Pengelolaan diri (self-management)
Kesadaran sosial (social awareness)
Keterampilan hubungan (relationship skills)
Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (responsible decision-making).
2. Landasan Teoretis
Pengembangan sosial-emosional memiliki dasar teori yang kuat, antara lain:
a. Teori Erik Erikson (Tahapan Psikososial)
Erikson menggambarkan perkembangan manusia dalam delapan tahapan psikososial, di mana setiap tahap memiliki konflik utama yang harus diselesaikan untuk mencapai perkembangan yang sehat. Pada masa kanak-kanak, misalnya, anak-anak belajar membangun kepercayaan (trust) dan otonomi, yang menjadi dasar penting untuk perkembangan sosial-emosional.
b. Teori Kecerdasan Emosional (Daniel Goleman)
Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosional dianggap lebih penting dibandingkan kecerdasan intelektual (IQ) dalam menentukan keberhasilan seseorang, terutama dalam hubungan interpersonal.
c. Teori Vygotsky (Zone of Proximal Development)
Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran dan perkembangan. Melalui hubungan sosial dengan orang dewasa atau teman sebaya, anak-anak belajar keterampilan sosial dan emosional, seperti empati, kerja sama, dan pengendalian emosi.
3. Komponen Utama dalam Sosial-Emosional
Pengembangan sosial-emosional mencakup beberapa komponen utama yang saling berkaitan, yaitu: