Mohon tunggu...
Andika D.H.
Andika D.H. Mohon Tunggu... -

Peserta terakhir soal asmara. Tinggal di gubuk kata tempat pemuda bernostalgia.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Catatan Perjalanan

15 Oktober 2015   18:42 Diperbarui: 15 Oktober 2015   19:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hawa ranu tercium dari ketinggian, airnya hijau kebiruan, pepohonan tinggi menjulang, dingin bukan gurauan. Lelah kaki dan lelah nafas terbayar lunas melihat keindahan Rakum, hamparan luas padang safana menambah angkuh, menyiutkan nyali manusia yang penuh kesombongan. Sungguh, tiada apa-apanya manusia di tengah-tengah pegunungan yang indah ini. Pukul 16.40, kita berada di bibir Rakum, mengamati keindahan, merenungi ketakjuban ciptaan Tuhan yang tak kunjung selesai kita pecahkan. Sepuluh menit kemudian, setelah tertegun melihat Rakum, Surganya Mahameru, kita dirikan tenda, kita ambil air danau, kita memasak mie instan, dan kita makan bersama.

Senja itu saksi kita tiba di Rakum, pantulan sinar matahari berpendar di air danau, menyebabkan getiran hati yang maha dahsyat. Hawa dingin menusuk tulang, menembus parasit meski itu tebal. Satu persatu para pendaki berdatangan, semakin petang tenda banyak didirikan. Senda gurau tumpah ruah di keheningan malam, angin semilir membuat kita terlelap, memejamkan mata di dalam tenda berisi empat orang.

Matahari pagi menggoda kita bangun lebih awal, suhu udara entah berapa, dingin mematikan kulit, menyesakkan nafas. Kita ambil gambar, tak peduli jemari tak tahan mengangkat kamera, pagi hari waktu yang ditunggu para pendaki, karena waktu itulah, ranu kumbolo gagah perkasa. Di sana kita banyak mengabadikan diri. Matahari mulai meninggi, kita disibukkan memasak mie instan, sebab hanya itulah bekal makan kita. Tak tersisa lagi bekal yang kita bawa, semua kita limpahkan pagi itu.

Belum lengkap rasanya jika berdiam diri di Rakum, masih ada lagi satu kesempatan kita untuk mendaki. Sebut namanya "Tanjakan Cinta", dua kata mengandung makna berarti bagi manusia yang menginginkan kekasih. Mitos yang berlaku, (selama mendaki Tanjakan Cinta, jika ingin terkabul cintanya kepada seseorang, selama itu dilarang menoleh ke bawah). Begitu mitos yang berkembang selama ini. Namun kita justru selfi di tanjakan cinta, hingga ke padang safana yang luasnya tak terkira. Tempat Zafran dkk pemeran film 5cm tertegun. Disitulah kita menghabiskan waktu memandang keangkuhan Mahameru, melihat hijau rerumputan.

Pukul 10.00 kita siap pulang, peralatan telah masuk di dalam tas, air danau kita jadikan bekal minum sepanjang perjalanan. "Selamat Tinggal Ranu Kumbolo" ujar Matjuhri sebelum benar-benar meninggalkan tempat yang kaya keindahan itu.

Empat Ekor Ayam Kampung
(Wujud sukur Zaki Pasca Sidang Skripsi)

Di rumah Zaki kita singgah, melepas letih setelah dua hari di atas gunung. Di rumah itu pula tersedia 4 ekor ayam kampung siap diekskusi. Muzanni, yang terkenal dengan resep gilanya membuat 4 ekor ayam kikuk tak berdaya. Setengah matang ayam panggang disajikan, lapar tak pandang bulu, dilahap hingga tetes penghabiasan. Setelah itu kita tidur pulas sampai terdengar suara adzan subuh dikumandangkan. Satupersatu bangun lalu sholat.

Mentari pagi memberi kehangatan bagi kita, teh hangat menambah keindahannya, rengginang membuat riuh dengan suaranya. Pukul 7.30, kita makan sebelum pulang, setelah itu kita foto bersama keluarga Zaki di halaman rumah, menjadi relawan Hafass, dengan selogan salam Dua Jari. Pukul 8.00 kita resmi pulang membawa kenangan dan kegembiraan dan beberapa buah degan.

Terimakasih, kenangan ini tak kan terlupakan. grin emotikon wink emotikon

Ranu Kumbolo, 13-15 Oktober 2015.

Oleh: Andika DH.

(Ranu Kumbolo dan Cerita 4 Ekor Ayam Kampung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun