Mohon tunggu...
Andhyka Dwi Kurniawan Kurniawan
Andhyka Dwi Kurniawan Kurniawan Mohon Tunggu... -

Karyawan harian lepas yang sehari-hariannya meniup peluit di trotoar (Parkir). Membaca, petualang dan gaul makanannya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masyarakat DKI Cerdas dan Santun Berpolitik

7 Agustus 2012   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:08 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kehidupan berpolitik di negeri saat ini, sangat tergantung pada tata kehidupan sosial sehari-hari bukan hanya sebatas dalam tata kehidupan bernegara dan berbangsa. Sistem pemerintahan yang teruji, tentunya sangat tergantung dengan kualitas politiknya.

Meleknya rakyat terhadap politik. Rakyat Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya sudah cerdas berpolitik, hal ini ditandai dengan tidak mengikuti suatu kelompok atau partai serta ikut berpolitik. Pemilukada Cagub DKI putaran pertama yang baru baru ini dilaksanakan hasilnya dikejutkan oleh pilihan rakyat yang lebih memilih orang yang tidak diperhitungkan peta politik.

Dari hasil perolehan suara Pilkada Cagub DKI versi KPU, dimenangkan pasangan Jokowi-Ahok dengan suara 42,74% kemudian disusul oleh pasangan Foke-Nara dengan suara 33,57%. Dengan perolehan suara kemenangan tidak mencapai 50%+1 maka pemilukada Cagub/Wagub DKI harus melalui putaran dua. Adapun pemilukada cagub putaran kedua menurut rencana akan dilakukan bulan September mendatang.

Kondisi masyarakat terhadap partai politik (Parpol) saat ini. Saya sangat setuju apa yang dikatakan mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (JK), Parpol tidak lagi menentukan kemenangan calon karena rakyat tidak lagi mengikuti suara partai. Partai sudah tidak terlalu menentukan lagi atas kemenangan calon, rakyat itu tidak lagi ikut suara partai. Tentunya kecerdasan berpolitik masyarakat diwujudkan dengan pilihan sendiri demi kebaikan dan perubahan kota Jakarta kearah yang lebih baik.

Parpol tidak lagi berperan. Dalam putaran kedua, tentunya parpol-parpol tidak lagi untuk berperan dalam mendorong masyarakat DKI untuk mencoblos untuk memilih calon/kandidat tertentu. Masyarakat mempunyai suara dan mempunyai hak pilihnya tanpa dapat dipengaruhi parpol tertentu sebagai pengusung kandidat.

Pemilukada Cagub/Wagub DKI nanti, tentunya parpol parpol akan teruji akan kepercayaan masyarakat terhadap parpol yang ada di tanah air. Meskipun ujian ini pada tataran di wilayah DKI, tetapi ini sebagai cermin nasional karena Jakarta adalah merupakan barometer Indonesia.

Dengan kecerdasan berpolitik dan mata hati yang dalam, tentunya masyarakat akan memilih dengan cara sendiri atas pilihannya yang akan memimpin kota Jakarta tanpa menggunakan bendera partai. Terlebih masyarakat DKI tidak akan memandang terhadap calon yang dipilih darimana asal partainya, yang penting membangun Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun