Mohon tunggu...
Revka Andima Saputro
Revka Andima Saputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya mahasiswa yang ceria dan aktif. Beraspirasi untuk menjadi versi terbaik dari dirinya

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjaga Keindahan Nusantara: Masa Depan Keanekaragaman Hayati Indonesia

2 Januari 2025   23:56 Diperbarui: 2 Januari 2025   23:56 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 4 Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework Sumber: Land Portal (2023) 

Pendahuluan

Pada suatu pagi di antara pepohonan rimbun kampus IPB Dramaga, seekor monyet panjang (Macaca fascicularis) sedang bergelantungan dengan lincah dan menarik perhatian mahasiswa-mahasiswa yang sedang berjalan (Pusat Studi Satwa Primata IPB 2019). Bagi mereka, monyet-monyet ini adalah bagian dari kehidupan di kampus hijau. Bagi diriku sendiri, monyet-monyet ini adalah kesempatan bagiku untuk melihat satwa di tempat yang tidak umum. Hal itu membuat suasana kampus yang dekat dengan alam dan menjadi salah satu keunikan dari kampus IPB Dramaga. Namun sayangnya, dibalik keseharian monyet-monyet ini, terdapat realita yang mengkhawatirkan.

Kehidupan kerabat monyet ekor panjang di luar sana tidak seberuntung dengan kerabatnya yang hidup di kampus. Kenyataannya habitat asli dari monyet-monyet ini telah berkurang akibat aktivitas manusia. Penelitian yang dilakukan oleh Oriza et al. (2019), menunjukkan bahwa berkurangnya habitat para monyet menyebabkan mereka untuk pindah dekat dengan pemukiman dan menyebabkan konflik dengan manusia. Monyet ekor panjang yang hidup di habitat aslinya menghadapi tekanan besar akibat perbuatan-perbuatan manusia seperti pembangunan masif di hutan-hutan habitat mereka. Perubahan-perubahan ini akan berdampak negatif dan memengaruhi gaya hidup monyet-monyet itu. Apabila hal ini dibiarkan berlanjut, monyet ekor panjang dapat menghadapi ancaman kepunahan yang serius dalam waktu singkat. 

Kisah ini hanyalah salah satu contoh dari ancaman yang dihadapi keanekaragaman hayati Indonesia. Flora dan fauna yang merupakan identitas negara, seperti badak bercula satu dan tanaman bunga Rafflesia arnoldii, saat ini mengalami penurunan jumlah akibat perkembangan peradaban yang tak seimbang dengan pelestarian alam. Keindahan hayati Indonesia yang seharusnya menjadi ciri khas dan kebanggaan bangsa, kini perlahan memudar dan menghilang. Lama kelamaan, keanekaragaman hayati Indonesia bisa berubah menjadi sekadar cerita legenda yang tercatat dalam sejarah kegagalan manusia. Apakah kita akan diam saja dan membiarkan warisan ini hilang begitu saja?  

Keanekaragaman Hayati Indonesia

Hal pertama yang harus kita lakukan untuk menjawab pertanyaan itu adalah mempelajari lebih dalam mengenai keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia. Tanah air kita memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Indonesia terdiri atas 22 tipe ekosistem alami yang merupakan ekosistem yang terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia. Ekosistem ini dapat diklasifikasi lebih lanjut menjadi 4 kategori seperti ekosistem marin, limnik, semi-terestrial, dan terestrial darat. Selain itu, Indonesia juga memiliki jenis vegetasi yang beragam, tepatnya 75 jenis vegetasi berbeda yang bertindak sebagai tutupan lahan di seluruh nusantara sesuai data BRIN pada tahun 2023.

Maka dari itu, wajar saja bila Indonesia menjadi rumah bagi ribuan spesies flora dan fauna. Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, dan 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi, dan 75 spesies mangrove (Violleta 2024). Data tersebut dapat disandingkan dengan data dari BRIN terkait persentase flora dan fauna dunia yang berada di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Meskipun luas daratan Indonesia hanya 1,3% dari total daratan di dunia, Indonesia memiliki sekitar 10% dari spesies tumbuhan yang diketahui secara global (Sutrisna 2017). Selain itu, menurut Prof. Satyawan Pudyatmoko, seorang Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem dalam Kementerian LHK, kekayaan alam Indonesia menempatkannya sebagai salah satu negara megabiodiversitas terbesar, tepatnya terbesar kedua di dunia setelah negara Brazil. Keanekaragaman hayati di pulau Kalimantan saja dapat dikatakan setara dengan benua Eropa atau Australia.

Gambar 1 Persentase jumlah flora dan fauna dunia yang berada di Indonesia Sumber: BRIN (2023)
Gambar 1 Persentase jumlah flora dan fauna dunia yang berada di Indonesia Sumber: BRIN (2023)

Tentunya keanekaragaman hayati Indonesia yang melimpah ini disebabkan oleh berbagai faktor. Letak geografis Indonesia yang strategis, tepatnya di antara dua benua dan dua samudra dapat menciptakan titik temu yang sempurna antara flora dan fauna dari kawasan Asia dan Australia. Kawasan ini dipisahkan oleh garis khayal yang dikenal dengan garis wallace. Garis ini dinamakan sesuai dengan nama penemunya yaitu Alfred Russel Wallace, seorang naturalis dan ahli biologi. Garis ini menandakan perbedaan antara flora dan fauna bagian Barat Indonesia yang memiliki tipikal Asia dan bagian Timur Indonesia yang memiliki tipikal Australia. Selain itu, garis khatulistiwa yang lewat melalui Indonesia menyebabkan Indonesia untuk memiliki iklim tropis dengan karakteristik curah hujan tinggi dan sinar matahari melimpah sepanjang tahun. Tentunya kondisi ini mempromosikan pertumbuhan untuk berbagai jenis vegetasi sehingga banyak organisme dapat menghasilkan biomassa dalam jumlah yang tinggi.

Faktor lain seperti kondisi topografi Indonesia yang beragam seperti daerah pegunungan hingga dataran rendah, serta kondisi daratan berupa archipelago atau kepulauan, menciptakan habitat unik dan spesifik bagi flora dan fauna untuk melakukan spesiasi dan beradaptasi sesuai dengan kondisi habitatnya. Tentunya hal tersebut juga dilengkapi dengan fakta bahwa Indonesia berapa pada Ring of Fire yang memiliki karakteristik berupa banyak gunung berapi yang menghasilkan abu vulkanik yang kaya akan zat hara. Seluruh faktor-faktor ini berkontribusi terhadap tingginya tingkat endemisme dan keanekaragaman hayati Indonesia.

Namun, di balik kenyataan membanggakan terkait kekayaan alam Indonesia, ancaman terhadap keanekaragaman hayati Indonesia semakin nyata. Menurut laporan International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 4 Oktober 2022, terdapat 1.217 spesies hewan di Indonesia atau sekitar 2,94% dari total spesies global terancam punah (Widi 2022). Tanpa upaya pelestarian dan konservasi berkelanjutan, kekayaan hayati Indonesia berisiko hilang dan punah. Hal tersebut tidak hanya berdampak pada ekosistem lokal, tapi juga dapat memengaruhi keseimbangan ekosistem global. Meskipun begitu, tetap terdapat banyak masyarakat awam yang bertanya, memangnya kenapa kalau beberapa flora dan fauna di Indonesia punah?

Peran Keanekaragaman Hayati Indonesia

Jawaban dari pertanyaan itu harus diteliti lebih lanjut dengan memahami pentingnya peran flora dan fauna di Indonesia. Secara ekologis, mereka dapat menjaga keseimbangan ekosistem, dimana tumbuhan berperan dalam menjaga kualitas tanah dan penyedia oksigen, sementara hewan berperan dalam proses penyerbukan dan penyebaran biji tumbuhan. Bagi seorang ekonomis, keanekaragaman hayati berperan dalam menjadi sumber daya alam yang berharga di sektor pertanian, perikanan, dan pariwisata. Secara tidak langsung, hal tersebut juga dapat membantu menopang ekonomi masyarakat sebagai mata pencaharian mereka (Azizah 2023). Selain itu, secara sosial dan budaya, flora dan fauna berperan dalam membentuk budaya setempat dan ciri khas lokal (Adlani 2022). Hal ini dapat dilihat dalam artikel yang dibuat oleh Google Arts and Culture yang menunjukkan beberapa contoh hewan yang berperan dalam membentuk budaya-budaya di Indonesia. Salah satunya seperti Ayam Jago yang telah menjadi tradisi kuno di daerah Bali dalam bentuk pemujaan atau ritual keagamaan. Tradisi ini juga disematkan dalam lukisan karya I Ketut Tagen berjudul Sabung Ayam seperti pada Gambar 2.  

Gambar 2 Lukisan Sabung Ayam karya I Ketut Tagen (1990)Sumber: Google Arts and Culture (2024) 
Gambar 2 Lukisan Sabung Ayam karya I Ketut Tagen (1990)Sumber: Google Arts and Culture (2024) 

Sebagai mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan, saya berpendapat bahwa flora dan fauna juga memiliki peran penting dalam bidang konstruksi. Hal itu bisa dilihat dari mindset shift masyarakat selama beberapa dekade belakangan ini yang memiliki fokus konstruksi yang lebih ramah lingkungan. Fokus baru ini membantu mengarahkan bidang konstruksi ke arah pendekatan konstruksi yang imersif dan dekat dengan alam. Pendekatan ini membantu manusia agar bisa membangun lingkungan yang minim polusi dan tidak merusak lingkungan pembangunannya. Selain itu, dari segi etika, manusia sebagai khalifah atau pemimpin di bumi memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan flora dan fauna yang ada. Sesuai dengan etika konservasi, manusia harus memiliki kebijakan dan bertindak linear dengan menjaga kondisi lingkungan aslinya, dimana menghargai segala bentuk kehidupan makhluk hidup merupakan refleksi nilai moral yang luhur (Lindungi Hutan 2024). Hal itu mengingatkan saya akan quotes menarik dari Jane Goodall, seorang primatolog dan konservasionis yang berbunyi, 

“Seluruh spesies hidup saling terhubung seperti jaring. Jika satu benang putus, seluruh jaring bisa runtuh.”

Faktor Penyebab Krisis Kepunahan Hayati

Pemahaman akan pentingnya peran flora dan fauna dalam hidup manusia juga harus dilengkapi dengan pemahaman dan analisis mendalam mengenai faktor penyebab krisis kepunahan. Kepunahan merupakan fenomena ekologis yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Tentunya salah satu kontributor utama terhadap terjadinya kepunahan adalah faktor antropogenik atau faktor yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Faktor antropogenik ini mencakup berkurangnya habitat flora dan fauna akibat deforestasi, urbanisasi, dan konversi lahan. Meskipun perbuatan-perbuatan ini dibutuhkan untuk mengembangkan peradaban manusia, tetapi seharusnya pengembangan disertai dengan pelestarian alam yang selaras. Konsep pemikiran ini semakin berkembang beberapa tahun kebelakang, dimana konsep desa hijau, forest city, smart city, sponge city, dan konsep-konsep lain merupakan beberapa contoh dari pembangunan yang berwawasan lingkungan (Ekaptiningrum 2022). Hal tersebut sangat linear dengan program studi saya sebagai mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan, dimana diperlukan perhatian lebih dalam konstruksi agar daur hidup sebuah bangunan dari awal pembangunan hingga masa akhir penggunaannya dapat dilakukan dengan pembangunan yang ramah lingkungan.

Selain dari itu, tentunya perlu dibahas juga terkait perburuan liar dan perdagangan satwa ilegal di pasar gelap. Menurut Sitompul (2023), terdapat beberapa dampak negatif dari perburuan liar diantaranya seperti rusaknya rantai makanan, ketidakseimbangan ekosistem, berkurangnya kualitas daerah tersebut, dan secara ekstrem berupa terjadinya kepunahan sebuah spesies hewan. Salah satu contoh kepunahan akibat perburuan liar dapat dilihat pada contoh kasus Tasmanian Tiger yang diburu hingga punah oleh para peternak yang tidak ingin domba ternaknya dimangsa oleh Tasmanian Tiger pada tahun 1930-an. Pada akhirnya spesies tersebut punah pada tahun 1936 ketika individu terakhir dari spesiesnya meninggal di Hobart Zoo (Nelson 2022). 

Perubahan iklim juga memiliki peran signifikan dalam krisis kepunahan ini. Perubahan iklim akibat global warming dan siklus perubahan iklim bumi dapat menyebabkan terjadinya perubahan terhadap pola cuaca dan suhu yang dapat mengganggu ekosistem alami. Perubahan iklim ini juga termasuk dalam salah satu krisis yang dijelaskan oleh Prof. Satyawan dalam Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia. Ancaman ini dikenal dengan istilah Triple Planetary Crisis yang terdiri atas perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Perubahan iklim yang dipicu oleh emisi gas rumah kaca hingga terjadi global warming dapat menciptakan kondisi-kondisi cuaca yang ekstrem. Polusi, baik polusi udara, cair, atau padat dapat merusak kondisi sebuah ekosistem dan mengganggu alur kehidupan pada ekosistem tersebut. Terakhir, krisis hilangnya keanekaragaman hayati sebagai akibat dari aktivitas manusia dapat mempercepat siklus ini, yang mana ketiga krisis ini membentuk siklus destruktif yang merusak ekosistem dan mengancam keberlanjutan kehidupan di bumi (Rahman 2022).

Kondisi di tanah air Indonesia juga sama buruknya. Negara yang dikenal dengan kekayaan biodiversitasnya ini menghadapi ancaman kepunahan flora dan fauna yang serius. Kombinasi dari faktor-faktor yang telah disebutkan tidak hanya memicu penurunan populasi spesies, tetapi juga mengancam keseimbangan ekosistem alami. Tanpa intervensi yang tegas, Indonesia berisiko kehilangan sebagian besar kekayaan hayatinya dalam waktu dekat. Pertanyaannya kini, bagaimana kita dapat memastikan bahwa keanekaragaman hayati di Indonesia tetap memiliki ruang untuk hidup di tengah perubahan dunia yang semakin pesat?

Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia harus dilakukan sebagai upaya bersama dari berbagai pihak, baik dari pihak pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Salah satu upaya dari pemerintah berupa pembangunan koridor ekologis yang berfungsi untuk menghubungkan habitat-habitat yang terpisahkan akibat aktivitas manusia. Koridor ini berperan dalam meningkatkan paparan dan interaksi antar spesies untuk mendorong  pertukaran genetik dan meningkatkan ketahanan populasi terhadap ancaman eksternal. Selain itu, koridor ini efektif dalam memastikan sebuah spesies dapat melakukan kolonisasi, migrasi, dan mencegah inbreeding. Salah satu contoh dari penerapan koridor ekologis dapat dilihat di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor yaitu Koridor Ekologi Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Selain itu, upaya-upaya lainnya juga harus dilakukan untuk mencegah perdagangan Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) ilegal. Salah satunya adalah dengan cara memperketat regulasi dan penegakan hukum terkait perdagangan TSL.

Upaya lain yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan metode klaster dengan pendekatan avoid, minimize, dan restore. Metode ini difokuskan pada pencegahan kerusakan habitat (avoid), pengurangan dampak negatif yang tidak dapat dihindari (minimize), dan pemulihan ekosistem yang telah terdegradasi (restore). Contoh avoid cluster dapat berupa pengembangan konservasi In Situ dan pengamanan serta perlindungan kawasan seperti pembangunan taman nasional yang ditunjukkan pada Gambar 3. Minimize cluster dapat diterapkan dengan menjaga persentase koefisien lahan terbangun dan melakukan rekayasa green infrastructure. Terakhir, pendekatan restore cluster dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi/restorasi kawasan dan pemulihan ekosistem. Salah satu contoh metode ini yang berhasil dilakukan dapat dilihat dalam video “We Flooded a Forest” oleh Mossy Earth. Implementasi ketiga pendekatan ini secara terpadu dapat memitigasi dampak negatif pembangunan terhadap keanekaragaman hayati dan mengembalikan keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian alam. 


Gambar 3 Konservasi In Situ Taman Nasional Komodo Sumber: Info Publik.Id (2018) 
Gambar 3 Konservasi In Situ Taman Nasional Komodo Sumber: Info Publik.Id (2018) 

Pemerintah Indonesia juga turut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan secara global, seperti Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework yang menetapkan tujuan ambisius untuk membalikkan kehilangan keanekaragaman hayati pada tahun 2030 dan mencapai visi hidup selaras dengan alam pada tahun 2050 (Convention on Biological Diversity 2024). Framework ini dapat digambarkan melalui diagram pada Gambar 4. Selain itu, selaras dengan pandangan Rheza Maulana di Forum Bumi, 30 by 30 juga merupakan salah satu inisiasi global yang diikuti oleh Indonesia dalam Konferensi Keanekaragaman Hayati PBB. Konferensi ini bertujuan untuk melindungi 30% daratan dan lautan dunia pada tahun 2030 dan pembaruan undang-undang, serta penegakan hukum berbasis keterbaruan ilmu pengetahuan. 

Gambar 4 Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework Sumber: Land Portal (2023) 
Gambar 4 Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework Sumber: Land Portal (2023) 

Upaya pemerintah tidak hanya dilakukan dalam skala global, tetapi juga dilakukan pada skala nasional. Salah satu contohnya adalah dengan menyusun Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) 2025-2045. IBSAP ini akan berfungsi sebagai panduan strategis dalam melakukan konservasi biodiversitas dalam pembangunan nasional bersama dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 (SNRD Asia and The Pacific 2024). Rencana IBSAP ini adalah untuk melindungi ekosistem darat dan laut dengan pemantauan menggunakan Biodiversity Management Index. Rencana ini merupakan kolaborasi dari beberapa kementerian Indonesia dari KLHK, KKP, hingga BRIN. IBSAP juga selaras dengan inisiatif global seperti Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework dan SDGs sehingga seluruh solusi-solusi ini diharapkan dapat mengintegrasikan pembangunan dan pelestarian alam demi keberlanjutan masa depan keanekaragaman hayati, baik di Indonesia, maupun di dunia.

Upaya-upaya ini tidak hanya dilakukan oleh pemerintah dan lembaga swasta. Komunitas-komunitas dan aktivis lingkungan juga dapat berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya pelestarian dan konservasi alam. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan edukasi terkait peran flora dan fauna dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk kegiatan ini seperti Forum Bumi yang diselenggarakan oleh Yayasan KEHATI dan National Geographic Indonesia. Setelah tingkat kesadaran terhadap alam sudah meningkat, masyarakat juga dapat berkontribusi dengan membantu dalam menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan dan perlindungan satwa liar juga dapat dilakukan sebagai upaya konservasi oleh masyarakat. Menurut Revianti (2024), hal itu dikarenakan masyarakat memiliki hubungan yang mendalam dengan lingkungan melalui praktik-praktik tradisional yang berkelanjutan sehingga diharapkan peran masyarakat dapat berjalan dengan efektif.

Salah satu bentuk kegiatan lain dapat berupa inisiatif Biodiversity Warriors yang dipelopori oleh Yayasan KEHATI. Program ini mengumpulkan pemuda-pemuda untuk melestarikan keanekaragaman hayati secara langsung melalui kegiatan edukasi, penelitian, dan aksi lapangan (KEHATI 2024). Kegiatan ini merupakan salah satu contoh solusi berkelanjutan dengan menciptakan kesadaran akan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia bagi generasi mendatang. Tentunya program-program lain sejenisnya juga perlu didukung dan dipublikasikan lebih banyak agar pemuda Indonesia semakin menghargai dan bisa ikut menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.

Akademisi juga memainkan peran penting dalam pelestarian alam di Indonesia, dimana mereka bertindak sebagai ujung tombak dalam bidang peneliti dan pengembangan teknologi serta penemuan terkait metode termutakhir dalam melestarikan kekayaan alam. Salah satu contoh terbaru dapat dilihat dari hasil penelitian oleh peneliti dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Penelitian ini menghasilkan metode baru untuk menyelamatkan satwa langka dan melestarikannya agar terlindung dari kepunahan. Metode ini dikenal dengan istilah In Vitro atau bayi tabung dan telah berhasil dilakukan pada Badak Sumatera. Metode ini juga dapat dilakukan untuk menyelamatkan satwa langka lainnya yang dilindungi seperti harimau, anoa, dan satwa lainnya melalui penerapan teknologi tersebut (Aisyah 2024).

Penutup

Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah, lembaga swasta, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci kesuksesan dalam menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkelanjutan. Upaya kolektif ini tidak hanya melestarikan alam, tetapi juga memastikan kesejahteraan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi generasi sekarang dan yang akan datang. Memahami pentingnya keanekaragaman hayati Indonesia adalah sebuah perjalanan yang panjang dan menantang. Akan tetapi, dibalik semua pembelajaran itu, didapatkan sebuah pesan penting yang harus kita pahami, bahwa alam itu sudah ada sebelum kita, maka kita harus menjaganya dan melestarikannya seakan-akan manusia tidak pernah mengganggunya. Dalam skala Indonesia, warisan dan budaya dari berbagai macam flora dan fauna yang ada harus selalu dijaga untuk menjadi ciri khas nusantara indah ini.

Maka dari itu, segala usaha dan upaya dalam melestarikan kekayaan hayati harus direncanakan dengan matang dan berkelanjutan dengan langkah nyata dan kolaborasi berbagai pihak. Konservasi bukan menjadi tanggung jawab pemerintah atau badan lembaga swasta saja, melainkan tanggung jawab dan kewajiban seluruh masyarakat Indonesia agar yang tadinya merupakan ciri khas bangsa, akan tetap menjadi ciri khas bangsa untuk generasi-generasi mendatang. Dengan visi yang besar, usaha kita bersama dapat menjaga keindahan alam Indonesia agar tetap hidup dan lestari untuk memberi kehidupan yang indah tidak hanya bagi generasi kita, tetapi juga bagi anak cucu kita di masa depan. Kini saatnya kita bertanya pada diri sendiri, 

Apakah aku sudah melakukan peranku dalam melindungi warisan ini?

Terima kasih sudah membaca artikel saya hingga akhir, semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bisa membantu meningkatkan kesadaran masyarakat secara umum mengenai pentingnya menjaga Keindahan Nusantara kita, Keanekaragaman Hayati Indonesia. 

Daftar Pustaka

Adlani N. 2022. Manfaat Flora dan Fauna bagi Kesejahteraan, Materi Geografi Kelas 11 Kurikulum Merdeka. Diakses pada 1 Januari 2025. https://adjar.grid.id/read/543574462/manfaat-flora-dan-fauna-bagi-kesejahteraan-materi-geog rafi-kelas-11-kurikulum-merdeka?page.

Aisyah N. 2024. Bantu Pelestarian Hewan Langka, Peneliti IPB Terapkan Bayi Tabung. Diakses pada 1 Januari 2025. https://www.detik.com/edu/edutainment/d-7692232/bantu-pelestarian-hewan-langka-penelitiipb-terapkan-bayi-tabung.

Azizah N. 2023. Materi Geografi Manfaat Flora dan Fauna Kelas 11 dan Pembahasan. Diakses 1 Januari 2025. https://tirto.id/materi-geografi-manfaat-flora-dan-fauna-untuk-kesejahteraan-gPfl?.

Convention on Biological Diversity. 2024. Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework. Diakses pada 26 Desember 2024. https://www.cbd.int/gbf?.

Ekaptiningrum K. 2022. Pembangunan IKN Perlu Perhatikan Ekosistem Kelestarian. Diakses pada 1 Januari 2025. https://ugm.ac.id/id/berita/22805-pembangunan-ikn-perlu-perhatikan-ekosistem-kelestarian/.

KEHATI. 2024. Biodiversity Warriors KEHATI Menjaga Keanekaragaman Hayati Indonesia Melalui Semangat Kolaborasi, Inovasi dan Solusi. Diakses pada 2 Januari 2025. https://kehati.demo-wit.id/biodiversity-warriors-kehati-menjaga-keanekaragaman-hayati-indo nesia-melalui-semangat-kolaborasi-inovasi-dan-solusi/.

Lindungi Hutan. 2024. Etika Lingkungan: Pengertian, Jenis, Prinsip, Tujuan, dan Contoh Penerapannya. Diakses pada 25 Desember 2024. https://lindungihutan.com/blog2/memahami-etika-lingkungan-dan-prinsipnya/?.

Nelson B. 2022. 13 Animals Hunted to Extinction. Diakses pada 1 Januari 2025. https://www.treehugger.com/animals-hunted-to-extinction-4869340.

Oriza O, Setyawati TR, Riyandi. 2019. Gangguan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) sekitar pemukiman di Desa Tumuk Manggis dan Desa Tanjung Mekar, Kecamatan Sambas, Kalimantan Barat. Protobiont. 8(1): 27-31.

Pusat Studi Satwa Primata IPB. 2019. Penangkaran Dramaga. Diakses pada 31 Desember 2024. https://primata.ipb.ac.id/tentang-kami/unit/penangkaran-dramaga/#:~:text=Penangkaran%20Dramaga%20berlokasi%20di%20Kampus,tertentu%20(Spesific%20pathogen%20Free).

Rahman F. 2022. Mengenal “Triple Planetary Crisis”. Diakses pada 31 Desember 2024. https://pslh.ugm.ac.id/mengenal-triple-planetary-crisis/?.

Revianti N. 2024. Menuntut Pengakuan Masyarakat Adat sebagai Aktor Utama Konservasi Keanekaragaman Hayati dalam Skema UN CBD. Diakses pada 1 Januari 2025. https://www.huma.or.id/isu-strategis/menuntut-pengakuan-masyarakat-adat-sebagai-aktor-uta ma-konservasi-keanekaragaman-hayati-dalam-skema-un-cbd?.

Sitompul A. 2023. 7 Dampak Perburuan Hewan Liar bagi Manusia dan Lingkungan. Diakses pada 31 Desember 2024. https://www.inilah.com/7-dampak-pemburuan-hewan-liar-bagi-manusia-dan-lingkungan.

SNRD Asia and The Pacific. 2024. Indonesian Biodiversity Strategy and Action Plan (IBSAP) Towards a Sustainable Pathway in 2045. Diakses pada 30 Desember 2024. https://snrd-asia.org/indonesian-biodiversity-strategy-and-action-plan-ibsap-towards-a-sustai nable-pathway-in-2045/.

Sutrisna T. 2017. Keanekaragaman dan komposisi vegetasi pohon pada kawasan air terjun takapala dan lanna di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan [skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Violleta PT. 2024. KLHK sebut jenis keanekaragaman hayati Indonesia akan terus bertambah. Diakses pada 1 Januari 2025. https://www.antaranews.com/berita/4105389/klhk-sebut-jenis-keanekaragaman-hayati-indon esia-akan-terus-bertambah?.

Widi S. 2022. Sebanyak 1.217 Spesies Hewan Terancam Punah di Indonesia. Diakses pada 1 Januari 2025. https://dataindonesia.id/varia/detail/sebanyak-1217-spesien-hewan-terancam-punah-di-indonesia?.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun