Mohon tunggu...
andika
andika Mohon Tunggu... Administrasi - Pria biasa

hanya orang biasa, bukan siapa siapa juga\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dompet Tertinggal di Taksi Ternyata

25 Januari 2014   10:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:29 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13906220291191061177

Dompet Tertinggal di Taksi Ternyata Sudah pak, enggak usah pilih pilih taksi lama tunggunya yang ada saja, ketika saya mengajak teman bareng saja naik taksi dari Bandara Soekarno Hatta setelah keluar ke loby terminal kemarin sore itu, karena kami tinggal satu kompleks perumahan. Di tempat mangkal taksi bandara Soekarno Hatta, tampak ada tiga taksi yang sedang menunggu penumpang belum terpilih, saat itu banyak penumpang menunggu taksi tertentu, seperti saya dulu juga kadang begitu, cuma lama banget tunggu antrian taksi itu dan layanannya juga ternyata tidak jauh beda dari taksi yang banyak ditunggu itu, jadi buat apa juga, ya enggak ya? Dari tiga taksi yang belum terpilih itu, kebetulan di urut nomor tiga, sedang menunggu penumpang  " Taksi Primajasa ", sepertinya taksi ini oke juga dari apa yang saya ketahui dan armadanya cukup oke, kami naik. Setelah ditanya tujuan kemana oleh petugas layanan di bandara, kami diberi struk untuk biaya tunggu ( surcharge ), kemudian taksi  melaju melewati tol menuju Jakarta Timur. Di jalan cukup lancar ternyata, sedikit terkena macet setelah meliwati Semanggi. Di jalan itu saya dan teman tanya sopir apakah kemarin hujan, dijawab sopir sedikit saja paginya dan jalan cukup lancar katanya. Kami meneruskan perbincangan selama di jalan, salah satunya membicarakan soal  " orang yang serakah dan orang jujur ". Diberitan media ada pejabat negara yang korupsinya tidak ketulungan minta ampun, saking banyaknya uang hasil korupsi disimpan ditempat yang bukan untuk menyimpan uang, mungkin karena uang dolar bisa jadi. Sedangkan di tempat lain, teman kami yang sama sama akan balik ke Jakarta dari kerja lapangan di Yogyakarta itu ketika masih di terminal Bandara Adi Sutjipto menunggu naik pesawat, bercerita dia sedikit merasa heran " tahu enggak pak, kata teman itu,  teman yang ikut jalan jalan semalan ( setelah selesai tugas ) resek banget dah", dia anak pesantren tinggal di Solo, tadi malam dia saya ajak makan di restoran hotel katanya ( tempat kami menginap ), nah dari jam tiga tadi malam stelah balik jalan jalan samapai sekarang   ( jam 13 siang  ) masih saja ngedumel via bbm, jika dia akan ke hotel untuk membayar makanan yang dia ikut makan di restoran hotel itu semalam, karena diajak makan malam sebelum jalan jalan, padahal sudah dijelaskan tidak perlu membayar karena itu tanggung jawab teman yang ngajak dia makan,  cuma dia masih saja karena dia merasa berdosa jika makan tidak bayar, katanya. Jadi kelakuan manusia itu beda beda jauh ya saya katakan ke teman. Ketika teman saya yang duduk disebelah menanggapi,  sopir  taksi sepertinya menyimak obrolan kami, karena ketika kami bicara hal lain, dia ikut menimpali juga, hehe. Sampailah kami di tujuan kurang lebih pukul 17 15 di kompleks, setelah mengantar teman kerumahnya, taksi putar balik ke rumah saya, di argo tertera 163 ribu sekian ada pecahannya. Saya tanya ke sopir, berapa pak saya harus membayar. Sopir mengatakan di argometer 163 ribu sekian.........Oke saya kasih 170 ribu ya pak, karena tiket tol semua sudah dibayar oleh teman tadi. Saat itu saya  tidak ingat ada tambahan biaya tunggu ( surcharge ) sebesar Rp. 9000. Pak sopir taksi, mengatakan " kurang pak kan ada surcharge " tambahnya. [caption id="attachment_308106" align="aligncenter" width="604" caption="taksi primajasa, foto andika"][/caption] Berapa pak sopir tambahnya, dia katakan 9 ribu rupiah. Oh ya . Saya tambahkan lagi Rp. 5000 lagi,  menjadi Rp 175 0000 ( masih lebih sedikit dari biaya sebenarnya ) karena sisa bayar tol tadi juga masih ada, cuma setelah saya masuk ke halaman rumah dan sopir masuk kendaraan, taksi itu tidak bergerak. Saya sempat berpikir jangan jangan sopir merasa tip yang saya berikan menjadi sediki sekali setelah dia minta surchage, hehe. Setelah masuk rumah taksi itu masih tidak bergerak, mungkin ada masalah dengan kendaraan, saya buka sepatu, buka baju, buka celana, sempat leye leye sebentar dan mengeluarkan laptop dari tas yang saya bawa dan dokumen lain, cukup lama mungkin ada 10 menitan, tiba tiba ada suara klakson kendaraan berbunyi berulang. Saya yang sudah sempat ganti pakaian memakai T Shirt keluar, lah kok taksinya masih ada. Sopir langsung mengatakn, " pak ada dompet tetinggal, saya enggak tahu dompet siapa, apakah itu dompet bapak, saya tidak utik utik pak, saya masih disitu situ saja dari tadi", katanya. Ha, saya sempat yakin itu bukan dompet milik saya, karena baru saja saya buka celana dan memindahkan dompet saya ke tempatnya.  Oh mungkin milik teman saya pak, saya katakan, kemudian  saya buka pintu taksi, "ternyata itu dompet milik saya, waduhhh". Lah kok? Iya, karena saya suka jalan pagi kemana mana, selain selalu membawa sepatu olah raga, saya membawa dompet tipis, untuk dibawa saat jalan pagi, diisi uang sekedarnya, kalau kalau lapar di jalan untuk sarapan, hehe Kemarin pagi saya pindahkan uang hampir semuanya dari dompet yang saya bawa,  kartu kredit dan ATM siapa tahu di jalan ada yang jualan batik buka pagi pagi, karena ternyata ada toko yang juga buka pagi ketika jalan di kota lain. Saya lupa memindahkan isinya ke dompet yang satunya, karena sempat ada kerja sedikit sebelum berangkat ke bandara siang itu dan sholat jum'at di masjid bandara. Ketika beli oleh oleh sedikit di gerai menuju bandara saya sempat juga hampir tidak bisa bayar karena dompet yang ada isi uang saya simpan di tas yang saya tinggalkan di kendaran yang mengantar. Dan uang itu tidak juga saya kembalikan ke dompet biasanya. Ketika akan bayar taksi itu saya ambil dompet tipis yang isi uang cukup banya dan kartu kartu itu, hehe, nah disini mungkin timbul persoalan, ketika saya memasukkan lagi ke saku celana setelah ambil uang untuk bayar taksi, saya merasa sudah ada dompet di saku, padahal dompet yang kecil ketika saya mengambil uang untuk membayar ongkos taksi masih tertinggal di jok taksi, yok opo seh. Trus apaan lagi Bang kalau sopirnya sudah beritahu ada barang tertinggal, curiga sama sopir taksinya ya? Hehehe......terus terang ya juga seh, karena ngapain sopir itu lama lama tunggu di depan rumah, saya sempat terpikir jangan jangan karena saya pegang struk biaya tambahan itu, yang mencantumkan  tanggal  dan nomor body taksinya, ( lihat foto ). Ketika kata itu terucap, istri saya langsung menegur " jangan suka berpikiran tidak baik, nyatanya sopir memberitahu jika ada barang tinggal ditaksinya". Oh iya juga, maaf. Oh ya, ketika saya membuka dompet uang dan dua kartu masih tersimpan di tempatnya, dan saya berikan sedikit lagi ke sopir taksi yang sudah memberitahukan jika ada dompet tertinggal di taksinya. Ya sudah itu saja, berbagi cerita, mungkin ada manfaatnya, selamat siang selamat berlibur akhir pekan Salam sukses dari Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun