[caption id="attachment_331143" align="aligncenter" width="460" caption="http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/04/10/185555/2551653/1562/kemungkinan-besar-tak-ada-parpol-yang-bisa-usung-capres-sendiri"][/caption]
Hasil Pileg kemarin bikin heboh!
Berdasarkan penghitungan quick count kemarin, PDIP berhasil menduduki peringkat pertama dalam Pileg 2014, disusul Golkar, lalu Gerindra, Demokrat dan seterusnya. Sayangnya, tidak ada satupun partai yang mendapat suara di atas 20%, yang berarti, bahkan PDIP pun tidak bisa menyalonkan presidennya tanpa koalisi.
Namun kehebohan yang berarti justru bukan dari partai-partai yang sekarang sedang mencari koalisi, tetapi dari rakyat kita sendiri. Di kompasiana saja, kita bisa lihat betapa panasnya perbincangan seputar Pemilu ini. Bukan saja artikel-artikel yang saling menyerang, tetapi komentar-komentar yang bermunculan pun tidak sungkan untuk saling  menjatuhkan. Jika kita ingin lihat sisi positifnya, inilah sebenarnya KEKUATAN DEMOKRASI. Inilah kekuatan rakyat yang diberi kebebasan berpendapat. Opini-opini yang tersebar di dunia maya akan sangat berpengaruh pada pemikiran masyarakat di luar sana. Dan.... Semua orang bisa mempengaruhi siapapun hari ini!
Dari perbincangan siang hari bersama teman-teman saya di kuliah saya bis amengambil beberapa kesimpulan. Namun sebelumnya mari kita lihat kenyataan-kenyataan berikut.
Salah satu isu yang paling hangat (atau mungkin panas) adalah pencalonan Jokowi yang mendapatkan banyak cercaan. Berita tentang mantan walikota Solo yang dikenal dekat dengan rakyat ini muncul tidak baik menjelang majunya ia menuju kursi kepresidenan. Sebuah akun twitter "terkenal" berpendapat bahwa 'kesan baik' Jokowi sebenarnya dikendalikan oleh Amerika yang ingin menguasai Indonesia. Ada juga yang bilang bahwa gaya blusukan Jokowi tidak cukup membuatnya menang menarik hati rakyat. Selain itu, Jokowi juga dianggap pemimpin yang tidak becus karena seenaknya saja meninggalkan Jakarta demi kursi RI. Masyarakat, terutama penduduk Jakarta, merasa dikhianati oleh majunya Jokowi. Dari sini sebenarnya kita bisa lihat bahwa rakyat Jakarta berharap banyak dengan datangnya Jokowi memimpin daerah mereka, bahkan sampai sekarang.
Di sisi lain, Prabowo lebih banyak menerima kritik positif yang berisi dukungan terhadap dirinya. Semua orang seakan menampikkan kesalahannya di Tragedi MEI 1998 yang sampai saat ini belum selesai. Kita tentu tidak lupa dengan 'Buku Putih' Prabowo tentang kesaksiannya tentang kejadian terut, sekuat ingatan kita tentang mati dan hilangnya para aktivis mahasiswa. Bahkan pengadilan terhadap Tim Mawar yang dipimpinnya dan Dewan Kehormatan Militer sudah membuktikan Prabowo bersalah dan dia akhirnya dipecat. Prabowo sendiri menyatakan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas hilangnya 13 aktivis mahasiswa, melainkan hanya 9 aktivis mahasiswa (yang sudah kembali). Dan pada tahun 2014 ini kita tidak lagi melihat Prabowo mengurusi masalah ini. Kasus yang tidak selesai ini seakan dikaburkan dan berusaha dilupakan.
Sampai saat ini kesimpulan saya Jokowi dan Prabowo mempunyai satu kesamaan, yaitu sama-sama meninggalkan sesuatu yang belum mereka bereskan. Tanggung jawab, hal yang justru sangat dibutuhkan (bahkan mendasar), dari seorang pemimpin tidak menempel kuat pada mereka. Namun mari kita coba realistis, tidak ada pemimpin yang sempurna. Jika nantinya capres kita hanya dua orang ini saja, maka kita harus mempertimbangkan baik-buruk calon pemimpin kita ini. Kecuali nanti akan ada capres lain lagi, seperti Aburizal Bakrie yang partainya memperoleh peringkat kedua dalam hasil quick count. Namun kalau Ical (panggilan akrab Aburizal Bakrie) tentu masyarakat sudah tahu 'dosanya' yang telah meninggalkan kasus lumpur Lapindo yang sampai hari ini masih bisa kita lihat wujudnya di Sidoarjo.
Lalu timbul pertanyaan, siapa dong yang harus kita pilih? Tentu kita tidak mau salah pilih kan seperti kemarin-kemarin? Tentu kita lelah kan dengan politik yang sudah terlalu kotor oleh tikus-tikus yang mencemari kepercayaan rakyat? Haruskah kita memilih figur baru yang masih jauh dari pengaruh politik Indonesia?
Yang jelas, siapapun yang maju sebagai capres-cawapres 2014 ini, mari kita sama-sama membuka pikiran kita. Jangan terpaku dengan gosip-gosip negatif tentang orang yang sebenarnya baik, ataupun puji-pujian berlebih terhadap figur yang telah bermuka badak. Mari kita mendukung orang baik! Saya rasa kebutuhan Indonesia sekarang yang utama adalah POLITIK YANG BERSIH. Masalah gaya kepemimpinan itu bisa kita seimbangkan dengan ikut berpartisipasi dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Masalah seperti pulau kosong yang dijual dan sebagainya itu bisa kita cegah dengan cara tidak diam saat ada yang salah. Saya yakin, rakyat Indonesia sendiri sudah pintar mengkritisi pemerintahnya (walaupun seringkali masih dibelokkan oleh media).
Siapapun presidennya, 5 tahun ke depan adalah kesempatan kita untuk memperbaiki yang resahkan hari ini. Untuk itu, mari kita sama-sama mendukung orang-orang baik untuk maju alih-alih saling mencela satu sama lain. Karena bersatu kita kuat. Bhinneka Tunggal Ika!
HIDUP RAKYAT INDONESIA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H