Â
Sebagai penulis tulisan ini, apakah saya sudah begitu sempurnanya dengan menularkan pancaran vibrasi positif dimanapun kapanpun?
Tentu saja TIDAK.
Saya pun masih terus berproses.
Saat kelelahan, merasa kecewa, atau sedih. Saya rentan tidak mampu mengelola emosi dengan bijaksana.
Namun demikian, hal yang saya ingat terus adalah kita tidak dapat hidup tanpa orang lain.Â
Baik di lingkungan rumah, tempat kerja, dan masyarakat luas.
Kita butuh orang lain untuk bisa survive dalam mencapai tujuan bersama.Â
Itu menjadi reminder pribadi buat saya, untuk berusaha mengelola emosi dimanapun.
Sehingga, saat kita sebetulnya merasakan kekecewaan atau kesedihan luar biasa. Kita tidak akan menyalurkan energi itu dengan menyakiti orang lain sebagai bahan pelampiasan rasa kecewa.
Tidak selalu mencari yang sevibrasi, kita juga seyogyanya menjadi sumber vibrasi yang positif. Karena seperti dipaparkan di awal, antar vibrasi saling mempengaruhi satu sama lain.
Saat vibrasi positif lebih mendominasi dan banyak daripada yang negatif. Maka sinergi dan harmoni terwujud.
Tujuan menjadi cepat tercapai.
Alm. Dorce Gamalama di acara talkshow terkenalnya, Dorce Show, selalu berkata "Kekurangan milik manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah".
Benar adanya, karena kita manusia banyak salah dan dosa.
Dengan cipta, rasa, karsa yang Tuhan sudah berikan, setidaknya bisa berusaha menjadi lebih baik tiap harinya.
Dengan intuisi dan kepekaan kita bisa memilah mana yang bernilai kebenaran dan membangun.
Mana yang tulus, mana yang berpura-pura.
Lebih banyak mendengar, tidak hanya ingin didengar.
Mengutip kutipan dari salah satu life-coach favorit saya, Adjie Santosoputra, untuk menutup tulisan ini :
"Relasi itu cermin. Cermin untuk mengenal diri sendiri."
Semoga kita sudah menerima kenyataan seapadanya, ya.
Hidup sadar, sehat, selaras, dan terus belajar.
Karena memang hidup tidak semudah itu, maka dari itu antar individu harus saling membangun, membantu. Vibrasinya menyatu.
Tinggal kita yang memilih. Menjadi yang membantu atau hanya menggerutu.
Selamat hari Senin.
Salam hangat dari saya untuk Anda dimanapun berada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H