Laut China Selatan adalah bara yang bisa saja menjadi api perang di dekat Indonesia. Itu karena Laut China Selatan juga bisa menjadi permata yang menggoda banyak pihak untuk menguasainya. Itulah kenapa banyak negara memperebutkan Laut China Selatan sehingga perang bisa saja pecah kapan saja di kawasan tersebut. Akibatnya, Indonesia berada di dekat perbatasan Laut China Selatan pun ikut terkena getahnya.
Indonesia makin gerah ketika China Daily mengumumkan Peta Standar China 2023 yang diklaim mendorong pembangunan bangsa dan peradaban. Dalam peta tersebut, China mempertahankan klaim klasiknya yang disebut sebagai sembilan garis putus-putus [nine-dash-line] di kawasan Laut China Selatan.
Melansir BBC, hal terbaru dalam peta ini adalah masuknya kawasan laut bagian timur Taiwan sehingga menambah satu garis putus--dari sembilan menjadi 10 garis putus-putus. 10 garis putus-putus dalam peta baru China ini juga memperluas klaim atas wilayah laut yang berbatasan ekonomi eksklusif milik Malaysia dekat Sabah dan Sarawak, Brunei, Filipina, Indonesia dan Vietnam.
Selain itu, hubungan dengan China perihal laut China Selatan dan Natuna. Pada Desember 2021, China pernah meminta Indonesia menghentika pengeboran minyak dan gas alam di wilayah Natuna yang berdekatan dengan Laut China Selatan karena merupakan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Dan hal paling berbahaya adalah kedaulatan Indonesia terancam karena konflik Laut China Selatan. Perang pun bisa pecah kapan saja di Laut China. Mau tak mau, Indonesia tidak boleh tinggal diam dan harus bergerak serta bersiap-siap.
Seperti diungkapkan Pensiunan Laksamana Angkatan Laut AS James Stavridis, mantan panglima tertinggi sekutu NATO di Eropa, mengatakan bahwa perang dunia baru bukan muncul di Ukraina dan Eropa. Melansir Newsweek pada Desember 2023, dia memprediksi, perang dunia baru akan muncul di Laut China Selatan.
Indonesia mau tak mau dan siap tak siap harus menerima kenyataan. Ancaman perang pun bisa saja terjadi dan kapan saja bisa pecah. Setidaknya ancaman perang konvesional dan perang modern akan pecah jika konflik Laut China Selatan tidak terselesaikan. Belajar dari pengalaman dan memandang visi kedepan, Indonesia juga sudah bergerak dan bersiap menghadapi berbagai jenis perang yang bisa saja terjadi di Laut China Selatan.
Perang Laut: Indonesia Memiliki Doktrin Perang Semesta
Pada 21 Maret 2024 lalu, Brahma Chellaney, profesor emeritus studi strategis di Pusat Penelitian Kebijakan yang berbasis di New Delhi dan penulis "Water, Peace, and War: Confronting the Global Water Crisis", menulis sebuah artikel di Japan Times yang menyebutkan bahwa risiko eskalasi perang terbesar mungkin terletak di Laut China Selatan, tempat upaya agresif China untuk memperkuat dominasinya sering kali berujung pada konfrontasi yang berbahaya, termasuk dengan kapal perang dan pesawat Amerika Serikat.