Mohon tunggu...
Andi Marwa Mulya Putri
Andi Marwa Mulya Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa S1 Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menilik Peran Perbedaan Budaya dalam Menciptakan Dinamika Perilaku Organisasi dan Industri

17 Desember 2024   10:52 Diperbarui: 17 Desember 2024   10:52 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perbedaan Budaya dalam Nilai Kerja

Perbedaan budaya juga tentunya dapat mempengaruhi nilai kinerja dalam suatu organisasi, seperti pendekatan terhadap pekerjaan, norma kerja dan harapan, sikap terhadap risiko, struktur hierarki, dan lain sebagainya. Hofsetede, dkk (2010) dalam bukunya "Cultures and Organization: Software of the Mind (3rd ed.)" mengemukakan enam dimensi budaya mengenai nilai kerja, yakni antara lain:

1. Power Distance (Jarak Kekuasaan): Mengukur sejauh mana masyarakat menerima distribusi kekuasaan yang tidak merata. Budaya dengan jarak kekuasaan tinggi menerima dan menganggap normal hierarki, sedangkan budaya dengan jarak kekuasaan rendah hubungannya lebih egalite

2. Uncertainty Avoidance (Penghindaran Ketidakpastian): Mengukur toleransi masyarakat terhadap ketidakpastian. Budaya dengan penghindaran ketidakpastian tinggi mengandalkan aturan dan regulasi yang ketat, sedangkan budaya dengan penghindaran ketidakpastian rendah lebih terbuka terhadap risiko dan perubaha

3. Individualism versus Collectivism: Dimensi ini mengukur sejauh mana orang dalam suatu budaya cenderung melihat diri mereka sebagai individu yang independen (individualisme) atau sebagai bagian dari kelompok (kolektivisme

4. Masculinity versus Feminity: Budaya dengan dimensi maskulin lebih menekankan prestasidan kompetisi, sementara budaya dengan dimensi feminin lebih mengutamakan hubunganinterpersonal dan keharmonisa

5. Long Term versus Short Term Orientation: Masyarakat dengan orientasi jangka panjang cenderung berpikir dan bertindak untuk mencapai tujuan yang memberi manfaat di masa depan. Sedangkan, masyarakat dengan orientasi jangka pendek cenderung berfokus pada kebutuhan masa kini dan mempertahankan nilai-nilai tradisional.

6. Indulgence versus Restraint: Budaya indulgence cenderung menerapkan kebebasan dan lebih menikmati hidup serta bersenang-senang. Sedangkan, budaya restraint mencerminkan keyakinan bahwa kepuasan yang ada pada budaya indulgence perlu dibatasi dan diatur oleh norma sosial yang ketat.


Referensi

Hofstede, G., Hofstede, G. J., & Minkov, M. (2010). Cultures and Organizations: Software of the Mind (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Siagian, S. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Yuniardi, S. (2017). Psikologi Lintas Budaya. Malang: UMM Press.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun