Keterangan: Dikembangkan dari konsepsi integrasi diantara Sistem Tindakan Talcott Parson[6]
Beberapa pemikiran teoritik yang sengaja ditaruh pada bagian penutup ini bermaksud menegaskan, bahwa GSBB yang berkehendak untuk membangun budaya nasional profetik sudah barang tentu tetap mengikuti theoretical framework budaya yang selama ini terpampang di berbagai referensi. Namun khasanah keilmuan ilmiah tersebut, wajib dikontrol dengan nilai-nilai profetikisme, sehingga struktur dan konstruksi budaya nasional kita bukan hanya dipertanggung-jawabkan dalam kehidupan dunia tetapi juga di akhirat kelak.
Berbagai wujud kebudayaan, apakah itu tradisional, modern, ataupun kontemporer yang ada sudah barang tentu akan mengalami proses-proses perubahan, evolusi, akulturasi, dan lain sebagainya. Terhadap semua itu harus dilakukan stimulasi melalui GSBB dengan mempergunakan AGIL secara multikultural untuk meneguhkakan budaya nasional yang profetik. Bukan budaya nasional yang sekuleristik, materialistik, liberalistik, dan hedonistik.
[1] Baca Jonathan H Turner, 1998, op.cit., hal. 34, dan Choudary,Thinkers and Theories in Sociology, Gagandeep Publications, Delhi, 2006,hal. 196 – 197.
[2] Rustam Ibrahim pernah mengatakan bahwa dalam masyarakat sipil harus ada struktur yang dapat memberi peluang secara luas bagi terciptanya partisipasi warga untuk mendukung nilai-nilai seperti: demokrasi, transparansi, toleransi, anti kekerasan, kesetaraan gender, pengentasan lingkungan, dan keberlanjutan lingkungan. Lihat Rustam Ibrahim,Jalan (Masih) Panjang Menuju Masyarakat Sipil, Penerbit YAPPIKA, Jakarta, 2007.
[3] Lihat tulisan Asep Syaefullah, Merukunkan Umat Beragama, Penerbit Grafindo, Jakarta, 2007. Dalam bukunya ini ia mengutip pemikiran Tarmizi Taher, bahwa perbedaan agama merupakan modal sosial bangsa Indonesia.
[4] Ahmad Fedyani Saifudin (2005) Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma, 2005, hal. 83.
[5] Ibid, hal. 84.
[6] Lihat Jonathan H. Turner The Structure of Sociological Theory, Sixth Edition, Wadsworth Publishing Company, 1998, hal.33.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H