Meremajakan produk tentu saja mutlak dilakukan, terutama untuk merespon kebutuhan dan preferensi pelanggan yang terus berubah. Membiarkan produk apa adanya alias tidak pernah dimodifikasi hanya membuatnya ditinggal pelanggan. Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki toko kue ”legendaris” dekat rumah kami di Surabaya, sudah sejak dulu menjadikan blackforest sebagai kue andalannya. Dia memang membuatnya dengan sangat baik, memiliki rasa dan bentuk yang khas serta memiliki banyak pelanggan tetap. Sayangnya, produknya kini terlihat ketinggalan jaman, tidak pernah diinovasi sehingga kalangan muda yang seharusnya bisa jadi target justru memilih toko lain. Hanya ibu-ibu mereka yang bertahan, itu pun jumlahnya semakin menyusut.
Belakangan tokonya mulai terlihat sepi, apalagi bisnis yang sama mulai bermunculan hanya beberapa meter dari lokasinya. Pesaing baru terlihat lebih agresif, menawarkan beragam produk inovatif dan menyasar beberapa segmen konsumen sekaligus. Andai saja sang pemilik mampu membaca perilaku konsumen yang terus berubah sehingga inovasi produk dapat dilakukan sejak awal, mungkin ceritanya akan berbeda. Produk akan tetap terlihat lebih ”fresh” dan pelanggan tidak menghilang satu per satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H