Pikiran atau kata-kata negatif orang pada kita juga tidak akan dianggap karena termasuk dalam hal yang tidak ada dalam kendali. Cara pandang kitalah yang menentukan hal-hal tersebut buruk atau baik.
Sungguh pemahaman baru yang mencerahkan dan memberkati saya secara pribadi. Intinya, stoikisme atau stoa mengajarkan kita untuk bersikap masa bodoh terhadap hal-hal yang bukan kapasitas kita mengontrol dan menguasai.
Sehingga pada akhirnya, segala realita akan berubah menjadi pemahaman yang mendamaikan. Bukan malah mengurangi kewarasan kita.
Apakah saya sebagai penulis telah berhasil menjadi penganut stoa sejati sekarang? Oh, tentu saja belum! Saya pun masih berproses melepas belenggu overthinking saya pelan-pelan.
Mencoba jalani hidup sesuai realita saat ini agar saya bisa menyadari bahwa semua hal yang kita cemaskan, belum tentu menjadi kenyataan. Mengutip dari salah satu tagline life coach favorit saya, Adjie Santosoputro, “Semoga kita bisa menerima kenyataan SEAPAADANYA.”
Semoga ngudarasa saya ini bisa berguna ya. Salam hangat dan sehat selalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H