Mohon tunggu...
Andika NugrahaFirmansyah
Andika NugrahaFirmansyah Mohon Tunggu... Guru - Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Seorang pembelajar yang berteman dengan anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perubahan dan Keterbukaan

15 Januari 2024   23:58 Diperbarui: 16 Januari 2024   00:02 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perubahaan merupakan suatu keniscayaan. Sejak manusia diciptakan hingga saat ini sudah terjadi banyak perubahan. Mulai dari hal yang kecil dan sepele hingga besar dan mendasar. Manusia telah mengalaminya dan terbukti mampu bertahan sampai sekarang. Hal ini terjadi karena kemampuan beradaptasi manusia yang baik. Dengan bekal karunia berupa akal, itulah yang menjadikan manusia mampu mengolah perubahan yang terjadi sebagai suatu peluang dan keuntungan bagi dirinya.

Terhitung sejak ditemukannya mesin uap yang menandai revolusi industry pertama pada 1784, hingga saat ini manusia sudah masuk era revolusi industri keempat dengan adanya internet of think (IoT), big data, cloud, penggunaan robot hingga kecerdasan buatan. Manusia bertahan dan mampu mengambil manfaat dari perubahan yang mereka ciptakan sendiri. Namun, perkembangan di era revolusi industry 4.0 ini menjadi semakin cepat dan sulit diprediksi perubahannya, ditambah dengan adanya artificial intelligent (AI) memunculkan banyak kekhawatiran-kekhawatiran terhadap kelangsungan hidup manusia.

Yuval Noah Harari, seorang filsuf, sejarawan dan penulis terkenal menyampaikan kekhawatirannya mengenai AI melalui akun twitternya,

"The danger is that if we invest too much in developing AI and too little in developing human consciousness, the very shopisticated artificial intelligence of computers might only serve to empower the natural stupidity of humans."

Dalam forum yang berbeda, Simposium Frontiers, sebagaimana yang dikutip Daily Mail. Yuval menyatakan, "Di masa depan kita akan melihat adanya kelompok kultus pertama dan agama yang semuanya mengikuti teks-teks sakral yang justru dibuat oleh kecerdasan buatan, bukan dari manusia."

Kekhawatiran Yuval mengenai AI dapat dipahami dan bahkan dirasakan. Jelas AI memang akan sangat berpengaruh pada masyarakat dengan perubahan yang bersifat eksponensial diberbagai bidang. Termasuk dibidang pendidikan.

Sebelum adanya AI, googling yang dianggap cara termudah untuk menemukan jawaban dari soal-soal yang dihadapi siswa maupun mahasiswa. Dengan googling siswa dapat menemukan berbagai macam jawaban dari beragam sumber. Namun, justru inilah yang menjadi kelemahaan googling. Jika siswa tidak pandai dalam memilah informasi, maka akan memperoleh informasi yang kurang tepat bahkan salah. Kelemahan inilah yang diatasi oleh AI dengan memilihkan berbagai macam informasi yang sesuai dengan kata kunci yang diberikan. Hasilnya tentu lebih cepat, praktis dan tepat sasaran. Tentu saja hal ini akan sangat membantu siswa jika digunakan saat mengerjakan soal-soal ulangan.

Berbeda dengan Yuval, Sabrang Mowo Damar Panuluh yang lebih akrab disapa Noe Letto justru menyatakan narasi yang optimis dalam wawancaranya dengan Gita Wirjawan pada podcast Endgame. Menurutnya, penyerapan AI dalam berbagai aspek kehidupan yang menurutnya sayang untuk dilewatkan hanya karena kalut dengan bayangan distopia yang sering menghantui kita. Salah satu aspek yang disebutkan adalah dalam pengambilan keputusan. Dengan banyaknya data yang tersedia dan perbedaan kepentingan, maka penggunaan AI dapat digunakan untuk menemukan titik temu paling optimal yang dapat digunakan. Cara pengambilan keputusan ini dapat digunakan dalam berbagai aspek seperti kebijakan dalam pendidikan, perubahan iklim, dsb.

Saat menulisakan tulisan ini, saya teringat saat kuliah inovasi pembelajaran matematika. Saat itu salah seorang teman melakukan presentasi mengenai penggunaan website untuk menyelesaikan persoalan matematika. Dengan menginputkan soal yang diberikan, algoritmanya akan bekerja dan memberikan penyelesaian soalnya lengkap beserta langkah-langkahnya. Website gratis ini juga dapat diakses melalui smartphone. Bahkan selain website, juga terdapat banyak aplikasi lainnya yang dapat diunduh secara gratis di playstore.

Setelah selesai presentasi, Dosen melemparkan pertanyaan. "Bagaimana sikap seorang guru mengenai perkembangan teknologi ini? Akankah mengajari siswanya untuk mengoperasikan website atau aplikasi tersebut atau menyembunyikannya karena khawatir akan kecurangan siswa jika website tersebut disalahgunakan?"

Sebagian mahasiswa terutama yang sudah mengajar merasa khawatir jika web tersebut disalahgunakan oleh siswa. Karena pengalaman mereka dikelas, tanpa web pun siswa sudah gemar melakukan kecurangan. Apalagi jika diajari menggunakan web, siswa akan semakin lihai dan mudah dalam melakukan kecurangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun