Mohon tunggu...
Mwn To
Mwn To Mohon Tunggu... -

pelajari kemudian bertindak\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hakim Teradil

17 April 2014   05:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:35 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PRASANGKA

Menetap lama dibilik kecil sederha

mengais rezeki bertaun taun lamanya

menganggap yang disampingnya keluarga

tak peduli keadaan bila keaadaan berduka

semua dilakukan untuk mengobati luka yang mendekat

namun kebaikan tak selalu bertuah baik

keyakinan bawah ini teguran dari sang khaliq

tuhan maha adil

bersikap sejawajarnya bersikap ditngah kehangatan celoteh

oleh luka dari sayatan tak terlihat dari pisau dapur sendiri

berhembus suara persaingan hitam

tak mengkoyak  keyakinan yang sudah tertancap dalam

hitam atau putih tuhan yang menjadi hakim

mwn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun