Cak Nun menjawab dengan sebuah analogi orang membangun rumah, "Perbedaan itu seperti orang membangun rumah. Tidak mungkin kalau rumah itu dibangun hanya dari batu bata atau semen saja. Pasti macam-macam bahan itu dipakai semua membentuk rumah yang layak dan kokoh. Seperti itu juga perbedaan. Perbedaan itu biasa. Justru perbedaan itu kalau diarahkan untuk saling melengkapi akan menjadi kekuatan." Begitu kata Cak Nun. Masih ingat juga bahwa ibu saya manggut-manggut sambil bergumam, "Iyo, bener kuwi." (Iya, betul itu)
Pernyataan Cak Nun yang walaupun telah puluhan tahun berlalu itu tetap terpatri di hati saya sampai sekarang. Seperti halnya anggota tubuh, tiap bagian sudah memiliki fungsi masing-masing dan sama pentingnya.
Begitu juga dengan kita, masing-masing sudah memiliki talenta, minat, tujuan hidup, passion sendiri. Sudah sepatutnya kita sesama manusia saling memanusiakan manusia dengan menghormati pilihan masing-masing. Menjaga lidah kita dan tentu saling mendukung.
Mungkin aku suka singkong, kau suka keju. Tidak masalah, mari kita buat singkong keju. Untuk kita bersatu, maju, dan melaju.
Semoga refleksi saya ini berguna.
Salam hangat, sehat, dan semangat dari saya, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H