Mohon tunggu...
Andik Kurniawan
Andik Kurniawan Mohon Tunggu... -

Nasionalis, Optimis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bali, Joger, dan Keajaiban Kata-kata

20 Agustus 2011   04:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:37 2463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembali ke tanah air, Bung Karno, tidak boleh kita pandang remeh juga. Kesaktian kata-kata yang beliau punya nyatanya berbuah sebuah bangsa, menjelma sebuah Negara. Tidak main-main, seraya tanpa berusaha mengabai tokoh-tokoh pendiri bangsa lainnya, Bung Karno membuat Negara melalui keahliannya berkata-kata; Membuat Negara.

Perihal kemampuan media massa dalam menggiring opini publik sudah pasti kita tahu bersama kesaktiannya. Terlebih lagi sudah umum disadari di kalangan para pemerhati komunikasi massa, bahwa bila di negara maju suatu fakta berdampak adanya opini publik, di Negara miskin kebalikannya suatu opini publik mudah sekali menjadi fakta. Sekali lagi keampuhan sugesti kata-kata.

Guru dan Indonesia Masa Depan Kita

Catatan ini ditulis ketika banyak di antara kita mencaci-maki timnas Indonesia. Rupa-rupanya, meminjam istilah seorang penyiar di salah satu radio swasta Indonesia, penyakit minderan dan kurang perhatian antar sesama melahirkan beribu pendukung karbitan. Kalau ada ramai-ramai bilang Indonesia bagus mainnya, seperti kereta-musik menarik anak-anak berlomba mengikutinya, berbondong orang setor kebanggaan dan setor tampang bualkan wujud nasionalismenya. Namun ketika kemarin tim kita, dan tentu saja seluruh masyarakat Indonesia mengalami ujian kebangsaan dengan dikalahkan Malaysia 0-3 di Bukit Jalil, Malaysia, kemana para pandu Indonesia?

Seperti amuk air bah tiap pihak saling kecam, saling lempar salah, saling buru dan ahli menyebut kambing hitam kegagalan. Tapi yang lebih menyedihkan, memupus lagi cendawan musim hujan kebanggaan berkebangsaan.

Dan saya bukan pendukung karbitan, ogah masuk golongan kaum munafik yang murah memandang kesetiaan. Saya Indonesia. Kalah, menang, buruk, baik Indonesia adalah saya, adalah rupa diri saya. Ini tanggung jawab saya dalam merupa-wujudkan seperti apa Indonesia. Namun, tidak cuma saya. Ini juga menyangkut anda. Tentang saya, anda, dan pastinya tentang kita. Tentang tanggung jawab kita kepada nusantara dan bendera Merah-Putih kita.  Tidakkah ketika siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela!?

Ketika arus besar publik Indonesia menemukan momentum penguatan kembali semangat kebangsaan kita. Ketika itulah timnas Indonesia diharapkan banyak pihak mempersatukan ego individu dan ego kelompok yang sangat sempit. Indonesia butuh penguatan kolektivitas bersama dalam meretas tujuan pendiriannya. Tujuan bersama yang sungguh mulia, di mana kita semua dengan selamat berhasil dengan gilang-gemilang tiba ke capaian kesentosaan yang kita semua idam-idamkan.

Menghasilkan sebuah tim sepakbola yang kuat memang gampang-gampang susah. Terlepas dari bisa atau tidaknya tim sepakbola kita dalam nanti menutup partai terakhir gelaran Piala AFF 2010, mari terus satukan dukungan untuk kejayaan Indonesia kita. Mencaci Indonesia, tak lain adalah bertepuk di air, terpercik ke muka sendiri juga akhirnya.

Mari kita lebih bijak memilih kata, mari lebih santun menyampaikan semangat berpikir kita kepada yang lainnya. Indonesia dengan 250 juta penduduknya adalah bangsa yang besar, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dengan semua bangsa lain di dunia. Kata-kata ibarat guru di hadapan muridnya, kata yang baik, baiklah muridnya, baiklah masyarakatnya.

Semua dari kita bisa menjadi pahlawan yang pantas dikenang sepanjang masa. Tak peduli apakah kita itu seorang penjual mie goreng, seorang kuli bangunan, seorang olahragawan, seorang pedagang, seorang murid SMP, atau pendeknya siapapun, kita bisa menjadi pahlawan yang dibanggakan. Di setiap tempat kita berprofesi dan berkarya diri, mari terus berikan hasil-hasil cipta, rasa, karsa terbaik kita yang bernilai tinggi dan berguna. Tak hayal, hebat hasil kreasi kita, tentu pada gilirannya hebatlah Indonesia kita.

Maka, dukung terus timnas kita. Kitalah Indonesia ada, Kitalah Indonesia Jaya, Merdeka!!!

Penghujung tahun 2010,

Andik Kurniawan, untuk Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun