Mohon tunggu...
Andini Latifatunnisa
Andini Latifatunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - pelajar/mahasiswa

hobi menulis dan membaca dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Ombak dan Luka

1 Januari 2025   00:26 Diperbarui: 1 Januari 2025   00:26 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dimas..." suara Pak Jaka bergetar.

"Ayah," jawab Dimas, menghampirinya.

Pak Jaka berdiri dengan gemetar, lalu tiba-tiba memeluk Dimas erat. "Maafkan Ayah, Nak. Ayah telah menyia-nyiakanmu. Ayah terlalu keras... Padahal, kamu selalu ingin membantu keluarga."

Dimas membalas pelukan itu dengan air mata yang berlinang. "Ayah, aku nggak pernah marah. Semua yang aku lakukan adalah untuk kita. Aku hanya ingin kita bahagia."

Bu Siti keluar dari rumah dengan wajah terharu melihat kedua orang yang ia cintai akhirnya saling memaafkan.

Malam itu, keluarga mereka berkumpul untuk pertama kalinya tanpa kemarahan. Dimas menceritakan kehidupannya di kota, dan Pak Jaka berulang kali meminta maaf atas sikapnya dulu.

Dimas menatap laut di pagi hari berikutnya. Ombak terus bergulung-gulung, sama seperti dulu. Namun kali ini, ia tahu, ombak tidak hanya membawa luka. Ombak juga membawa harapan bagi mereka yang cukup kuat untuk menghadapinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun