Mohon tunggu...
Andika Pranata J
Andika Pranata J Mohon Tunggu... Pekerja Pemilu -

Pembelajar seumur hidup | Pegiat Pemilu | Terdaftar Sebagai Pemilih | IG @andikapranatajaya |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Belajar Keterampilan Komunikasi Politik di Sekolah Polkom

8 Mei 2018   06:00 Diperbarui: 8 Mei 2018   08:25 1562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta program Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia #Angkatan2 di Kolega Coworking Space Pangeran Antasari, Jakarta Selatan

Buat anda praktisi politik dan pemilu, pernahkah anda berada dalam sebuah sekolah Pendidikan singkat bersama orang yang baru anda temui tetapi berdampak besar buat dunia yang anda tekuni?. Saya baru saja mengalaminya. Bila anda juga ingin merasakan, saya rekomendasikan untuk mengikuti Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia.  

Tentang apa dan bagaimana cerita sekolah ini, anda bisa cari informasinya di twitter @sekolahpolkom, IG SekolahPolkom atau FB Sekolahpolitikindonesia. Karena yang ingin saya ceritakan bukan mengenai sekolahnya, tetapi bagaimana sekolah ini berdampak buat saya.

Secara normatif, untuk memahami dunia politik dan elektoral secara akademis dan praktis, memerlukan waktu yang relatif panjang, setidaknya mengambil kuliah S1/S2 ilmu politik. Itupun terbatas pada pemahaman teoritis saja.

Nah, akhir pekan tadi saya mengikuti program di Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia #Angkatan2 di Kolega Coworking Space Pangeran Antasari, Jakarta Selatan.

Sekolah dengan metodologi full andragogi ini mengkombinasikan bahan pengajaran teori politik klasik dan modern dengan ilmu komunikasi yang digawangi pengajar yang telah membuktikan teori komunikasi massa dalam kehidupan sehari-hari. Singkat kata, bila di bangku kuliah butuh empat tahun untuk belajar teori ditambah sekian tahun untuk praktik di alam nyata, di sekolah ini hanya membutuhkan waktu 16 jam pelajaran selama dua hari.

Pengajar pada pendidikan singkat ini adalah mereka dari kalangan akademisi, praktisi dan juga pakar di bidangnya. Prof Syamsuddin Haris (peneliti senior LIPI), Alexander Yahya Datuk (Akademisi), Fifi Aleyda Yahya (Anchor Metro TV), Meutya Hafid (Anggota DPR-RI), dan Syaiful Mujani (Pendiri SMRC). Mereka berkolaborasi dengan Praktisi Pemilu Titi Anggraini (Direktur Eksekutif Perludem), Miftah Sabri (CEO Selasar.com) dan Arief Suditomo (Anggota DPR-RI).

Ada delapan pokok bahasan yang dibahas, mulai dari Dasar Ilmu politik dan Demokrasi, Kebijakan Publik, Public Speaking, Politik Kontemporer: Voting Behaviour yang membedah "batang tubuh" pemilih dalam pemilu dan  Rekayasa sistem pemilu 2019.

Materi keren dan paten ini kemudian dibungkus dengan Coaching Clinic: Belajar dari Pengalaman politisi, Optimasi Komunikasi Publik dan Strategi Personal Branding melalui media sosial dan media alternative, serta Manajemen dan Strategi Kampanye.

Pengajar Sekolah Politik dan Komunikasi #SekolahPolkomAngkatan2
Pengajar Sekolah Politik dan Komunikasi #SekolahPolkomAngkatan2
Saya teringat Larry Diamond dan Richard Gunther dalam Political Parties and Democracy (2001) tiada henti mengingatkan badan atau lembaga yang berkonsentrasi kepada agenda politik sebuah bangsa seperti partai politik, social interest group (kelompok kepentingan), dan penyelenggara pemilu, tentang pentingnya merekrut sumber daya manusia berkualitas yang dipersiapkan.

Kenapa harus dipersiapkan? Menurut peneliti senior LIPI Prof Syamsuddin Haris, politik dalam perspektif klasik adalah suatu usaha mencapai masyarakat politik yang terbaik. Para filsuf Yunani kuno memahami politik sebagai virtue, alat berbuat kebajikan untuk kemaslahatan manusia.

"Tujuan politik pasti baik, untuk mengatur dan mengelola sebuah bangsa, yang jahat itu orang yang menggunakan politik dengan segala macam cara untuk tujuan jelek," kata Prof Syamsuddin saat jadi pengampu Sekolah Politik dan Komunikasi Indonesia #Angkatan2. 

Dalam konteks inilah penting ditegaskan bahwa edukasi politik merupakan sarana menginternalisasi ideologi dan nilai humanis bagi setiap SDM guna menciptakan tatahan hidup yang demokratis.

Miftah Sabri, CEO Selasar.Com berfoto bersama peserta Sekolah Polkom usai menjabarkan Optimasi Komunikasi Publik dan Strategi Personal Branding melalui media sosial dan media alternative
Miftah Sabri, CEO Selasar.Com berfoto bersama peserta Sekolah Polkom usai menjabarkan Optimasi Komunikasi Publik dan Strategi Personal Branding melalui media sosial dan media alternative
Materi Public Speaking oleh Fifi Aleyda Yahya
Materi Public Speaking oleh Fifi Aleyda Yahya
Bagi praktisi pemilu seperti saya, ikut jadi bagian dalam program ini laksana mendapatkan sambungan wifi dengan sinyal ekstra kuat. Diri pribadi akan langsung 'terkoneksi' dengan peningkatan kapasitas, belajar dengan meteri dan tim pengajar yang mumpuni, pengembangan jaringan, dan sebagai pengejawantahan literasi politik bagi orang muda yang punya minat kuat dalam bidang politik dan komunikasi.

Dalam konteks pemilu; literasi menjadi upaya yang penting bagi penguatan basis pengetahuan politik warga negara dan menghilangkan apatisme, terutama di kelompok generasi milenial dan kelompok masyarakat yang sudah letih dengan tontonan politik. Dengan demikian, warga negara dapat berperan aktif mewujudkan demokrasi yang lebih sehat dan berkualitas.

Saiful Mujani, pendiri SMRC, mengulas Voting Behavior in Indonesia, analisis 'batang tubuh' pemilih dalam Pemilihan Umum
Saiful Mujani, pendiri SMRC, mengulas Voting Behavior in Indonesia, analisis 'batang tubuh' pemilih dalam Pemilihan Umum
materi berat tapi disampaikan dengan riang gembira oleh Saiful Mujani
materi berat tapi disampaikan dengan riang gembira oleh Saiful Mujani
Dua alasan kenapa literasi ini penting. Pertama, semakin cepat warga negara tercerahkan, maka akan semakin besar rasio publik berperhatian. Karena kelompok publik berperhatian ini biasanya turut menentukan nasib bangsa. Kedua, munculnya apatisme masyarakat terhadap politik membuat kalangan elite leluasa bergerak dan merencanakan manuver untuk tetap duduk di tampuk kekuasaan. Itulah kenapa perlu penyadaran dan pengutan berbasis masyarakat yang akan melahirkan publik berperhatian, terutama pada bidang politik. 

Dari landasan pemikiran inilah, perlu masyarakat yang berperhatian untuk memberikan literasi kepada publik mengenai pentingnya peduli dengan urusan politik yang sedang update. 

National Institute for Literacy, mendifinisikan literasi sebagai "Kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga, dan masyarakat." Dari definisi ini terkandung makna bahwa literasi pun membutuhkan keterampilan untuk dapat 'eksis' dalam lingkungan tertentu. 

Nah, soal keterampilan inilah yang saya dapatkan dari Program Sekolah Politik dan Komunikasi. Kenapa?, karena program ini punya komitmen untuk menyiapkan SDM Politik yang menguasai pengetahuan teoritis dan juga praktis terkait politik dan kepemiluan. #SekolahPolkomAngkatan2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun