Mohon tunggu...
andika hendra mustaqim
andika hendra mustaqim Mohon Tunggu... Editor - unmitigated learner

unmitigated learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Laut China Selatan Bisa Pecah Kapan Saja, Indonesia Tak Boleh Tinggal Diam

30 Mei 2024   10:21 Diperbarui: 30 Mei 2024   10:21 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan hanya peretasan, menurut Michael Raggi dan Sveva Scenarelli dari PwC Threat Intelligence mengungkapkan bahwa mereka mendeteksi spionase siber yang dilakukan oleh China terhadap negara-negara yang terlibat konflik di Laut China Selatan. Misalnya, aksi spionase siber yang dilakukan China sejak 2013 menarget organisasi yang fokus pada Laut China Selatan,

Masa depan internet bergantung pada negara yang mendominasi Laut China Selatan. Itu diungkapkan Maurizio Geri, mantan analis senior NATO.  Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Laut China Selatan bukan hanya jalur lalu lintas kapal dan sumber mineral serta minyak. Selain itu, Laut China Selatan juga merupakan kawasan Big Data di mana masa depan di mana pemenang konflik Laut China Selatan juga menjadi penentu.

Menurut Geri, 486 kabel bawah tanah menyediakan jaringan internet internasional yang didominasi perusahaan AS. Tapi, pada 2022, Malaysia bergabung dengan program kabel South East Asia Hong Kong Express Cable System sepanjang 5.000 km menghubungan Hong Kong, China, Filpina dan Thailand hingga Singapura.

Untuk perang siber, Indonesia sudah siap. Pada awal tahun 2024, Presiden Indonesia Joko Widodo pernah menyatakan bahwa TNI dan Polri harus memanfaatkan teknologi terutama untuk menghadapi perang siber yang makin meningkat. TNI juga memiliki Satuan Siber yang mengantisipasi perang multidimensional di dunia maya yang mulai bekerja pada 2017 silam. Satuan Siber merupakan pasukan khusus yang menjadi Kopasus di dunia maya.

Munculnya wacana tentang angkatan siber yang dpernah disampaikan oleh Mantan kepala Badan Intelijen negara AM Hendropriyono makin menguat karena makin banyak serangan siber ke Indonesia. Namun, usulan tersebut hanya akan menambah anggaran dan tumpang tindih karena TNI sudah memiliki satuan siber dan pemerintah juga memiliki Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

Yang perlu dilakukan, seperti halnya dilakukan negara-negara Barat, Indonesia perlu merangkul para hacker dan peretas yang berkeliaran dan bekerja tanpa arahan. TNI melalui Satuan Siber bisa bekerja sama dengan mereka dengan menerapkan Doktrin Perang Semesta dengan menjadikan para hacker sebagai peserta bela negara. Dengan kemampuan hacker Indonesia yang sudah canggih dan mumpuni, maka Indonesia mempersiapkan diri dalam menghadapi perang siber, salah satu jenis perang hibrida, untuk menjaga kedaulatan Indonesia, terutama di Laut China Selatan.

Indonesia Sudah Banyak Bergerak Menjaga Kedaulatan di Tengah Ancaman Perang Laut China Selatan

Pemerintah Indonesia, terutama TNI, sudah bergerak untuk menjaga kedaulatan dalam menghadapi ancaman berbagai perang, baik konvesional hingga modern. Namun, Indonesia harus terus meningkatkan kemampuan dan kewaspadaan sehingga tidak boleh lengah.

Inovasi adalah kuncinya. Mengembangkan teknologi militer buatan dalam negeri menjadi hal mutlak sehingga tidak mengalami ketergantungan dengan negara lain. Bekerja sama dengan semua elemen bangsa, baik perguruan tinggi hingga perusahaan swasta untuk mengembangkan teknologi militer yang mumpuni bukan suatu hal yang sulit, tetapi perlu niat baik dan konsistensi.

Kedaulatan adalah motivasinya. Membangkitkan semangat untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi motivasi paling puncak. Jika kedaulatan sudah diganggu, bukan hanya TNI yang bergerak, tetapi seluruh rakyat Indonesia akan membantu dengan doktrin Sistem pertahanan keamanan rakyat Semesta menjadi sistem pertahanan yang dianut Indonesia dalam menjaga kedaulatan negara.

Itu sesuai dengan ajaran Jenderal TNI AH Nasution dalam bukunya berjudul Pokok-pokok Gerija bahwa perang rakyat membantu perjuangan TNI. Kenapa? AH Nasution mengatakan, perang bukan hanya usaha tentara, tetapi usaha rakyat semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun