Jadi sangat tepat jika Indonesia belajar dari negeri China tentang kelistrikan. Untuk diketahui pemerintah saat ini sedang berjibaku untuk memenuhi target keterkecukupan energy listrik sebesar 35.000 Mega Watt. Apakah ada kaitannya dengan pencapaian target tersebut sehingga harus berguru ke China? Tentu saja.
Berikut ini cerita 4 hari di China dalam rangka berguru listrik.
Hari 1, Senin 4 Desember 2017.
Tiba Pukul 07.20 *waktu Shanghai tiba di Bandara Pudong Shanghai setelah menempuh perjalanan hampir selama 7 jam. Setelah urusan keimigrasian beres langsug ke Hotel Peninsula Shanghai. Jaraknya sekitar 50 km dari Bandara yang ditempuh setidaknya selama 1 jam.
Sekedar mandi dan berganti baju "business attire" rombongan yang terdiri dari wartawan, pengamat dan akademisi tersebut bergegas ke Shanghai Jiao Tong University. Lumayan jauh. Universitas Riset ini berada Shanghai Shi yang berjarak kurang lebih 50 km yang di tempuh selama 1 jam dari  Kota Shanghai. Dinginnya cuaca sekitar 5 Derajat memaksa rombongan yang berjumlah 36 orang itu memakai pakaian dingin . Saya sendiri memakai 4 lapis termasuk jas yg tebal.
Universitas Jiao Tong Shanghai  juga disebut sebagai SJTU, Universitas Jiaotong Shanghai adalah sebuah universitas riset publik terbaik di dunia yang didirikan pada tahun 1896 oleh dekret kekaisaran yang dikeluarkan oleh Kaisar Guangxu.  Universitas ini terkenal sebagai salah satu universitas tertua dan paling bergengsi dan selektif di Cina. Universitas ini juga menghasilkan Peringkat Akademis Universitas Dunia setiap tahunnya. Oleh ARWU (Academy Ranking Of Wordl University) SJTU menempati rangking 101 dunia.
Selintas kampus ini sangat asri dan asyik. Mahasiswanya nampak keren-keren terlihat dari pakaian yang dipakai berupa jaket yang membalut seluruh tubuh. Walaupun demikian wajah mereka terlihat dingin dan kaku sedingin cuaca saat itu. Jangan berharap mendapatkan senyuman yang ramah seperti kalau berkunjung ke Kampus saya IPB Bogor. Rupanya SJTU sudah menerapkan konsep ramah lingkungan, makanya jangan pernah mencari sepeda motor sebagaimana kampus kita di Indonesia. Disini hampir seluruh mahasiswa mengendarai sepeda untuk ke kampus. Kalaupun ada yang memakai motor, dipastikan itu adalah motor listrik yang jumlahnya tak banyak. Mobilpun tak banyak. Kalaupun ada, mobil itu adalah kendaraan operasional.
Kunjungan ke SJTU di sambut oleh para ahli dan guru besar. Nampak yang paling senior yaitu Prof. Junliang Zhang, Dekan School of Mechanical Engineering. Secara bergantian, Guru Besar dan ahli memaparkan  peran SJTU dalam mengintegrasikan Riset dan Pengembangan (RnD) Pembangkit Listrik antara Perguruan Tinggi dan Industri termasuk ke Shanghai Electric .
Hal yang menarik pada pemaparan tersebut, Riset-riset yang dihasilkan mampu membiayai perguruan tinggi secara mandiri.  Menurutnya, Shanghai Electric dan perusahaan lainnya kerap memakai hasil riset dari Teknik Mesin SJTU khususnya riset  di bidang energi.
Junliang Zhang memaparkan, riset yang dilakukan pihaknya untuk pengembangan energi di China. Dan yang luar biasa karena riset di SJTU 40 persen dibiayai pemerintah China dan 60 persen swasta.
Dalam kesempatan itu juga dikenalkan program dan penelitian terkait SJTU dan power engineering dan China Grid dan China Power Equipment Manufacture.