(Kisah ini terinspirasi dari Running Man episode 130: Reincarnation, dengan pengubahan)
Hamparan karpet hijau memenuhi lapang pandang Gilang. Sawah yang berundak-undak dilaluinya tanpa lelah. Angin dari atas gunung turun ke kaki, menemani aliran sungai yang deras mengalir. Gilang sedari tadi menyusuri sungai di pinggir sawah itu. Matanya fokus dan hatinya sangat bersemangat.
"Mari, Bu!" katanya menyapa seorang ibu yang sedang bercocok tanam di seberang sawah.
"Nggih, monggo, Mas," jawab ibu tersebut ramah. Begitulah cara menjawab sapaan yang lumrah di daerah sini. Biasanya cukup dengan berkata seperti itu kita bisa kembali melanjutkan apa yang sedang kita kerjakan. Namun melihat Gilang yang sedang celingak-celinguk ibu tersebut penasaran. "Lagi cari apa toh, Mas?"
"Ini, Bu, lagi cari kunci," jawab Gilang setengah berteriak karena tempatnya dan ibu tersebut cukup jauh.
"Kunci rumah? Mau ibu bantu carikan?"
"Oh iya nggak apa-apa, Ibu. Terima kasih," jawab Gilang sambil tersenyum. Di sini, itu tandanya penolakan, meski Gilang berkata 'iya'. Ibu itu pun mengerti dan menjawabnya dengan tersenyum juga. Setidaknya ia sudah cukup sopan telah menawarkan bantuan. Formalitas.
Formalitas yang indah.
Setelah lama mencari di sawah sampai menceburkan diri ke sungai, akhirnya Gilang menemukan apa yang ia cari. Kunci itu berada di dekat sebuah batu di sekitar air terjun. Ia melihatnya karena pantulan sinar matahari ke kunci tersebut. "Aha, kuyakin ini kuncinya!" katanya dalam hati,"Setelah ini aku bisa langsung ke kota untuk membuka harta karun tersebut. Katanya sih ada imbalannya. Semoga banyak lah! Aku mau berternak sapi" Gilang lalu segera kembali ke rumahnya. Ia tidak mau menghabiskan waktu terlalu lama di desa. "Semoga aku tidak kalah cepat dari 6 orang lainnya," batinnya.
***
Kota yang disebut-sebut oleh Gilang letaknya tidak jauh dari kaki gunung lokasi rumahnya. Tepatnya berada di Selatan kota. Saat itu, bertepatan saat Gilang menemukan kuncinya, di Utara kota seorang perempuan juga menemukan kunci yang serupa. "Yes!" ucapnya kegirangan,"Ada di sini kau rupanya!" Perempuan itu bernama Melodi. Ia adalah seorang anak konglomerat pemilik pabrik kayu. Ia menemukan kunci tersebut di hutan kecil di belakang rumahnya. "Terlalu gampang deh, Kak Myuk!" Melodi berbicara sendiri,"Kukira akan sesusah apa. Hmm... Mungkin karena aku memang ahli menemukan barang?" katanya bangga pada dirinya sendiri. "Hmm.... Semoga di balai kota nanti akan ada sesuatu yang seru menanti. Kalau begitu aku akan segera ke sana!" ucapnya lalu lari pulang ke rumah.