Mohon tunggu...
Andi Irman
Andi Irman Mohon Tunggu... -

Media Expert | Direktur G ! Communications | Enterpreneur | Pembicara Publik | Direktur Rumah Tahfidz Quran Cinere | Tinggal di Jakarta |andiirman@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ada Kesamaan Kasus JIS Jakarta dan Histeria di TK McMartin di Amerika

29 Oktober 2014   17:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:17 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada Kesamaan Kasus  JIS Jakarta dan  Histeria di TK McMartin di Amerika

Kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta Internasional School (JIS) ternayata memiliki kesamaan dengan histeria McMartin yang pernah melanda Amerika  Serikat pada pertengahan 1980an.

Kasus McMartin tersebut melibatkan kesaksian puluhan anak-anak yang menjadi murid di TK McMartin. Akibatnya sejumlah guru dan karyawan McMartin diperiksa polisi.

Ketika itu, dua di antaranya diadili, namun dibebaskan pengadilan karena tidak cukup bukti. Terjadi sejumlah kemiripan antara kasus JIS dengan kasus McMartin.

Kasus McMartin sangat terkenal di Amerika selama belasan tahun, dimulai tahun 1984. Suatu tuduhan yang berdasarkan keterangan palsu anak-anak dan cara penyidikan yang keliru, menyebabkan sejumlah guru Taman Kanak-kanak McMartin di California dituding sebagai pelaku pencabulan terhadap anak-anak.

Begitupun dengan kasus JIS. Pengakuan anak-anak, bisa jadi diperoleh dari cara bertanya yang tidak tepat. Selain itu, dalam kasus McMartin, polisi ikut menyebarkan informasi kepada para orangtua murid, dan meminta agar mereka menanyai anak masing-masing apakah anak tersebut mengalami pencabulan.

Dalam kasus JIS ada orangtua murid yang berkirim imel kepada para orangtua lainnya secara massal memberitahu seolah-olah anak masing-masing mengalami pelecehan. Cara ini menimbulkan kepanikan berantai.

Kekeliruan dalam penyidikan itu telah dibuktikan dengan penelitian yang membuktikan bahwa anak-anak bisa memberi keterangan palsu jika orang dewasa yang menanyainya menggunakan cara bertanya tertentu yang kurang tepat.

Cara bertanya yang keliru bisa mengundang kekeliruan ingatan ataufalse memory pada anak. Contoh cara bertanya yang keliru yaitu pertanyaan yang sama ditanyakan terus menerus kepada anak. “Apakah kamu di “ganggu” si A ?” Karena jenuh dan tertekan dengan pertanyaan tersebut akhirnya Si Anak pada akhirnya menyatakan Iya karena tak mau lagi ditanyakan pertanyaan yang sama dikemukakan.

Beberapa kemiripan lain antara kasus JIS dengan kasus McMartin yaitu kemungkinan juga adanya agenda tersembunyi di balik kedua kasus. Belakangan ini disebutkan motifnya uang,

Tentu saja, sedikit ada perbedaan karena tersangka di Indonesia kasus ini di picu oleh kesaksian orangtua anak (Walaupun kesaksian itu menjadi berbeda ketika Anak memberikan esaksian di pengadilam. baca: Kesaksian Korban Berbeda Dengan Ibunya http://news.liputan6.com/read/2116391/pengacara-tersangka-jis-kesaksian-korban-berbeda-dengan-ibunya).

Perbedaan lainnya yaitu tersangka mengalami penyiksaan untuk mendapatkan pengakuan http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/14/09/03/nbbhag-kliennya-disiksa-kuasa-hukum-kasus-jis-inginkan-tim-pencari-fakta

Oleh karena itu Masyarakat di  Indonesia harus belajar dari kekeliruan yang pernah terjadi dalam kasus McMartin. Saat ini bangsa Indonesia mempunyai pilihan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menyelidiki apa yang sebetulnya terjadi.

Kasus ini semakin menarik karena ada bukti otentik hasil visum 2 Rumah Sakit Ternama yang menyatakan tak pernah ada kekerasan seksual pada Anak (Baca: Hasil Visum Dubur Korban Kasus JIS Masih Normal

http://news.okezone.com/read/2014/10/22/338/1055769/hasil-visum-dubur-korban-kasus-jis-masih-normal)

Kita harus mencegah agar kehidupan orang yang tidak berdosa jangan sampai hancur akibat kesaksian  anak-anak yang diarahkan, dan adanya kepentingan pada kasus ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun