Jenis kelamin sebagai konstruksi social ! Itulah yang terlintas di benak ketika membaca seorang pria yang beristrikan seorang pria juga, dan hal ini tidak dia ketahui sebelumnya. Rahasia ini terkuak sekitar enem bulan kemudian. Alangkah marahnya dia. Karena selama ini berhubungan intimnya dengan cara "belakang".
Andai kata rahasia tersebut terjaga sampai mereka kakek-kakek ( Dengan asumsi bahwa mereka bisa mengatasi konflik rumah tangga seperti kesulitan ekonomi / komunikasi dll, yah, kesulitan yang kita semua hadapi dalam kadar ringan atau berat ), dan seandainya si waria yang menemui ajalnya lebih dahulu , apakah pasangannya akan menyesali puluhan tahun kebahagian hidup bersama ?
Kalau membaca kajian ilmu sejarah , biologi , neuroscience  dll , adalah besar jumlah manusia yang biseksual. Ada yang kadarnya sangat ringan , sehingga yang bersangkutan tidak merasakan. Sampai yang kadarnya berat.
Hal ini terjadi juga dalam dunia hewan. Namun karena para peneliti ketakutan tidak mendapat beasiswa kalau berani meneliti soal ini , makanya puluhan tahun mereka tutup mulut tentang hal ini.
Apa yang masyarakat anggap baik atau buruk bisa berubah dari zaman ke zaman. Mungkin 2000 tahun yang lalu, di Yunani, lazim  anak muda heteroseksual yang ganteng dikawinkan ( namun tidak resmi ) pada pria mapan yang berstatus sosial tinggi. Ketika ABG ini menjadi dewasa dan  punya bekal  , maka dia meninggalkan suaminya akan membentuk rumah tangga dengan seorang perempuan. Umumnya orang tua ABG ini melakukan hal itu buat meringankan beban ekonomi , tidak berbeda dengan zaman sekarang yang anaknya dikawinkan muda dan tanpa bekal pendidikan yang cukup untuk berdikari.
Â
Andi KT :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H