Mohon tunggu...
Andika DH
Andika DH Mohon Tunggu... -

tetap semangat dan terus berkarya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Oret-oretan di Tengah Hujan Deras

28 Juni 2016   20:19 Diperbarui: 28 Juni 2016   20:32 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(flashback WPAP)

Kalau ingat awal-awal proses belajar WPAP, seperti ini jadinya, ketawa sendiri, ada rasa tidak percaya, dan perasaan-perasaan yang terkadang membuatku heran.


Kisaran tahun 2013 pertengahan, WPAP sempat kami muat di Alghorizm, majalah kampus STT Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Kala itu aku tak bergeming untuk mencoba membuat WPAP yang di dipopulerkan oleh pak Wedha Abdul Rasyid. Kebetulan saat aku menggeluti dunia jurnalis kampus, yang kebetulan lagi aku sebagai editor majalah, mau tidak mau harus kubaca dengan teliti semua naskah berita yang usai ditulis oleh reporter, tak terkecuali tulisan Bung Topek tentang WPAP, aku membacanya betul. Namun lagi-lagi aku tidak mendapat hidayah, bahkan niat untuk membuat WPAP tak ada, berlalu begitu saja.


Entah bagaimana mulanya, di akhir-akhir tahun 2015, bulan September tepatnya, keinginan membuat WPAP seolah menghantuiku, seperti aku sedang dikejar-kejar keinginan yang harus aku dapatkan, sedang, terakhir u tahu WPAP di tahun 2013 kala itu.
Kubikin satu WPAP dengan foto sendiri menggunakan AdobePhotoshopCS6. Tanpa siapa-siapa, tanp

a materi, langsung warna, tanpa apapun kecuali keinginan yang menggebu, dan hasil karya pertama kala itu membuatku tambah yakin, bahwa aku pasti bisa, karena karakterku dalam tarikan WPAP masih bisa dikenali, meski ada beberapa warna yang tidak elok dipandang.


Begitu juga dengan sahabatku, Bung Topek dalam waktu hampir bersamaan nampaknya ia sedang tergila-gila dengan disain marak warna tersebut. Rupaya ia (menurutku) sedang tergoda oleh karya sang guru desain grafis Badrut Khafi yang lebih awal membuat WPAP. Kedua manusia yang mempunyai kesamaan rasa (desain) acapkali membuatku tambah geregetan melihat karya mereka yang saling kejar mengejar, dari itu aku ingin mengenal lebih dalam lagi tentang WPAP.


Pertengahan bulan Sebtember 2015 aku bergabung dengan grub Facebook, Tanjung51, yang dinahkodai oleh master Muhammad Helmi, dari grub belajar itu sedikit banyak aku mendapat pengetahuan tentang WPAP, bgaimana itu objek, garis, warna, dan sebagainya. Mereka (tnjung51) begitu telaten cara mendidik orang-orang yang ingin belajar, tidak pernah marah, apalagi membuli. Karena pola belajar yang seperti itu, pada suatu ketika aku unggah WPAP dengan catatan ingin di buli, di kritisi oleh para master,dengan harapan agar memacu semangat. Dan hasilnya justru tidak ada yang nyangkut komentar-komentarnya. -Tidak selamanya semangat hadir karena cacian- :( Seiring berlalunya waktu, aku menyadari, bahwa cara mendidik tidak melulu dengan nada keras, ketelatenan itulah justru cara terbaik dalam mendidik.


Oktober 2015, di Warung Kita, kopdar pertama saya bersama para master WPAP. Dari sana aku kenal mas Musri Ali, mas Amir Mahmud, mas Anwar, mas I'on, mas Moh Eko Sugianto, mas Masdëar Yatim. Turut hadir juga sahabat seperjuangan di LPM Alghorizm Asrori Tak Berkata, Gever Mind,Farihin Lazim. Dari itu kami saling mengenal satu samalain. Hingga di bulan November, 7 orang dari tanjung51 Andika Dika, mas Anwar, masMoh Eko Sugianto, Gever Mind, Farihin Lazim, Beny Yusman dan masMasdëar Yatim, mengikuti pelatihan WPAP di Malang, Toga Mas, yang diisi oleh komunitas WPAP Ngalam Uncurve.


Maret 2015, komunitas tanjung51 adakan Workshop dan Pameran WPAP di Kitoz Store selama dua hari yang pertama kali. Berkat kegiatan tersebut, mulailah aku memperhatikan waja-wajah master WPAP dari berbagai tempat yang saling memiliki identitas tersendiri dalam karyanya.

‪#‎TetapSemangatdanTerusBerkarya‬

Berikut dokumentasi yang dapat saya abadikan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun