Mohon tunggu...
Andi Lusiana Julika Lestari
Andi Lusiana Julika Lestari Mohon Tunggu... -

Bercerita dengan nada. Berlagu dalam aksara.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kupikir Enam Puluh Detikmu Sama dengan Enam Puluh Detikku

6 Maret 2014   04:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:11 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Satu piring nasi sudah kuhabiskan menghilangkan lapar sambil menunggumu. Tapi, bunyi di ponselku belum juga ada yang berisi bbm balasan darimu.

Jeda enam puluh detik kupikirkan lagi akan kubuat apa sambil menunggumu.

Dua belas level game kesukaanku sudah kutamatkan mengisi waktuku menunggumu, belum juga ada tanda-tanda bbm balasan darimu. Iya, sekadar huruf R saja belum.

Jeda enam puluh detik kupikirkan lagi akan kubuat apa sambil menunggumu.

Sudikah kauhitung detik per detik itu selama enam puluh detik? Mengikuti nada tik-tok jarum jam. Cukup lama? Iya.

Sayang, kupikir enam puluh detikmu sama dengan enam puluh detikku.

Aku hanya meminta jeda dari setiap sela kesibukanmu, enam puluh detik.

Sayang, kupikir aku sama pentingnya untukmu seperti pentingnya kamu untukku.

Ceritakan aku banyak hal tentangmu,

agar aku tak perlu menerka

bagaimana kamu sekadar selama enam puluh detik itu berlalu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun