Ibu Juleha (63 th), yang juga  salah seorang  warga dari Pulau Kaung telah lama menjalani profesinya sebagai pengrajin akar bahar (urat batu). Ia pun banyak memanfaatkan limbah akar bahar (urat batu) dari laut dan kerang mutiara untuk diolah menjadi karya seni.
Berbagai bentuk seni ukir yang berbahan kerang mutiara menjadi hasil karya dari Ibu Juleha, misalnya kerang mutiara yang bebrbentuk bunga, pemandangan, atau rumah. Untuk limbah laut yang berbahan akar bahar (urat batu), Ibu Juleha lebih cenderung membentuk lengkungan berupa gelang dan cincin.
Ia pun juga terkadang memanfaatkan akar bahar (urat batu) sebagai mainan kalung, alat pemijat pada bagian telapak kaki, dan juga sebagai hiasan di atas meja atau pada dinding.
Pengrajin lain yang cukup berperan dalam memperkenalkan Pulau Kaung melalui karya seni yang berbahan limbah laut adalah Pak Tarsila. Sejak tahun  1996 Pak Tarsila membuka usaha kerajinan seni yang berbahan limbah laut di tempat tinggalnya.
Sayangnya pengrajin seni yang satu ini telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 2014 yang silam. Tapi, meskipun beliau telah berpulang ke Rahmatullah, nama Pak Tarsila masih tetap dikenang di Pulau Kaung, Sumbawa, bahkan di Bali sebagai pengrajin seni yang berbahan limbah laut.
Aneka ragam hasil karya seni Almarhum Pak Tarsila telah dipasarkan di berbagai daerah, seperti di Subawa, Bali, Jakarta. Namun, bukan hanya warga lokal yang mengoleksi hasil karya Pak Tarsila, melainkan juga dari berbagai negara luar yang datang di Bali, atau langsung datang ke artshop seni milik Almarhum Pak Tarsila.
Kerang mutiara, tumbuhan cemara laut, akar bahar (urat batu), ekor pari, tulang ikan hiu, gigi ikan pari, tumbuhan akar lurus, kulit penyu, dan berbagai organ hewan laut yang menjadi inspirasi Almarhum Pak Tarsila untuk berkarya.
Namun dari pemantauan selama hidupnya, ia pun lebih banyak memproduksi aksesoris berupa gelang akar bahar. "Berbagai macam limbah laut yang saya manfaatkan sebagai karya seni, tapi kebanyakan konsumen lebih senang pada gelang akar bahar,"ujar Pak Tarsila semasa hidupnya, ketika ditemui oleh penulis pada tahun 2011.
Usaha kerajinan seni yang berbahan limbah laut dari Almarhum Pak Tarsila, kini telah dilanjutkan oleh seorang menantu yang bernama Adi. Keahlian dari seorang Adi dalam memanfaatkan limbah laut menuju seni adalah warisan dari Almarhum Pak Tarsila.
Aneka ragam jenis hiasan dan aksesoris yang berbahan limbah laut masih tetap mengisi ruang-ruang arthop seni peninggalan Almarhum Pak Tarsila. Namun menurut Adi, "ada banyak pengunjung yang sering datang di artshop ini, tapi kebanyakan mereka membeli gelang akar bahar," ujarnya ketika ditemui di ruang artshop peninggalan Almarhum pak Tarsila.
Khusus untuk akar bahar, Adi (menantu Almarhum Pak Tarsila) mendesain gelang akar bahar dalam berbagai bentuk. Namun diakuinya bahwa Adi tetap saja mengikuti dasar ruas pada akar bahar (urat batu), yang kemudian tinggal dibentuk sedemikian rupa.