Mohon tunggu...
Andina GinaAditianti
Andina GinaAditianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof.Dr. Hamka

Hobby : bernyanyi Saya termasuk orang suka menuangkan ide dengan bernyayi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengharukan! Sekeluarga Bekerja sebagai Pemotong Rumput untuk Menyambung Hidup

20 Desember 2022   15:21 Diperbarui: 20 Desember 2022   16:15 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keseharian yang hanya bergantung dengan tingginya rumput di lahan orang, menjadi keseharian setiap harinya untuk seseorang yang mencari sesuap nasi dari panjangnya rumput yang menguntai. Hidup mensyukuri atas segala yang ada menjadikan keluarga ini terus kuat untuk menjalani kesehariannya dengan masalah hidup yang akan terus berputar dalam poros roda kehidupan ini. Bapak Rasidi adalah kepala keluarga yang menjadi tiang penguat untuk keluarganya untuk selalu mensyukuri nikmat yang ada saat ini dengan jutaan manusia yang masih jauh lebih prihatin dari kehidupannya sekarang. 

Tinggal di tengah Ibukota dengan jejeran segala fasilitas yang memadai tidak memungkinkan segala kebijakan atau fasilitas bisa dinikmati segala kalangan, yang menjadikan keluarga bapak Rasidi ini menemukan bahwa belas kasihan menghasilkan buah yang lebih kaya daripada  keadilan yang ketat.

Di umurnya yang 60 tahun, pria tua rentan itu masih kokoh untuk mencabut rumput, memacul tanah untuk menanam pepohonan, dan membersihkan lahan orang lain untuk menyambung hidupnya. Bapak rasidi, istri, cucu, dan anaknya tinggal bersama disebuah bangunan tunggal yang terbuat dari triplek yang dimana bangunan tersebut dikelilingi oleh semak-semak yang menjulang tinggi di daerah Jl. Merawan belakang SD 07 Pondok Labu Kec. Cilandak, Jakarta Selatan.

Kondisi Rumah Bapak Rasidi. Dokpri
Kondisi Rumah Bapak Rasidi. Dokpri

Kisah permasalahan hidup yang dihadapi oleh keluarga bapak Rasidi dan istri berawal dari permasalahan ekonomi yang setelahnya menimbulkan banyak masalah lainnya. Anak kedua bapak Rasidi dan Ibu Sarti,  (Suwarno) pria berusia 24 tahun dengan status menikah, memiliki 1 anak berusia 12 Tahun yang kini menduduki bangku kelas 5 Sekolah Dasar. Ia pergi meninggalkan rumah tanpa alasan yang jelas, meninggalkan istri dan anaknya serta keluarganya. Ia pergi menghilang dengan meninggalkan hutang senilai Rp. 200.000.000 yang mengatas namakan orangtunya. 

Hutang senilai tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. Setelah pergi menghilang dan meninggalkan hutang yang cukup besar, ia juga ternyata pergi bersama istri dari oranglain atau dalam kata lain 'selingkuh'. Setelah mengetahui hal tersebut Istri suwarno memilih untuk menggugat cerai suwarno dan pergi meninggalkan rumah dan anaknya.

Kini egi, anak berusia 12 tahun tersebut tinggal bersama kakek dan neneknya. Meninggalkan hutang dengan jumlah yang cukup besar, membuat (suyanto) pria berusia  25 tahun itu harus menanggung akibat dari perbuatan adiknya tersebut. ia bekerja sebagai supir yang mengantar gas LPJ. 

Namun selama 3 tahun ini tidak digaji sama sekali sebagai jaminan hutang adiknya. Kesehariannya sebagai pemotong rumput dengan penghasilan Rp100.000-Rp200.000 keluarga bapak Rasidi hanya bisa makan nasi tanpa lauk setiap harinya, karena uang penghasilan yang didapatkan disisihkan untuk pengobatan ibu Sarti. Namun jika mendapatkan penghasilan tambahan, tak jarang keluarga bapak Rasidi pun makan nasi dengan lauk, akan tetapi dengan waktu yang tidak menentu kapan mendapatkannya.

Berbagai masalah ekonomi yang amat melekat di Indonesia, menyebabkan banyak orang yang terabaikan dari berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dengan segala  kebutuhan hidup yang terus meningkat setiap harinya. Mereka harus menghadapi banyak kesulitan bukan hanya dari segi ekonominya saja, ekonomi tetapi juga mencakup kemampuan fisik, aspek pengetahuan, aspek keyakinan, dan aspek ekonomi. Berdasarkan aspek pengetahuan kaum dhuafa merupakan mereka yang tidak dapat mengenyam pendidikan, keiinginan dan motivasi dalam menuntut ilmu rendah, dan tak jarang hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan akan biaya pendidikan. 

Sedangkan istilah mustad'afin kelompok terlemahkan, berbeda dengan duafa. Mustad'afin tidak ditunjukkan bagi mereka yang lemah pada aspek ekonomi namun makna Mustad'afin lebih dimaknai sebagai kelompok yang terpinggirkan atau terlemahkan yang disebabkan karena penindasan, katidak adilan dalam struktur sosial baik bersifat sistematik maupun bersifat spontan (Perpusnas RI, 2012).

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Keluarga Dhuafa ialah golongan manusia yang telah terbiasa hidup dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, dan penderitaan yang terus-menerus dirasakan. Contohnya seperti, anak terlantar, fakir miskin, anak-anak yatim piatu, dan masih banyak lagi. Ketika naluri tergerak, dan adanya kesadaran untuk saling berbagi antar sesama. Bahkan kita bisa saksikan saat ini banyak para tokoh baik itu para pemuka agama, pejabat, pengusaha, sampai mahasiswa makin tersadar bahwa dalam harta yang mereka miliki ada hak untuk orang lain yang memang berhak menerimanya.

Keluarga dhuafa merupakan keluarga yang memerlukan bantuan dan perhatian dari pemerintah dan segenap masyarakat. Karena secara perekonomian mereka tergolong rendah dan sangat membutuhkan bantuan dan ulur tangan dari orang lain. Kesusahan hidupnya terkadang menjadi alasan keluarga tersebut kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan atau mata pencaharian, yang pada akhirnya mereka akan sulit dalam menemukan kebutuan pangan bagi anggota keluarganya.

Kemiskinan merupaan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dan permasalahan ini memberikan ketertarikan bagai berbagai kalangan seperti akademisi, praktisi sosial, dermawan, dan banyak lagi (Suharto, 2005).

Kesulitan yang dialami keluarga dhuafa ini membuat mereka sangat mengharapkan adanya anggota keluarga yang dapat mengenyam bangku pendidikan dengan harapan agar dapat keluar dari situasi yang serba kekurangan. Nasib dapat dirubah salah satunya dengan mengenyam pendidikan yakni bersekolah. Namun kondisi yang dilaluinya membuat langka tersebut terhambat juga motivasi bersekolah  yang terpengaruh. Oleh karena itu diperlukan bantuan dan arahan serta edukasi dari orang disekitarnya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Maka atas dasar tesebut, kami melakukan kegiatan pemberdayaan ini, yang nantinya dapat membantu dalam mengatasi permasalahan perekonomian keluarga tersebut dan kegiatan pemberdayaan keluarga dhuafa ini bisa memberikan banyak nilai-nilai yang bermanfaat. Beberapa nilai yang bisa kami diambil dari kegiatan ini yaitu nilai kebaikan, nilai syi'ar dan juga nilai keikhlasan. Dari kegiatan ini juga yang membuat kami menyadari bahwa dari semua kegiatan yang kami lakukan dari awal sampai akhir nanti terdapat kandungan nilai-nilai tersebut. 

Dari nilai Kebaikan kami dapat maknai bahwa dimanapun kita berada, dengan siapapun kita, kita harus selalu bersikap baik terhadap orang-orang yang ada disekitar kita, maupun kepada orang-orang yang jauh dari jangkauan kita. Nilai syi'ar atau dakwah dalam hal ini kita mengajak serta orang-orang untuk membantu orang-orang yang lebih membutuhkan. Dan nilai keikhlasan, mengajarkan kita untuk selalu menerima apapun yang terjadi didalam hidup kita, baik itu suka ataupun duka. Kita harus selalu ingat bahwa kita harus selalu menanamkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

DAFTAR PUSTAKA

Suharto, Edi., (2005). Membangun masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis pembangunan kesejahtraan sosial dan pekerjaan social, Bandung: PT. Refika Aditama, hal 131.

Perpustakaan Nasional RI., (2012). Al-Qur'an dan Pemberdayaan Kaum Duafa, Jakarta: Aku Bisa, hal 1-2.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun