Ia menjawab setiap pertanyaan yang ada. Termasuk mengakui kurang mencari informasi mengenai SNBP. Namun, ia menjelaskan bahwa sudah memantapkan diri masuk ke jurusan impian yang berada di universitas dalam kotanya.Â
Guru BK agak menyesalkan pilihan itu. Karena beliau menganggap teman belajar ini berprestasi di sekolah dan berpeluang besar untuk masuk PTN top.
Sebenarnya teman saya ini ingin sekali bisa kuliah ke luar kota. Namun terkendala biaya. Guru BK bertambah bingung ketika mengetahui orang tua teman saya ini seorang abdi negara. Tetapi pada akhirnya beliau bisa memahami bahwa abdi negara pun tidak menjamin kondisi ekonomi yang stabil.
Saya bisa memahami dan ikut merasakan, bagaimana rasanya menjadi kelompok ekonomi menengah. Mau dibilang kaya, ya belum. Mau dapat bantuan juga gak bisa. Susah benar.
Guru BK kembali mempertanyakan mengenai pilihan jurusan teman saya yang dibilang tidak punya jenjang karir dan jaminan ekonomi yang jelas.
"Tapi kenapa kamu pilih jurusan PAUD? Apa kamu sudah tau kedepannya seperti apa? Lapangan kerjanya kayak gimana? karena orang yang kuliah itu tujuannya untuk mendapatkan benefit yang lebih otomatis masalah gaji. Tpi maaf yaa,Â
"Saya bukan merendahkan. Gaji guru PAUD itu sangat kecil. PAUD itu kebanyakan hanya di desa-desa. Otomatis gajinya gak gede. Kecuali kamu memang dari hati nurani pingin sekali memasuki dunia anak-anak. Mengajar dengan ikhlas. Maksudnya gak mikirin gaji berapa lah, ini itu lah" begitu kata Guru BKnya. Belum selesai disitu, Beliau kembali menambahkan.
"Saran dari saya, kenapa kamu gak pilih PGSD atau jurusan keguruan lain yang sekarang lebih banyak dibutuhkan dan lapangan kerjanya luas. Bisa jadi ASN dengan gaji yang besar. Coba diomongkan dulu sama orang tua. Besok ke BK lagi, untuk memastikan."
"Beliau bilangnya gitu, Mas. Jadi aku ada waktu semalem ini tok buat mikir itu. Gatau aku bingung. Tadinya udah mantep. Eh goyah lagi." Begitu kata teman saya ini.
Saya langsung meminta ijin untuk menelpon. Saya berbicara panjang lebar dan menggaris-bawahi, bahwa saya hanya memberikan pertimbangan saja. Semua pilihan adalah murni pilihan teman saya itu.Â
Walaupun ada rasa ingin marah. Karena tidak seharusnya keinginan untuk mendidik anak-anak dibenturkan dengan ekonomi. Walaupun memang begitu keadaannya di Indonesia.