Kita sering mendengar Islam Rahmatan lil Alamin bukan. Tahukah anda makna dari kalimat itu ?
Islam Rahmatan lil Alamin adalah Islam yang dengan kehadirannya di tengah masyarakat mampu mewujudkan kedamaian dan kasih saying bagi manusia maupun alam semesta. " Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam"
Islam yang rahmatan lil alamin ini juga sangat cocok dengan kondisi Indonesia yang sangat beragam. Baik dari segi keyakinan, agama, etnis, warna kulit, bahasa dan lain sebagainya. Orang Sabang di Aceh sangat berbeda karakter dan keyakinannya dengan orang dari Jawa atau Sulawesi bahkan Papua.
Bentangan geografis yang panjang dan luas menjadikan Indonesia sedemikian plural dan membuat kita harus punya sikap toleransi dan tidak kaku dalam bergaul. Dan semangat Islam Rahmatan lil Alamin sangat cocok diterapkan di Indonesia. Sikap kaku dan rigid terhadap apa yang diyakini tentu saja akan menyusahkan kita dan sesama warga.
Bayangkan seseorang yang sangat fanatic terhadap keyakinan / agamanya. Sikap seperti ini sering membuat orang menjadi intoleran dan akhirnya radikal.Â
Kita bisa melihat hal ini dari kasus bom Surabaya dimana sebuah keluarga bersikap radikal terhadap umat lain yang berbeda sehingga mereka dengan tega meledakkan bom dan mereka hancur bersama bom itu. Mereka sama sekali tidak meletakkan Islam Rahmatan lil Alamin sebagai pondasi hidup.
Setelah bom itu, apakah para umat lain itu membalas atau bersikap tak baik terhadap kaum muslim ? Jawabannya : rasa trauma soal bom memang ada. Tetapi sebagian besar umat Kristiani bahkan memaafkan mereka, meski sebagian dari mereka harus kehilangan keluarga karena tewas dalam peristiwa itu. Â Begitu juga yang terjadi pada bom gereja Katedral Makassar. Umumnya mereka memaafkan pelaku bom.
Lalu apakah Islamfobia sangat kental di Indonesia ?
Melihat banyak kasus radikalisme di Indonesia, ini memang membawa suasana waspada pada beberapa umat, namun masih dalam skala wajar. Namun tidak berarti bahwa mereka menjadi anti atau takut kepada umat lain. Jika tengok kehidupan di desa , bisa kita lihat bagaimana kerukunan itu terjadi. Antara warga yang berbeda keyakinan saling menghormati dan menghargai, alias guyup. Sikap guyup itu
Namun bukan berarti Islamfobia berkembang di Indonesia karena umat lain tetap bersikap baik kepada umat Islam. Begitu juga sikap yang diambil pemerintah yang tetap memberi perhatian sama kepada semua umat. Menurut saya, tidak ada kebijakan pemerintah yang bersifat Islamfobia.
Jadi, tetaplah berkarya dan bersikap toleran kepada sesama, apapun keyakinannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H