Mohon tunggu...
Andika Fitra
Andika Fitra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Suka ngobrolin bola sambil ngopi santai.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hariono: From Zero to Hero

26 Desember 2020   20:35 Diperbarui: 29 Desember 2020   22:07 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpisahan Hariono setelah 11 musim membela Persib Bandung.

Siapa yang tak mengenal Hariono, gelandang energik yang mempunyai ciri khas rambut gondrong dengan tipe permainan keras bak Gennaro Gattuso. Semua orang pasti mudah mengenalinya saat bertanding. Hariono (atau yang kerap disapa Mas Har) lahir pada 2 Oktober 1985 di sebuah perkampungan bernama Klagen, yang terletak di desa Wilayut, Sukodono, Sidoarjo. Hariono muda belum mengenal sepakbola, apalagi berminat untuk menjadi seorang pesepakbola professional kala usianya masih 15 tahun. Ia lebih fokus mencari pundi-pundi uang dengan bekerja banting tulang sebagai seorang buruh di gudang. Sampai suatu masa, Ia bergabung dengan sekolah sepakbola di kampungnya. 4 tahun ia habiskan menekuni pekerjaan sembari berlatih sepakbola. Hariono muda telah membuka pintu awal menuju karir sepakbola nya yang cemerlang.

Hariono muda memantapkan langkahnya untuk memulai karir sepakbola dengan bergabung ke Persida Sidoarjo, klub professional pertama yang ia bela pada tahun 2003. Usut punya usut, ternyata ia lebih dahulu bergabung ke dalam akademi Deltras Sidoarjo sebelum bergabung ke Persida. Semusim bersama Persida, pria yang identik dengan rambut gondrong itu lantas menerima pinangan dari Deltras Sidoarjo pada Januari 2004. Bergabung kembali dengan klub yang pernah ia naungi semasa di akademi tak menjamin nasib Hariono muda untuk langsung mendapatkan tempat utama di tim. Bermain dengan posisi sebagai seorang gelandang bertahan, si pemilik nomor 14 itu masih berada dalam bayang-bayang gelandang asing asal negeri Tango, Claudio Pronetto.

Jaya Hartono datang menukangi Deltras Sidoarjo selepas hengkang dari Balikpapan pada tahun 2004. Kedatangan pelatih baru ini bagaikan angin segar bagi Hariono untuk membuktikan kualitasnya agar tembus di skuad inti. Kesempatan itu tidak di sia-siakan begitu saja. Alhasil, Hariono kerap mendapatkan kesempatan bermain di tim inti bersama pemain berbakat seperti Hilton Moreira dan Airlangga Sucipto. Permainan disiplin dan kerasnya bak seorang Gennaro Gattuso berhasil menjawab kepercayaan pelatih Jaya Hartono. Usaha memang tak akan menghkianati hasil.

4 musim sudah Mas Har membela klub di tanah kelahiran nya. Pada tahun 2008, Jaya Hartono hengkang dari Deltras Sidoarjo untuk mengisi kursi pelatih kepala dari Persib Bandung. Dalam kesepakatannya, Jaya Hartono menyodorkan beberapa nama untuk ikut bergabung dengan skuad Persib. Hariono adalah salah satunya. 

"Saya diajak sama coach Jaya (Hartono) ke Bandung. Saat itu saya sempat berpikir panjang, karena Persib akan menjadi klub pertama saya yang jauh dari rumah. Tapi saya tekadkan saat itu jika saya adalah pemain profesional yang harus siap tampil selalu baik di mana pun bermain," ujarnya dilansir dari laman resmi Persib. “Saya nggak pernah kepikiran main di Persib. Saya ingin membawa Persib juara dan ingin membiayai Ayah saya naik haji.” Sambungnya.

Pencapaian tertinggi pemain dengan nomor punggung 24 ini adalah ketika berhasil menjuarai Indonesian Super League (ISL) pada partai final melawan Persipura Jayapura 7 November 2014 di Gelora Jakabaring, Palembang. Torehan demi torehan ia raih bersama Persib Bandung. Total ada 4 piala yang berhasil Hariono raih selama berseragam Pangeran Biru. Sosok Hariono yang dikenal sebagai pemain dengan gaya bermain keras di kancah persepakbolaan tanah air ini rupanya tak banyak mencicipi laga bersama timnas. Golnya selama di timnas dan Persib pun sangat minim. Ia hanya fokus dengan peran utamanya sebagai pemutus serangan lawan. Tercatat, hanya 2 gol yang ia lesatkan selama 11 musim berseragam Persib Bandung, serta torehan satu gol di tim nasional.

Sebagai apresiasi terhadap dukungan Bobotoh, pada tahun 2017 dibuatlah sebuah mini museum, yang berisikan benda-benda bersejarah selama ia memperkuat Maung Bandung. Terpajang jersey dirinya di beberapa musim (2008-2016), serta jersey hasil tukarnya dengan kawan dan rival setelah pertandingan. Medali, juga sepatu yang dikenakan di final Liga Indonesia 2014, dan sepatu dimana ia mencetak satu-satu golnya melawan Perseru terpajang rapih di museum kecilnya. Label legenda pun sudah selayaknya disematkan kepada pria pendiam dan pemalu ini. Haturnuhun, Mas!

Mengawali tahun 2020, Hariono memutuskan untuk melanjutkan petualangan nya menuju Pulau Dewata usai berpisah dengan publik Bandung. Atas izin keluarga, ia menerima pinangan dari kampiun liga 1 musim 2019, Bali United. Hariono kembali berkumpul dengan beberapa nama yang pernah satu tim kala membela Persib Bandung, layaknya sebuah reuni. Pemain bernomor punggung 16 ini membuka lembaran barunya merumput bersama skuad Serdadu Tridatu mengarungi musim yang baru. Tantangan baru menantimu, Mas!

Aldini, salah seorang Bobotoh, menuturkan momen yang berkesan tentang kiprah Hariono di Persib. Menurutnya, momen yang sangat berkesan dari seorang Hariono adalah gol pertamanya untuk Persib saat bersua Perseru Serui dalam lanjutan Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016. Mas Har mencetak gol lewat titik putih dengan gayanya yang "dingin" tanpa selebrasi.

“Sosok Hariono bak ksatria yang datang siap untuk berperang. Kalau Manchester United punya Roy Keane, AC Milan punya Gattuso, maka akan saya jawab bahwa Persib Bandung punya Hariono. Dengan gaya permainan yang keras dan lugas menjadikan lini tengah Persib punya marwah tersendiri. Saat Hariono bermain, tanpa kompromi dan tanpa rasa takut, Ia menjadi frontman saat rekan-rekannya mendapat perlakuan kasar dari lawan yang menjadikan Hariono sangat disegani kawan maupun lawan.” ujar Aldini.

Selain itu, ada Komang. Penggemar dari Bali United ini turut menyampaikan kesannya terhadap kedatangan pria asal Klagen, Sidoarjo itu. 

“Keputusan manajemen mendatangkan Hariono dalam skuad Bali United cukup mengesankan menurut saya. Posisinya sebagai gelandang bertahan dapat menjadi pelapis Brwa Nouri. Namun, saya belum bisa melihat permainan Hariono secara penuh disini. Dia masih harus membuktikan kemampuan nya.”

Komang beranggapan bahwa coach Teco tentunya mempunyai alasan yang kuat untuk menghadirkan sosok Hariono. Menurutnya Hariono adalah gelandang serba bisa, dia mampu untuk melakukan skema bertahan dan menyerang dengan baik sehingga dapat menjaga keseimbangan tim saat ini.

Sepanjang karirnya, Hariono telah bermain bersama banyak pemain bintang dan pelatih ternama. Ia telah mencicipi bagaimana rasanya bermain satu tim bersama mega bintang seperti Michael Essien, dua kali merumput di pentas Asia, serta beberapa trophy pernah diraihnya. Ia dapat menjawab kepercayaan dari berbagai pelatih. Disiplin, pekerja keras, pantang menyerah, dan karakternya yang kuat membuat Hariono menjadi role model bagi pemain muda saat ini. Ia juga sangat disegani oleh rekan maupun lawan dilapangan. Teruslah berlari, Mas Har!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun