Mohon tunggu...
Andini Okka W.
Andini Okka W. Mohon Tunggu... Guru - -Work for a cause not for an applause-

- a teacher, a humanist, and a lifetime learner -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya RSVP Dalam Adab Komunikasi Secara Online

18 Juni 2021   19:05 Diperbarui: 18 Juni 2021   19:20 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pandemik karena virus Covid-19 memang membuat banyak perubahan dalam hidup manusia. Salah satunya adalah sistem pendidikan. Saya bekerja sebagai seorang guru swasta di tingkat sekolah dasar. 

Pandemik membuat saya dan rekan sejawat harus putar otak, mencari cara yang efektif agar pembelajaran tetap dapat dilaksanakan tanpa bertatap muka dengan para siswa. 

Tidak hanya teknis pembelajaran siswa, cara kami bekerja di kantor pun berubah total. Kami yang biasa berkumpul dan bekerja bersama, diputuskan untuk melakukan WFH atau Work From Home untuk sementara waktu. Segala informasi, diskusi, dan koordinasi dilakukan secara daring (dalam jaringan), melalui aplikasi WhatsApp.

Pada suatu pagi, salah seorang atasan saya menegur kami dalam grup WhatsApp khusus guru dan staf. Beliau adalah seorang Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum  (Wakasek Kurikulum) yang bernama, sebut saja Ibu Kurniawati. 

Beliau menegur kami untuk tidak melupakan RSVP dalam berkoordinasi dan berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp. Hal ini dilakukan sebagai bentuk apresiasi  dan umpan balik langsung kepada siapapun penyampai informasi dalam grup. Dengan demikian komunikasi yang sehat dan aktif dapat tercapai, walaupun terbatas hanya dilakukan melalui jaringan internet.

 Jujur saja, saya memang sering melihat tulisan RSVP pada undangan pernikahan. Namun saya hanya membacanya sebagai suatu kata yang berhubungan dengan reservasi atau mohon kesediaan konfirmasi. Berbekal dari teguran pagi tadi, saya pun penasaran apa itu sebetulnya arti kata RSVP. Bertanya kepada Mbah Google adalah jalan ninja saya hehehe...

Menurut artikel yang saya baca, secara etimologis RSVP merupakan sebuah singkatan dari Bahasa Perancis. Melansir dari The Spruce, RSVP berasal dari ungkapan Bahasa Perancis rpondez s'il vous plat yang artinya tolong tanggapi.

Kemudian menurut Kamus Bahasa Inggris Indonesia, r.s.v.p. berarti (Repondez sil vous plait) Fr.: Harap dijawab. Dalam Bahasa Inggris, ungkapan ini diterjemahkan menjadi "please respond".

Jika kata RSVP ditulis dalam sebuah undangan, maka tuan rumah telah meminta tamu menanggapi untuk konfirmasi apakah mereka berencana untuk menghadiri pestanya atau tidak. RSVP berguna untuk pihak pengundang karena mereka bisa memperhitungkan jumlah tamu yang datang.

Sedangkan dalam adab berkomunikasi melalui WhatsApp seperti yang Ibu Kurniawati maksud, RSVP berarti memberikan jawaban atau respon cepat tanggap terhadap pernyataan atau pertanyaan seseorang dalam grup.

Semenjak ditegur dan mengetahui arti RSVP yang sebenarnya. Saya menjadi pribadi yang menjunjung tinggi budaya RSVP dalam berkomunikasi online. Entah itu ketika berkomunikasi online dengan anggota keluarga sendiri, teman sejawat, orangtua siswa, penjual barang, atau  ojek online. Sebisa mungkin saya akan memberikan respon dengan cepat dan sopan.

Saya menyadari, momen dimana kami ditegur. Banyak pertanyaan atau pernyataan yang diberikan dalam grup WhatsApp namun tidak terjawab.  Padahal waktu itu, respon kami sangat krusial diperlukan karena kami terbatas hanya bisa berkomunikasi secara lisan dan online. 

Bilamana kondisi tanpa respon itu terus menerus terjadi, tentu menjadikan situasi yang kurang nyaman dan komunikasi yang tidak efektif. Penyampai informasi dalam grup WhatsApp menjadi kurang dihargai dan tidak mendapatkan umpan balik yang sebetulnya segera diperlukan dalam pengambilan keputusan.  

Tidak semua orang tentunya memiliki kebiasaan melakukan budaya RSVP atau "harap dijawab" ini. Beberapa kali saya mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan berkenaan dengan ini. Salah satunya adalah sebagai berikut.

Pernah suatu hari saya mencoba berkomunikasi dengan salah seorang admin toko kue melalui aplikasi WhatsApp, untuk memesan beberapa panganan acara syukuran.

Saya bertanya denga mengetikkan mengenai ketersediaan menu panganan yang ada berikut daftar harganya. Karena situasi pandemik, memesan lewat WhatsApp tentu lebih aman. 

Lagipula, pihak toko kue pun menyertakan nomor WhatsApp dan memberi label menerima layanan online dalam laman Instagramnya. Lama tidak ada respon, beberapa jam kemudian akhirnya dibalas dengan  kata "Ada". 

Saya tunggu beberapa waktu, namun lampiran menu yang saya harapkan tidak kunjung disertakan juga. Saya ulangi bertanya lagi mengenai menu, namun dalam beberapa jam tidak ada jawaban. Saya langsung putuskan untuk tidak jadi memesan di toko kue tersebut, karena respon terhadap calon pelanggannya yang  lambat. Alih-alih pesanannya siap diambil, justru waktu banyak terbuang hanya untuk memastikan ragam pesanan saya saja.

Dari pengalaman tersebut, saya bisa membayangkan perasaan si penyampai informasi pada grup kantor bila sama sekali tidak mendapatkan respon atau jawaban ketika itu. Tentu sangat menjengkelkan bukan?

Dalam situasi pandemik seperti sekarang, apapun yang berbasis online tentu sangat disarankan. Demi menghindari kerumunan dan interaksi langsung antar manusia. Oleh karena itu, segala bentuk komunikasi yang terbatas dilakukan secara online tentunya juga diharapkan menghasilkan komunikasi yang efektif. Budaya RSVP menurut saya adalah salah satu dari sekian caranya. 

Respon yang cepat tanggap dari customer service suatu usaha atau bentuk layanan publik yang lain tentunya menjadi harapan para pelanggan, agar pesanan yang dikehendaki dapat segera terlaksana sesuai dengan ketentuan khusus yang disebutkan. Pelayanan yang ramah dan cepat tanggap, tentu berdampak pada meningkatnya grafik penjualan bukan?   

Saya pribadi dalam peran saya sebagai guru, anggota keluarga, dan juga anggota masyarakat.  Menerapkan budaya RSVP dalam keseharian ternyata memberikan manfaat nyata. Selain agar membuat orang lain yang berkomunikasi dengan kita merasa dihargai. 

Komunikasi yang saya dan orang lain lakukan dapat berjalan dengan komunikatif, menghasilkan komunikasi yang efektif. Efektif dalam pencapaian jawaban atau maksud dari tujuan kami berkomunikasi. Walaupun kami terbatas berkomunikasi tanpa bertatap muka. Selain itu, tentunya juga dapat menghindari kesalahpahaman yang mungkin terjadi.

Jadi, apakah Anda akan menerapkan budaya RSVP sebagai bagian dari adab berkomunikasi online  Anda sekarang ? ;)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun