Namun, tokoh-tokoh seperti Ki Hajar Dewantara melawan dengan mendirikan sekolah yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangkitkan semangat nasionalisme. Taman Siswa menjadi ruang bagi generasi muda untuk mengenali hak-hak mereka sebagai bangsa yang merdeka.Â
Pendidikan di sini menjadi lebih dari sekadar alat untuk mencerdaskan; ia menjadi nyala api perlawanan yang membakar semangat kebangsaan.
Di seluruh dunia, kampus dan institusi pendidikan sering menjadi tempat lahirnya gerakan perlawanan terhadap kekuasaan. Di Meksiko, misalnya, gerakan mahasiswa tahun 1968 bukan hanya sekadar protes biasa. Kampus menjadi ruang di mana mahasiswa mendiskusikan keadilan, kesetaraan, dan demokrasi.Â
Mereka memanfaatkan pendidikan yang mereka dapatkan untuk melawan sistem yang dianggap tidak adil. Di era modern, Greta Thunberg membuktikan bahwa anak muda yang terdidik mampu memimpin gerakan global seperti Fridays for Future.Â
Dengan pengetahuan tentang perubahan iklim, ia mengkritik pemerintah dan perusahaan besar yang abai terhadap keberlanjutan lingkungan. Pendidikan memberinya keberanian dan kemampuan untuk menyuarakan kebenaran di hadapan kekuasaan.
Namun, pendidikan tidak selalu bebas dari kepentingan. Banyak pemerintah di seluruh dunia mencoba mengontrol narasi yang diajarkan di sekolah untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Di Amerika Serikat, misalnya, ada upaya untuk membatasi pengajaran sejarah rasial yang dianggap "mengganggu." Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan sering menjadi alat bagi kekuasaan untuk mempertahankan dominasi.Â
Ketika narasi-narasi tertentu dihapus dari kurikulum, generasi muda kehilangan kesempatan untuk memahami dan memperbaiki ketidakadilan di masa lalu. Dalam konteks ini, pendidikan menjadi medan pertempuran ideologi di mana kebenaran dan kepalsuan dipertaruhkan.
Di Myanmar, generasi muda membuktikan bahwa pendidikan adalah senjata melawan kekuasaan yang represif. Setelah kudeta militer pada 2021, para mahasiswa dan aktivis muda menggunakan teknologi dan pengetahuan mereka untuk mengorganisasi protes dan menarik perhatian dunia. Mereka menyuarakan pentingnya demokrasi dan menolak tunduk pada pemerintahan militer.Â
Pengetahuan mereka tentang hak asasi manusia, strategi komunikasi, dan teknologi menjadi kekuatan yang sulit dilawan oleh rezim. Generasi ini adalah bukti bahwa pendidikan tidak hanya melahirkan individu yang cerdas, tetapi juga masyarakat yang berani melawan ketidakadilan.
Gerakan perempuan di Iran juga memberikan contoh nyata bagaimana pendidikan memberdayakan kelompok yang selama ini dimarginalkan. Di negara yang selama bertahun-tahun mengekang hak-hak perempuan, pendidikan menjadi alat pemberdayaan yang sangat penting.Â
Perempuan yang terdidik mulai memahami bahwa diskriminasi terhadap mereka bukan hanya soal budaya atau agama, tetapi juga alat politik untuk mempertahankan kekuasaan.