Beberapa hari yang lalu ada tulisan di Kompasiana tentang kotornya WC di kota Padua ,  Italia. Orang menyeberang jalan pun sesukanya dan ada pedagang asongannya , tak seperti di kota-kota lain di Eropa yang dikunjunginya. Pendeknya , mirip Jakarta , tulisnya. Entah ini merupakan pujian atau apa .
Hal ini mengingatkan penulis pada film dokumenter yang membedah tentang politisi yang sangat kaya di Italia , yaitu Silvio Berslusconi.
Sejak tahun 1969 - 1980 Italia dilanda gelombang bom . Menurut yang diwawancarai di dokumenter itu ( mantan jaksa , mantan politisi  dll ) , hal ini ada hubungannya dengan organisasi rahasia ( atau , setengah rahasia ) , P2 dan maffia di Italia yang memerangi pemerintah  . Tentunya organisasi ini , P2 , menolak tuduhan tersebut.
P2 memiliki banyak anggota dan bertujuan untuk menginfiltrasi badan intelijen , militer dll. Kemudian obyek infiltrasinya diperluas menjadi pemimpin bank , pengusaha papan atas dll.
Tujuan akhirnya adalah penggantian negara demokrasi menjadi negara fasis , di mana SATU orang yang berkuasa penuh. Anggota parlemen fungsinya cukup menjadi tukang stempel saja ; yes sir .Serikat kerja juga dipersilakan pergi jauh-jauh. Dan orang yang banyak omongnya di Kompasiana , silakan buat paspor dan menjadi pengungsi politik.
Salah satu anggota mudanya adalah si Berlusconi. Sekitar 1000 kaum elite menjadi anggota P2 , tidak heran network tersebut menguntungkan Berlusconi dalam membiayai ekspansi bisnisnya dan dalam dunia politik.
Ekspansi bisnisnya tentu saja dilakukan dengan jalan kasar , tanpa memperdulikan etika bisnis , apalagi hukum yang berlaku. Misalnya soal saluran televisinya. Ada 3 , walau seharusnya dia berhak cuma 2. Walau pun pengadilan di Uni Eropa telah memutuskan agar Berlusconi memberikan saingannya saluran itu , tetap saja dia tak peduli !
Bukan cuma itu , selama sekitar 16 tahun dia berkuasa , ada 36 hukum yang dibentuk olehnya ( atau , oleh kaki tangannya) agar dia / bisnisnya bisa lolos dari jeratan hukum !
Dilengkapi dengan kekayaannya yang mampu membayar saksi yang palsu...
(Tak urung juga menjadi bertanya-tanya dalam hati : Membunuh orang ? )
Kita bersyukur  bukan kita yang mempunyai politisi nasional yang SANGAT memalukan Italia di Eropa .