Mohon tunggu...
Andika NugrahaFirmansyah
Andika NugrahaFirmansyah Mohon Tunggu... Guru - Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Seorang pembelajar yang berteman dengan anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menyikapi Kisah Cinta Gen Z

4 Januari 2024   23:27 Diperbarui: 4 Januari 2024   23:30 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi Penulis

Liburan sekolah di akhir 2023 kemarin ada sesuatu yang berbeda. Saya bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang yang sudah lama tidak bisa saya temui: anak-anak alumni. Sekarang mereka sudah dewasa. Mereka menemui saya di Sokola Sogan.

Sebagaimana biasanya dengan alumni-alumni lain, ketika bertemu kami menanyakan kabar, mulai dari teman-teman seangkatan, keluarga dan diri sendiri. Saya senang karena beberapa dari mereka masih menjalin komunikasi dengan teman-teman lama. Ada yang masih pusing kuliah, pusing mau kuliah, fokus mondok, menikah dan punya anak, dan segala macamnya. Alhamdulillah keluarga yang masih lengkap.

Untuk pertanyaan kabar mengenai diri mereka sendiri, saya selalu mengambil jeda waktu beberapa saat agar mereka kembali merasa nyaman. Sehingga bisa menemukan kembali 'kami' di masa lalu. Saya selalu menolak jawaban-jawaban permukaan seperti "Alhamdulillah sehat, Pak" , "Baik, Pak, Alhamdulillah" atau jawaban-jawaban semacamnya. Saya selalu melanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam.

"Bagaimana hidup kamu?"

Kemudian mereka seperti yang sudah-sudah, menceritakan dari A sampai Z. Kemudian mereka menanyakan hal serupa kepada saya. Tentu saya juga ceritakan dari A sampai Z pula. Kita saling berbagi cerita untuk saling belajar.

Saya, secara pribadi, sudah tidak memperlakukan mereka sebagai murid saya. Mereka adalah orang dewasa. Walaupun masih ada dari mereka yang meminta nasehat-nasehat mengenai keadaan dan permasalahannya. Saya tidak bisa memberikan solusi. Saya hanya memberikan pandangan-pandangan dan berbagi pengalaman saja. Syukur jika itu bisa menjadi jawaban atas persoalan mereka.

Kebanyakan dari mereka berbagi cerita mengenai kisah cintanya. Kadang saya merasa aneh, karena sejak dulu, mereka sudah kerap mendengar bahwa saya melarang mereka untuk pacaran, apapun alasannya. Eits. Jangan protes dulu dengan saya. Walaupun sebenarnya tidak masalah juga kalau mau protes. Tapi saya punya alasannya.

Salah satunya, saya pernah marah besar dengan sebuah kejadian. Kami menyebutnya kasus 'Sego Ayam'. Singkatnya, anak perempuan dijadikan taruhan oleh anak laki-laki dengan hadiah sego ayam (nasi ayam). Iya, kalian tidak salah membaca. Sego Ayam seharga kira-kira Rp 15.000. Mungkin tambahan Rp 3.000 untuk es teh. Sialan.

Saya tidak habis pikir. Orang tua banting tulang untuk menghidupi dan membahagiakan putrinya, tapi perasaan anaknya dilombakan seharga Rp 18.000.

Tapi itu dulu. Sekarang, saya rasa cara semacam itu, mengekang anak-anak untuk tidak pacaran, sudah tidak efektif lagi. Karena saya tidak bisa memastikan bahwa anak-anak tidak pacaran dibelakang saya. Kemudian, dengan berkembangnya LGBTQ+, menjadikan saya semakin cemas saja. Tapi, mengijinkan anak-anak untuk pacaran juga beresiko pergaulan bebas. Lalu bagaimana?

Untuk itu saya selalu menyediakan waktu yang cukup lama untuk berdialog. Mendengarkan mereka berjam-jam. Sesekali menanggapi tanpa menghakimi. Namun, ada juga anak-anak yang (sudah saya kenali dan pahami betul) saya goblok-goblokkan. Alhamdulillah sejauh ini lumayan efektif. Walaupun tidak bisa dijamin berapa lama cara ini bisa efektif. Yang jelas, menjaga silaturahmi dan saling mengingatkan itu layak dijadikan pilihan cara.

Kemudian, untuk anak-anak alumni, saya tanyakan kepada mereka sebuah pertanyaan menjelang akhir perjumpaan kami.

"Menurutmu, kira-kira apa yang menjadikan perempuan menarik bagi laki-laki?"

Hampir semua anak menjawab sesuatu yang berkaitan dengan fisik. Ada juga menjawab mengenai kenyamanan karena sudah nyambung obrolannya.

Saya menyalahkan semuanya.

"Misteri. Hal yang menarik dari perempuan adalah misteri."

Ketika mendengar jawaban ini mereka pasti langsung menagih penjelasannya.

"Laki-laki akan selalu tertantang untuk mengetahui (bahkan memiliki) semua hal mengenai perempuan yang dicintai. Namun, bisa dilihat berapa banyak laki-laki yang selingkuh saat pacaran. Padahal awalnya mereka mengejar dengan berbagai cara supaya bisa menaklukkan perasaan perempuan yang mereka cintai."

Mereka mengangguk-angguk.

Mereka belum bisa memahami kondisi semacam itu menempatkan posisi mereka sebagai perempuan, sebagai objek untuk ditaklukkan. Obrolan kami berlanjut. Hingga akhirnya waktu mereka untuk pulang tiba, saya berpesan kepada mereka.

"Teruslah menjadi misteri bagi laki-laki. Seperti sebuah buku tebal yang tak akan pernah selesai mereka baca."

Pekalongan, 4 Januari 2024

Andika Nugraha Firmansyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun