Mohon tunggu...
Andika NugrahaFirmansyah
Andika NugrahaFirmansyah Mohon Tunggu... Guru - Aktif di Sokola Sogan, Komunitas Belajar berbasis minat dan bakat.

Seorang pembelajar yang berteman dengan anak-anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Cita-citaku Menjadi Guru PAUD

3 Januari 2024   22:29 Diperbarui: 4 Januari 2024   17:30 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Menghias PAUD. (Foto: KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO NUGROHO)

Memang, menjadi ASN merupakan impian sebagian besar guru di Indonesia karena mendatangkan perasaan aman karena jaminan finansial dari pemerintah. 

Banyak pula yang rela menjadi honorer dengan gaji kecil sembari menghidupkan harapan supaya bisa diangkat menjadi ASN. Bahkan rela mengikuti tes rekrutmen ASN berulangkali.

Tapi, apakah dengan status menjadi ASN otomatis menjadi tanda bahwa guru itu berkualitas?

Sebuah Riset dari SMERU berjudul The Struggle to Recruit Good Teachers in Indonesia: Institutional and Social Dysfunctions yang dipublikasikan pada Juni 2020 menunjukkan bahwa rekrutmen guru ASN di Indonesia belum mampu menjaring calon guru berkualitas karena seleksinya yang mengabaikan penguasaan atas kompetensi guru. 

Dokumen Pribadi. Outing Class PAUD Sogan Slamaran
Dokumen Pribadi. Outing Class PAUD Sogan Slamaran

Namun, yang lebih parah adalah status ASN hanya berakhir menjadi zona nyaman bagi guru. Kebijakan terkait profesi guru ASN tidak mampu mendorong capaian standar kompetensi yang tinggi, dan minim insentif bagi mereka untuk mengembangkan karier. 

Bahkan, temuan SMERU juga menyebutkan orientasi mereka yang diterima guru ASN sekadar fokus pada administrasi, kehadiran dan kedisiplinan.

Saya merasa kasihan jika nantinya calon guru muda potensial seperti teman saya ini, yang ingin menjadi guru karena panggilan jiwanya untuk mengajar, bukan sekadar karena iming-iming insentif sebagai guru ASN, mengikuti jejak-jejak yang sudah-sudah, bukan berfokus pada anak didik.

Kalau sudah begitu, bagaimana nasib anak didik di sekolah?

Kemudian, kepada teman saya ini, saya berikan kontak seseorang yang mengalami keadaan serupa dengannya beberapa tahun yang lalu. Sekarang ia sudah menjadi guru PAUD yang dicintai anak didiknya, menjadi guru TPQ di sore hari, penulis buku cerita anak, pendongeng, pemenang berbagai lomba tingkat lokal, daerah hingga nasional. 

Dia masih muda, dan bukan ASN. Bahkan, ia juga memiliki impian untuk membuat sekolahnya sendiri. Harapan saya, semoga teman saya yang bingung ini bisa mendapatkan sedikit pencerahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun