Pikiran bunuh diri ini selalu ada setiap hari selama dua bulan lebih, bayangkan betapa struggling-nya saya setiap hari dibayang-bayangi keinginan bunuh diri, tapi saya selalu menunda-nunda untuk bunuh diri. Kemudian yang saya sering lakukan juga adalah saya sering mencari dan membaca informasi tentang penyakit mental yang saya alami ini.Â
Saya sempat mengira awalnya bahwa saya menderita Schizophrenia, karena gejala-gejala yang saya rasakan sangat mirip dengan penderita Schizophrenia, sehingga saya sempat berpikir bahwa saya tidak akan pulih lagi, saya akan selama nya menjadi tidak waras begini, kalau saya begini terus lebih baik saya bunuh diri saja, daripada malu diketahui oleh semua orang dan tidak dapat hidup normal seperti orang lain.Â
Segala macam pikiran tentang kegagalan ada di pikiran saya, seperti saya tidak mampu bekerja lagi, karier sudah hancur, tidak mampu hidup mandiri, tidak mampu berkeluarga, masa depan saya akan suram selamanya, malu dilihat keluarga besar dan teman-teman menjadi orang yang punya kelainan mental, bahkan kegagalan-kegagalan di masa lalu saya ungkit kembali dan itu membuat saya semakin bertekad untuk bunuh diri.
Ketika masa-masa sakit tersebut, saya mengalami peningkatan nafsu makan luar biasa, saya seolah tidak peduli lagi sedang lapar atau kenyang, kalau ada makanan langsung saya makan. Sehingga akhirnya membuat berat badan saya naik signifikan, di mana sebelum sakit berat badan saya sekitar 70 kg, di mana tiga bulan kemudian berat badan saya naik menjadi 92 kg. Kenaikan berat badan itu juga diperparah dengan efek samping dari obat anti-psikotik berikut nya yang diresepkan ke saya yaitu, Risperidone. Efek sampingnya adalah membuat berat badan naik. Sehingga dokter mengkhawatirkan saya mengalami obesitas dan mulai menyuruh saya berolah raga.
Pada saat sakit tersebut saya juga mengalami kondisi-kondisi pikiran yang berubah-ubah, mulai dari perasaan depresi yang mendalam, gejala psikosis akut muncul, tiba-tiba menjadi tidak waras mendadak, pikiran menjadi lumpuh total, muncul keyakinan-keyakinan tertentu seperti delusi, kemudian muncul pikiran normal dalam beberapa jam, kemudian berubah menjadi mania, di mana saya menjadi sangat aktif, bisa jingkrak-jingkrak sendiri, tiba-tiba berbicara menjadi cepat, lebih sering ngelantur.
Hal tersebut bisa saya rasakan hampir setiap hari. Kemudian hal yang terparah juga ialah saya tidak mampu memperhatikan kebersihan diri saya, saya tidak memiliki kesadaran kalau saya harus mandi, ganti baju, cuci muka, gosok gigi dan sebagainya. Sehingga sering saya dalam sehari tidak mandi, tidak mengganti baju, dan penampilan saya saat itu sangat buruk.
Kemudian gerakan saya juga menjadi sangat melambat, ketika saya berjalan dengan orang pasti saya akan jauh tertinggal di belakang, kemudian untuk melakukan gerakan seperti naik turun dari angkutan umum itu rasanya sulit sekali, respon saya juga sangat lambat, apabila saya dipanggil orang kemungkinan besar saya tidak akan menengok atau merespon. Terkadang badan saya suka menjadi kaku, tidak bergerak sama sekali, suka berada dalam posisi yang agak aneh.
Kemudian saya juga menjadi luar biasa pelupa, hal-hal yang baru dibicarakan ke saya dalam sekejap bisa langsung saya lupakan. Saya ingat ketika saya berada di area parkir, saya mengalami kebingungan, disorientasi lokasi, saya benar-benar tidak ingat jalan yang harus saya tuju ke mana, untungnya dituntun oleh orang tua saya.
Dampak buruk dari penyakit yang saya alami adalah saya menjadi takut berkomunikasi dengan orang lain, saya menghilang dari sosial media, tidak mau membalas chat, bahkan pada awal-awal sakit saya tidak sanggup menulis pesan chat karena saking kacaunya pikiran saya, saya sering merasa paranoid dan takut dilihat dan diperhatikan oleh orang lain. Padahal yang saya butuhkan adalah bantuan dari teman-teman, tapi karena gangguan jiwa tersebut menyebabkan saya sendiri merasa lebih nyaman sendiri tidak bertemu dengan siapa-siapa. Sehingga saya lebih sering mengurung diri di kamar.
Jadi sehari-sehari saya bermain dengan game di smartphone, bermain game-game yang sederhana yang tidak terlalu membutuhkan banyak berpikir, karena masih dalam kondisi pikiran yang tumpul sehingga saya sulit untuk mencerna instruksi yang rumit. Saya mulai menerapkan goal-goal kecil pada saat itu, pikiran saya kira-kira seperti ini: Sebelum saya mati coba ah tamatin game Hungry Shark Evolution, pengen dapetin hiu yang paling besar. Setelah itu tercapai saya buat goal baru berikutnya, coba ah tamatin game ini, coba ah tamatin game itu, dan seterusnya.
Ketika kondisi mulai membaik, saya mulai membiasakan diri untuk rutin jalan pagi, melakukan olahraga ringan seperti SKJ, dan malamnya rutin membaca alkitab. Dukungan keluarga menurut saya sangat penting, mereka tetap mendukung saya, mengajak saya berlibur, mendoakan saya agar dapat pulih dan merawat saya sebaik mungkin sehingga saya akhirnya bisa benar-benar pulih.