Mohon tunggu...
Andi Metta
Andi Metta Mohon Tunggu... wiraswasta -

sesederhana tulisanku seperti itulah aku ingin kau mengenalku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senja, Februari, dan Lelaki Hujanku

16 Januari 2012   00:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13266737851589077634

Nyanyian hujan makin pelan terdengar, seiring derasnya yang makin mereda. Aku seperti melihat siluet tubuhmu di antara tarian rinai air yang begitu indah. Kali ini aku duduk sendiri bersama secangkir kopi hangat — bukan lagi susu cokelat seperti dulu. Beberapa Februari telah terlewati, hujan masih saja setia membawa kerinduanku padamu. Kureguk habis sisa kopi dalam cangkir lalu berdiri dan menyentuh rintik hujan yang tersisa dengan telapak tanganku. “Ini mungkin sisa hujan terakhir di bulan ini, kita bertemu lagi di musim hujan yang akan datang. Simpanlah rindumu pak, simpanlah untuk anakmu.”

Hujan pun berhenti bersama datangnya malam. Dan kulihat rembulan sudah tersenyum. Kudekap tangan basahku seakan mendekapmu. Buatku, kita tak pernah berpisah karena kau hidup dalam hatiku.

“Aku menyayangimu, lelaki hujanku.”

13266737851589077634
13266737851589077634

(AM)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun