PENDAHULUAN
Osteoporosis sebagai suatu gangguan klinis ditandai oleh massa tulang yang sangat rendah dan adanya cacat pada struktur tulang, sebuah kombinasi yang membuat tulang menjadi sangat rapuh dan memiliki risiko fraktur yang lebih tinggi dari biasanya untuk seseorang dengan usia, jenis kelamin, dan ras yang sama. Meskipun area tulang trabekular lebih berpori dan korteksnya lebih tipis dari normal, tulang yang ada tetap ter-mineralisasi secara penuh.
Etiologi
Osteoporosis adalah gangguan pada kerangka tubuh yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang, sehingga meningkatkan risiko fraktur pada daerah-daerah seperti pinggul, tulang belakang, dan bagian lain dari kerangka tubuh. Penyebab osteoporosis dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu osteoporosis primer dan sekunder. Osteoporosis primer umumnya lebih sering terjadi dan berhubungan dengan faktor usia, seperti osteoporosis senil yang sering ditemukan pada lanjut usia, atau pada wanita yang telah mengalami menopause. Penurunan kadar estrogen pada menopause mempercepat kehilangan massa tulang, sehingga wanita yang lebih tua berisiko lebih tinggi mengembangkan osteoporosis dibandingkan pria. Selain itu, faktor genetik, pola makan, dan lingkungan turut mempengaruhi massa tulang pada usia muda. Massa tulang yang lebih besar pada usia muda cenderung memperlambat perkembangan osteoporosis di masa depan. Sementara itu, osteoporosis sekunder dapat disebabkan oleh kondisi medis tertentu seperti penyakit metabolik, defisiensi vitamin, atau penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi kesehatan tulang.
Epidemiologi
Osteoporosis memberikan beban yang signifikan pada masyarakat, terutama karena insidensinya meningkat seiring bertambahnya usia, dengan sebagian besar populasi terpengaruh setelah usia 80 tahun. Diperkirakan sekitar 3,5 juta wanita dan 1 juta pria di Italia menderita osteoporosis. Secara global, sekitar 40% wanita yang mencapai usia 50 tahun diperkirakan akan mengalami osteoporosis selama sisa hidup mereka. Morbiditas terkait fraktur pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan akibat osteoporosis, serta mortalitas akibat fraktur pinggul, menunjukkan pentingnya pengembangan strategi pencegahan. Risiko seumur hidup untuk fraktur osteoporotik pada pergelangan tangan distal, tubuh vertebra, atau femur proksimal adalah sekitar 15% untuk setiap lokasi, dan 40% untuk semua lokasi. Setiap tahunnya, lebih dari 90.000 fraktur pinggul terjadi pada populasi Italia yang berusia 50 tahun ke atas. Deformitas vertebra ditemukan pada lebih dari 20% individu berusia 65 tahun atau lebih, baik pria maupun wanita. Fraktur osteoporotik memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan, selain beban kesehatan. Tingkat mortalitas satu tahun untuk pasien dengan fraktur femur proksimal berkisar antara 15 hingga 30%. Fraktur osteoporotik menjadi salah satu penyebab utama kematian pada lansia, dengan insiden yang sebanding dengan stroke dan kanker payudara, serta empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan kanker endometrium. Selain itu, pada 50% wanita dengan fraktur pinggul, terjadi penurunan substansial dalam tingkat kemandirian, yang menyebabkan kebutuhan perawatan jangka panjang pada 20% kasus.
Faktor Risiko
Bone Mineral Density (BMD)
Penurunan BMD atau kepadatan mineral tulang, merupakan faktor risiko utama fraktur. BMD dipengaruhi oleh massa tulang puncak yang tercapai saat dewasa, penurunan massa tulang setelah menopause, serta faktor genetik, nutrisi, gaya hidup, kondisi kesehatan lain, dan penggunaan obat-obatan. Penurunan BMD sebanyak 1 SD dapat meningkatkan risiko fraktur 1,5 hingga 3 kali lipat. Meskipun BMD penting, faktor risiko lain yang dapat melengkapi informasi BMD juga perlu diperhatikan.Usia
Risiko fraktur meningkat seiring bertambahnya usia. Selain penurunan BMD, faktor lain seperti perubahan kualitas struktur tulang, peningkatan risiko jatuh, dan respons perlindungan yang lebih lambat juga berperan. Untuk usia yang lebih tua, risiko fraktur pada BMD yang sama lebih tinggi dibandingkan pada usia muda.Fraktur Sebelumnya
Fraktur kerapuhan sebelumnya merupakan faktor risiko kuat untuk fraktur di masa depan. Meskipun sering dikaitkan dengan BMD yang rendah, risiko fraktur baru lebih dipengaruhi oleh jumlah fraktur sebelumnya. Individu dengan 3 atau lebih fraktur memiliki risiko 10 kali lebih tinggi untuk fraktur baru dibandingkan yang tidak pernah mengalami fraktur.Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga, terutama orangtua yang pernah mengalami fraktur pinggul, meningkatkan risiko fraktur osteoporotik, meskipun tidak terkait langsung dengan BMD.Komorbiditas
Beberapa kondisi medis, seperti arthritis rheumatoid, diabetes, penyakit paru obstruktif kronik, dan penyakit Parkinson, meningkatkan risiko fraktur. Faktor-faktor seperti peradangan kronis, kualitas tulang yang menurun, gangguan kesehatan umum, dan penurunan massa otot (sarkopenia) juga berperan. Defisiensi vitamin D sering terjadi bersamaan, memperburuk kondisi ini.Obat-obatan
Penggunaan obat tertentu, seperti kortikosteroid dan terapi hormon adjuvan (misalnya untuk kanker payudara dan kanker prostat), dapat meningkatkan risiko fraktur. Kortikosteroid mengurangi BMD secara cepat, sementara obat kanker mengurangi BMD secara progresif, meskipun faktor lain juga mempengaruhi risiko fraktur.
Tindakan Preventif
Langkah preventif dari osteoporosis biasanya berdasarkan dari faktor-faktor risiko yang ada. Secara umum, intervensi secara non-farmakologis yang dapat dilakukan seperti diet, aktivitas fisik yang rutin, dan konsumsi nutrisi (seperti kalsium dan vitamin D) yang cukup dari diet dapat membantu mengurangi faktor risiko yang ada. Selain itu, ada pula faktor risiko yang dapat dimodifikasi untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis, seperti merokok, penyalahgunaan alkohol, dan faktor risiko lingkungan yang dapat menyebabkan jatuh. Faktor-faktor ini wajib dikenali dan dipahami agar dapat membantu mengurangi tingkat risiko dari osteoporosis itu sendiri. Intervensi non-farmakologis yang digunakan untuk pencegahan dan pengobatan osteoporosis sama, dan mencakup perubahan gaya hidup yang sehat.
Selain itu, pola makan yang cukup dan seimbang juga sangat penting. Asupan vitamin D yang cukup, serta keseimbangan asupan protein, karbohidrat, dan lemak, dapat mendukung pencapaian massa tulang puncak yang optimal, bahkan sejak usia muda. Pencapaian massa tulang puncak yang optimal sangat penting untuk mengurangi risiko osteoporosis di masa depan. Intervensi ini tidak hanya membantu mencegah terjadinya osteoporosis, tetapi juga mendukung kesehatan tulang secara keseluruhan.
KESIMPULAN
Osteoporosis adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan massa tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang dan meningkatkan risiko fraktur, terutama pada pinggul, tulang belakang, dan pergelangan tangan. Penyebab osteoporosis dapat bersifat primer, terkait usia dan menopause, atau sekunder, akibat penyakit atau penggunaan obat tertentu. Faktor risiko utama meliputi penurunan kepadatan mineral tulang (BMD), usia, riwayat fraktur sebelumnya, riwayat keluarga, komorbiditas, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Epidemiologi menunjukkan peningkatan insiden osteoporosis seiring bertambahnya usia, dengan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Pencegahan dapat dilakukan melalui perubahan gaya hidup, seperti diet seimbang, olahraga rutin, serta menghindari faktor risiko modifikasi seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan. Pencapaian massa tulang puncak yang optimal sejak usia muda sangat penting untuk mengurangi risiko osteoporosis di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
Blom, A., Warwick, D., Whitehouse, M., & Solomon, L. (2018). Apley & Solomon's System of Orthopaedics and Trauma. CRC Press.Â
Kumar, V., Abbas, A. K., Aster, J. C., & Perkins, J. A. (2018). Robbins basic pathology. Elsevier.Â
Kulak CA, Bilezikian JP. Osteoporosis: preventive strategies. International Journal of Fertility and Women's Medicine. 1998 Mar 1;43(2):56-64.
Rossini M, Adami S, Bertoldo F, Diacinti D, Gatti D, Giannini S, Giusti A, Malavolta N, Minisola S, Osella G, Pedrazzoni M. Guidelines for the diagnosis, prevention and management of osteoporosis. Reumatismo. 2016;68(1):1-39.
Rozenberg S, Vandromme J, Ayata NB, Filippidis M, Kroll M. Osteoporosis management. International journal of fertility and women's medicine. 1999 Sep 1;44(5):241-9.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H