"Pak, Aku putus."
Sebuah pesan mengagetkan saya kemarin malam.
"Serius? Kenapa?" tanya saya penasaran.
"Iya, ya adalah pokoknya."
"Kok bisa putus? Lha kamu buat salah apa?"
"Aku yang mutusin."
Ia masih bersikukuh tidak mau menceritakan apa penyebabnya walaupun saya terus mengejar penjelasan.
"Tetap jaga silaturahmi, jaga perasaan. Kalaupun jodoh, pasti jadi jodoh kok. Yang penting kamu mengkualitaskan diri dulu. Ati-ati kalau njaga perasaan." Begitu pesan saya kepada teman belajar yang kini juga menjadi fasilitator di Sokola Sogan.
Kadang saya merasa bersalah sudah mengajak dia untuk masuk di Sokola Sogan. Bagaimana tidak, ada sebuah mitos di Sokola Sogan mengenai hubungan antar lawan jenis.
Siapapun yang PACARAN di Sokola Sogan, PASTI PUTUS. Tapi kalau MENIKAH, PASTI JADI.
Disadari atau tidak, ternyata ini sudah terjadi. Ada beberapa dari kami yang menikah karena lantaran Sokola Sogan. Tentu kami senang dan kami support.
Ada juga beberapa teman belajar yang tidak percaya ketika saya menyampaikan mitos ini. Kemudian saya sampaikan kepada mereka untuk mencobanya. Dan ternyata, putus juga.
Kalau kalian tidak percaya, silahkan bisa dicoba.
Mitos pacaran kemudian putus ini kemudian di tentang oleh teman saya yang juga di Sogan, AS Jogawi. Seorang sastrawan yang pernah berkeinginan untuk menikah dengan kata-kata. Dia justru berkebalikan dengan saya.
"Kui ke kepangan sugestimu tok tah Dik."
"Lha wong pancen wes tak sumpahi kok."
"Lha yo, ngko nek temu aku. Malah tak kon pacaran kabeh."
"Alah, genah tah, ben tiru podo loro ati terus ben dadi sastrawan koyo awakmu."
"Kui arane pendewasaan."
Pekalongan, 9 Januari 2024
Andika Nugraha Firmansyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H