Mohon tunggu...
Andi Irman
Andi Irman Mohon Tunggu... -

Media Expert | Direktur G ! Communications | Enterpreneur | Pembicara Publik | Direktur Rumah Tahfidz Quran Cinere | Tinggal di Jakarta |andiirman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Berguru Listrik ke China (Bagian 1)

14 Desember 2017   11:35 Diperbarui: 14 Desember 2017   12:02 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu lalu 4-8 Desember 2017 saya berkesempatan berkunjung ke negeri Tirai Bambu untuk mempelajari teknologi kelistrikan. Kenapa harus ke China? Banyak alasannya.

Baru-baru ini China meresmikan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir di Provinsi Fujian. Pembangkit listrik yang dikelola oleh Perusahaan Nuklir Nasional China (CNNC) tersebut merupakan instalasi keempat yang dimiliki di Fujian. Ini berarti China telah memiliki 36 reaktor nuklir dan membangun lebih dari 20 lagi untuk mengejar target 58 juta kilowatt tenaga listrik yang dihasilkan dari nuklir pada 2020.

Bukan hanya di teknologi nuklir, Baru-baru ini China meluncurkan pembangkit listrik tenaga surya mengapung (PLTSM) terbesar di dunia. PLTSM dengan kekuatan 40 megawatt (mw) itu memiliki 160.000 panel yang diapungkan di danau di dekat Kota Huainan. Menurut operator Sungrow, PLTSM tersebut mampu mencukupi kebutuhan energi listrik hingga 15.000 rumah. PLTSM tidak hanya bermanfaat banyak bagi masyarakat sekitar, tetapi juga ekonomi China secara keseluruhan

Cina juga membangun komplek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Datong, Shanxi yang super unik. Tampilan panel-panel surya di fasilitas seluas 248 hektar ini jika digabung, desainnya menyerupai panda. Fasilitas pembangit listrik yang dibangun operator energi di negara tersebut, China Merchants New Energy Group (CMNEG), didukung pula oleh United Nation Development Programme (UNDP).

Tahap pertama, PLTS ini meliputi 50MW. Proyek itu telah mulai menyalurkan listrik ke wilayah Cina barat laut. Nantinya, komplek ini dapat menghasilkan daya hingga 100MW. Dengan daya sebesar itu, pembangkit ini dapat menyediakan listrik ramah lingkungan hingga 3,2 miliar kilowatt per jam energi surya dalam 25 tahun, demikian klaim pihak operator energi.

Menurut Han Xiaoping, Kepala Petugas Informasi di Konsultan Industri dari China Energy Net Consulting Co mengatakan, kini pemerintah China tengah menggalakan penggunaan tenaga fotovoltaic cell atau sel surya. Bahkan kapasitas penggunaan tenaga sel surya China menempati urutan pertama di dunia.

HINGGA tahun 2026, lebih dari setengah kapasitas energi China berasal dari energi nuklir, biomassa, hydro besar, angin dan energi matahari. Penggunaan energi terbarukan akan terus meningkat menjadi 63 persen pada tahun 2040.

Lalu berapa besar biaya yang di gunakan untuk semua itu?. China diperkirakan akan menginvestasikan 3 triliun dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 39.900 triliun (kurs Rp 13.300) dalam pembuatan pembangkit listrik selama 25 tahun ke depan.

Dilansir dari China Daily, Selasa (29/8), Laporan dari Bloomberg New Energy Finance (BNEF) memperkirakan, sekitar 75 persen dari investasi tersebut akan mengalir ke sektor energi terbarukan.

Laporan BNEF mengatakan, investasi di sektor tenaga angin akan mencapai 1 triliun dolar AS, dan sektor tenaga surya, serta nuklir masing-masing akan mencapai 700 miliar dolar AS. Bahkan antara tahun 2030 hingga 2040, biaya pembuatan pembangkit tenaga angin dan solar akan lebih murah ketimbang pembangunan pabrik batu bara.

Ini menjadikan China sebagai negara terbesar di dunia yang memproduksi dan mengkonsumsi energi terbarukan, dan emisi karbonnya turun di tahun 2015 dan 2016.

Jadi sangat tepat jika Indonesia belajar dari negeri China tentang kelistrikan. Untuk diketahui pemerintah saat ini sedang berjibaku untuk memenuhi target keterkecukupan energy listrik sebesar 35.000 Mega Watt. Apakah ada kaitannya dengan pencapaian target tersebut sehingga harus berguru ke China? Tentu saja.

Berikut ini cerita 4 hari di China dalam rangka berguru listrik.

Hari 1, Senin 4 Desember 2017.

Tiba Pukul 07.20 *waktu Shanghai tiba di Bandara Pudong Shanghai setelah menempuh perjalanan hampir selama 7 jam. Setelah urusan keimigrasian beres langsug ke Hotel Peninsula Shanghai. Jaraknya sekitar 50 km dari Bandara yang ditempuh setidaknya selama 1 jam.

Sekedar mandi dan berganti baju "business attire" rombongan yang terdiri dari wartawan, pengamat dan akademisi tersebut bergegas ke Shanghai Jiao Tong University. Lumayan jauh. Universitas Riset ini berada Shanghai Shi yang berjarak kurang lebih 50 km yang di tempuh selama 1 jam dari  Kota Shanghai. Dinginnya cuaca sekitar 5 Derajat memaksa rombongan yang berjumlah 36 orang itu memakai pakaian dingin . Saya sendiri memakai 4 lapis termasuk jas yg tebal.

Universitas Jiao Tong Shanghai  juga disebut sebagai SJTU, Universitas Jiaotong Shanghai adalah sebuah universitas riset publik terbaik di dunia yang didirikan pada tahun 1896 oleh dekret kekaisaran yang dikeluarkan oleh Kaisar Guangxu.  Universitas ini terkenal sebagai salah satu universitas tertua dan paling bergengsi dan selektif di Cina. Universitas ini juga menghasilkan Peringkat Akademis Universitas Dunia setiap tahunnya. Oleh ARWU (Academy Ranking Of Wordl University) SJTU menempati rangking 101 dunia.

Selintas kampus ini sangat asri dan asyik. Mahasiswanya nampak keren-keren terlihat dari pakaian yang dipakai berupa jaket yang membalut seluruh tubuh. Walaupun demikian wajah mereka terlihat dingin dan kaku sedingin cuaca saat itu. Jangan berharap mendapatkan senyuman yang ramah seperti kalau berkunjung ke Kampus saya IPB Bogor. Rupanya SJTU sudah menerapkan konsep ramah lingkungan, makanya jangan pernah mencari sepeda motor sebagaimana kampus kita di Indonesia. Disini hampir seluruh mahasiswa mengendarai sepeda untuk ke kampus. Kalaupun ada yang memakai motor, dipastikan itu adalah motor listrik yang jumlahnya tak banyak. Mobilpun tak banyak. Kalaupun ada, mobil itu adalah kendaraan operasional.

Kunjungan ke SJTU di sambut oleh para ahli dan guru besar. Nampak yang paling senior yaitu Prof. Junliang Zhang, Dekan School of Mechanical Engineering. Secara bergantian, Guru Besar dan ahli memaparkan  peran SJTU dalam mengintegrasikan Riset dan Pengembangan (RnD) Pembangkit Listrik antara Perguruan Tinggi dan Industri termasuk ke Shanghai Electric .

Hal yang menarik pada pemaparan tersebut, Riset-riset yang dihasilkan mampu membiayai perguruan tinggi secara mandiri.  Menurutnya, Shanghai Electric dan perusahaan lainnya kerap memakai hasil riset dari Teknik Mesin SJTU khususnya riset  di bidang energi.

Junliang Zhang memaparkan, riset yang dilakukan pihaknya untuk pengembangan energi di China. Dan yang luar biasa karena riset di SJTU 40 persen dibiayai pemerintah China dan 60 persen swasta.

Dalam kesempatan itu juga dikenalkan program dan penelitian terkait SJTU dan power engineering dan China Grid dan China Power Equipment Manufacture.

Para ahli disana juga menjelaskan penelitian terkait teknik dan kolaborasi dengan China Grid dan China Power Equipment Manufacture.

Tak berasa diskusi berlangsung selama 2 jam telah memberikan inspirasi kepada para Rektor dan akademisi tentang pola kerjasama perguruan tinggi dan industry sehingga mampu mendatangkan kemanfaatan bagi perguruan tinggi dan pemerintah. Rektor-rektor yang mengikuti kunjungan ini yakni Rektor ITB Kadarsah Suryadi, Rektor ITS Joni Hermana, Rektor IPB terpilih Arif Satria, Rektor Universitas Udayana Anak Agung Raka Sudewi, perwakilan Rektor UI Bambang Wibawarta, dan perwakilan dari Undip serta UGM.

Setelah meninjau laboratorium dan juga tentu saja foto-foto di depan Gedung University yang Indah itu, pukul 18.00 (Waktu Shanghai) rombongan meninggalkan SJTU dengan pikiran dan hati yang  membuncah. Mungkin Para Akademisi itu sudah gelisah untuk segera mengimplementasikan ide-ide yang di dapatkan SJTU.

Agenda hari ini diakhiri dengan makan di Restoran Muslim yang sungguh berselera. Menunya Kambing panggang yang empuk, Ayam goreng bumbu khas China, udang bakar, Sop Jamur, dan Mie Rebus yang di sajikan dalam rasa timur tengah namun penyajian ala mandarin.   Aktivitas yang cukup melelahkan hari ini membuat seluruh rombongan menandaskan seluruh makanan yang tersaji malam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun